Christian melirik jam untuk yang ke sekian kalinya dan bibirnya berdecak senang karena jarum jam telah menunjukkan pukul satu pagi. Dia duduk di atas ranjang sambil menunggu pintu kamarnya terbuka, tapi dirinya tidak mendapati keberadaan Queenie di depan pintu itu.
Christian pun memutuskan untuk ke kamar Crystal dan melihat sebenarnya apa yang sedang dilakukan Queenie sehingga dia melupakan perintah Christian sebelumnya.
Dibukanya pelan pintu kamar itu lalu tubuhnya sedikit condong ke depan untuk melihat Queenie.
Matanya seketika menyendu saat ia melihat dengan pasti Queenie yang tengah memeluk erat Crystal seperti seorang ibu yang hendak menjaga anak mereka dari ancaman dunia. Tanpa sadar kakinya melangkah mendekati ranjang demi menatap dua perempuan yang tidur damai itu.
Crystal tampak nyaman di dalam pelukan Queenie dan seperti enggan dipisahkan begitu saja dari gadis itu. Seketika ia merasakan hatinya berdenyut melihat putrinya yang seperti ini.
Pria itu duduk di pinggir ranjang lalu tangannya terjulur untuk mengusap pipi Crystal yang agak dingin. Christian tersenyum kecil sebelum ia mencium pipi putrinya.
"Daddy loves you, Princess," Bisiknya tepat di telinga Crystal. Diciumnya sekali lagi pipi gadis kecilnya itu sebelum tatapannya beralih kepada Queenie yang juga masih tertidur nyenyak.
Dia mengembuskan napas pasrah lalu ikut berbaring di samping Crystal sehingga membuat gadis kecil itu berada di tengah-tengah dirinya dan Queenie. Tangan Christian kembali terjulur untuk mengusap pipi Queenie. Matanya memandang tajam ke arah gadis itu dan sedikit meminta maaf karena telah merebut kepolosan Queenie.
Elusan di tangan itu rupanya membuat Queenie seketika terbangun. Matanya yang merah sedikit kebingungan saat melihat Christian telah berada di kamar Crystal.
"Sstt... Tidurlah, jangan membuat suara," Bisiknya. Queenie kembali mengangguk lalu dia pun mencoba untuk memejamkan matanya. Gadis itu kembali mengeratkan pelukannya terhadap Crystal untuk mencari kehangatan karena tubuhnya sedikit menggigil kedinginan. Gaun tidur yang tipis ini membuat ia cukup kedinginan.
Christian yang menyadari itu lantas dengan cepat berpindah ke samping Queenie. Dia menyusupkan tangannya ke pinggang gadis itu lalu memeluknya erat demi memberikan kehangatan dari tubuhnya yang panas.
Meski malu dan terasa canggung, Queenie perlahan merasa hangat. Dia tentunya sