CHAPTER 6

1422 Words
"Bob, sebaiknya kau pulang. Aku ada urusan lain," Belum sempat Bob menjawab, Christian sudah lebih dulu meninggalkannya. Pria itu berjalan mengendap-endap mengikuti dua orang yang aneh menurutnya. Wajah Queenie terlihat beda dan tampak sekali gadis itu hendak melepas pelukan pria di sampingnya. "Apa gadis itu dijebak?" Tanyanya pada diri sendiri. Christian mengepalkan tangannya, ia sebenarnya tidak mau berurusan dengan gadis itu, tapi entah kenapa melihatnya membuat Christian iba. Dia lantas mengikuti Queenie dan pria itu yang menaiki tangga ke lantai dua. Sepertinya tidak ada yang menyadari kalau Christian mengikuti dari belakang, jadi pria itu tetap melajukan langkahnya dan berhenti di dinding saat melihat Queenie dipaksa masuk ke sebuah kamar. Christian mengambil langkah lebar. Ia menempelkan telinganya ke depan pintu untuk memastikan kalau dugaannya benar. Jika Queenie dipaksa, ia akan menolong gadis itu. Anggap saja sebagai rasa terima kasih karena Queenie telah menemani Crystal tadi siang. "Jangan, Adam. A-Aku mohon..." Christian menjauhkan telinganya. Dia tahu persis apa yang sedang dialami Queenie. Pasti gadis itu memang dijebak, sama seperti kesalahannya di masa lalu. Christian mengetuk pintu itu dengan kasar,"Buka pintunya!" Ada suara-suara decakan dari dalam kamar, tapi dia tidak peduli. Beberapa detik kemudian, wajah Adam muncul. Pria itu menaikkan satu alisnya karena merasa tidak kenal dengan Christian. "Maaf, kau siapa? Aku punya urusan kecil di kamar," Tanya Adam. Christian melirik ke dalam kamar, Queenie sudah terbaring di atas ranjang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Gadis itu menggeliat sembari meminta tolong. "Kau memberinya obat perangsang, kan? Sekarang aku ingin kau keluar dari sini dan gadis itu akan aku bawa pulang ke rumah orangtuanya." Adam menatap tidak suka kepada Christian dan hendak memukul wajahnya, tapi Christian telah terlatih. Dia memutar tangan Adam lalu mendorongnya ke dinding. "Aku tidak main-main, bocah sialan. Akan aku laporkan kau ke pihak berwajib karena ini termasuk tindak pemerkosaan." Wajah Adam tiba-tiba memucat. Ia menggeleng cepat dan memohon untuk dilepaskan. "Maaf. Tolong, jangan bawa aku ke kantor polisi. Aku, aku akan pergi sekarang!" Christian mendorong tubuh Adam keluar kamar sampai pria itu hampir menabrak dinding luar. Adam berlari tergopoh-gopoh sampai akhirnya hilang dari pandangan Christian. Pria bermata biru itu memutar pandangannya ke dalam kamar. Ia menutup pintu lalu melangkahkan kaki mendekati Queenie yang sedang tersiksa di sana. "Kau baik-baik saja?" Wajah Queenie membuatnya meneguk ludah. Gadis itu terlalu cantik ditambah keadaannya semakin membuat Christian ingin meregangkan kerah lehernya. Tidak, dia di sini untuk menolong Queenie dari tindakan kekerasan. Gadis ini memang butuh pertolongan. "P-Profesor Douglas? Kau kah itu?" Suara Queenie terdengar begitu parau. Gadis itu merangkak ke arahnya lalu mencengkram kemejanya kuat,"To-tolong aku, Profesor. Aku... Aku tidak bisa menahannya. Aku mohon!" Wajah Queenie membuat rasa nafsunya perlahan memudar. Seketika ia merasa kasihan dengan gadis ini. Sudah berapa kali Queenie menerima pelecehan bahkan nyaris diperkosa seperti ini? "Aku akan mengantarmu pulang. Di mana rumah mu?" Telapak tangan Christian menyentuh bahunya dan hendak membantu Queenie berdiri, tapi gadis itu menolak dengan cepat. Queenie tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, tapi dia ingin mencium bibir Christian. Hal tersebut tentu membuat Christian terkejut sampai ia terdorong ke atas ranjang dengan Queenie di atasnya. "Hmm, Profesor, aku... Aku membutuhkan pelepasan. Hiks... Hiks..." Christian terdiam saat mendengar isakan putus asa itu. Dengan cepat dia membalik tubuhnya dan menatap tajam muridnya sendiri. "Kau bersungguh-sungguh ingin melakukannya denganku?" Matanya mulai menggelap. Wajah Queenie terkulai lemas di bawahnya dan demi Tuhan! Dia tergoda! Christian kembali meneguk ludahnya. Ia memejamkan matanya karena frustasi sebelum akhirnya dia beranjak dari sana. Pria itu mengusap wajahnya kasar lalu menggeleng. "Aku akan membawamu ke apartemenku. Tidak mungkin kau ku antar pulang dalam keadaan seperti ini." Queenie tidak mampu menjawab. Gadis itu seketika pingsan di atas ranjang karena menahan rasa tidak nyaman pada tubuhnya. Christian tidak punya pilihan lain. Dia menggendong tubuh Queenie lalu membawanya keluar dari hotel. ... Suara alarm yang memekakkan telinga berhasil membuat Queenie terbangun. Gadis itu membuka matanya yang terasa berat lalu mulai menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. "Astaga... Apa aku semalam pingsan?" Ia kembali mengingat apa yang terjadi padanya. Acara, bar, Adam, dan... Queenie membulatkan matanya. Ya, Adam telah meracuninya dan berniat memerkosa dirinya tadi malam! Oh Tuhan, apakah pria itu berhasil mengambil kesuciannya? Apakah semalam semuanya sudah berakhir? "Sudah merasa lebih baik? Aku membawakan sarapan untukmu." Suara itu mengagetkan Queenie. Gadis itu lantas menoleh ke depan pintu dan mendapati pria yang membuat dirinya ingin memusnahkan diri telah berdiri di depan sana sambil membawakan nampan berisi sarapan. Professor Douglas?! Kenapa aku bisa berada di kamar Professor Douglas?! "P-Profesor? Kenapa... Kenapa aku di sini?" Tanyanya dengan suara yang kecil. Tunggu, dia tidak bermimpi? Christian Douglas memang nyata tadi malam? "Aku menyelamatkan mu dari tindakan pemerkosaan, Nona Anderson. Kau dalam pengaruh obat perangsang, tapi kurasa sekarang kau baik-baik saja," Christian menaruh nampan ke atas meja lalu berdiri sambil menatap Queenie. "Apa yang kau pikirkan dengan menghabiskan waktu di bar dan mengenakan pakaian seksi? Di malam hari? Kau berniat menjual diri atau bagaimana?" Queenie merasakan hatinya sedikit sakit mendengar itu. Secara tidak langsung Christian mencapnya seperti w************n, kan? Tapi... Semua itu memang salahnya. Ia setuju dengan usulan Mia untuk memakai gaun seksi dan dengan bodohnya dia menerima sodoran minum dari pria yang suka main wanita. Ini memang kesalahannya. "A-Aku tidak berniat begitu, Profesor. Adam... Arrgh! Aku terlalu bodoh karena telah menerima minum darinya!" Queenie menekuk lututnya lalu mulai menangis. Bahunya bergetar karena merasa trauma dan ketakutan. Jika Christian tidak datang, mungkin dia akan gantung diri karena telah diperkosa. "Beruntung kau masih dilindungi. Sekarang makanlah sarapan ini lalu mandi, aku sudah menyiapkan pakaian untukmu. Temui aku di depan jika kau sudah selesai." Queenie mengangkat wajahnya lalu menatap punggung Christian yang perlahan pergi. Setelah menghabiskan waktu 30 menit di dalam kamar pria itu, Queenie pun keluar kamar. Ia berjalan seperti seorang pencuri karena merasa takut dan tidak nyaman. "Mommy?!" Suara cempreng itu membuatnya tersentak. Queenie menoleh ke belakang saat melihat Crystal tengah berlari ke arahnya. Ia berdiri kaku ketika tangan kecil Crystal mendekap kakinya erat. "Ehm, Crystal... Ha-Hai." "Aku senang Mommy ke sini! Apakah kita akan pergi jalan-jalan bersama Daddy?" Queenie menggaruk lehernya karena semakin gugup dan bingung. Ya ampun, ternyata Crystal masih sangat ingin pergi jalan dengannya. Kenapa pula ia menjanjikan hal mustahil itu kepada gadis sekecil Crystal? "Crystal, masuk ke kamar dan mandi. Daddy ada urusan sedikit." "Tapi, Daddy? Aku mau dimandikan sama Mommy." "Crystal. Daddy tidak suka kalau kau menjadi anak nakal, oke? Masuk ke dalam kamar dan mandi," Titahnya semakin tegas. Dengan lesu Crystal melepaskan pelukannya dan berjalan ke pintu kamar. Ia menoleh sebentar ke arah Queenie dan melambaikan tangan sedih. Queenie merasakan hatinya campur aduk. Crystal terlihat begitu kekurangan kasih sayang seorang ibu dan melihat bagaimana interaksi antara Christian dan Crystal, sepertinya pria itu terlalu keras mendidik putrinya. Bahkan saat berusia 4 tahun, Queenie masih ingin dimandikan oleh Papanya dan selalu bermanja-manja. Christian ternyata sangat disiplin dan tegas. "Uhm, Profesor? Apakah putri Anda-" "Jangan khawatirkan dia. Sekarang ikut aku ke ruang depan," Christian melangkah lebih dulu dan disusul Queenie di belakangnya. Gadis itu duduk di sofa tamu dan mulai melihat-lihat setiap tempat yang ada di sini. Baru sekali kenal, dia bahkan sudah menginap di apartemen pengajarnya. Benar-benar sialan sekali. Mungkin, ucapan Mia soal menjadikan Christian sebagai Sugar Daddy telah dikabulkan Tuhan. Apakah setelah ini Christian hendak melakukan transaksi gila untuk mendapatkannya? Sialan, otakku tidak beres. "Aku kenal dengan keluarga mu, Nona Anderson. Ayahmu adalah teman mendiang ayahku. Maaf karena aku mencari informasi tentang dirimu. Tak ku sangka kau sudah begitu dewasa karena dulu saat melihatmu, kau masih bayi." Queenie perlahan mencerna semua perkataan Christian. Jadi dia mengenal orangtuanya? "P-Profesor, aku mohon jangan melapor pada Papa. Dia akan sangat marah padaku karena aku berbohong padanya soal semalam. Aku mohon, Profesor Douglas!" Christian tidak memberi reaksi apapun. Dia cukup tahu kalau Queenie adalah gadis yang mudah terpengaruh lingkungan. Salah sedikit, ia bisa menjadi jalang sungguhan. Beruntung karena Queenie masih terlindungi dari orang-orang jahat di luar sana yang hanya menginginkannya sesaat sebelum akhirnya mencampakkan Queenie setelah tidak berguna. "Aku tidak akan melakukan itu karena memang bukan hak ku untuk ikut campur. Setelah ini aku akan mengantarmu pulang dan ku harap kau bisa menjaga dirimu lebih baik lagi, Nona Anderson." Queenie mengangguk patuh. Mungkin dia akan meminta Kak Elliot untuk menjaganya sepanjang waktu, tapi sayang sekali karena Elliot berada di Italia selama dua Minggu ini. "Kau kuliah hari ini?" Tanyanya dan Queenie mengangguk kecil. Ada jadwal kuliah di siang hari, sepertinya dia masih sempat untuk berbenah di rumah dan menceritakan masalahnya kepada Eleanor karena memang jika di rumah, Queenie hanya merasa nyaman bercerita dengan gadis itu. "Terima kasih, Profesor Douglas. Kalau bukan karena Anda, aku pasti sudah hancur," Cicitnya. Christian hanya mengangguk pelan. "Dan aku juga berterima kasih karena kau sudah menemani putriku kemarin bahkan kau rela dipanggil sebutan ibu olehnya," Sahut Christian. Queenie memandangi wajah Christian seperti seorang pahlawan yang baru saja menyelamatkan kota. Dia sangat tampan dan matang. Tidak pernah ada pria seperti Christian di dalam hidupnya. Profesor... Aku jatuh hati padamu. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD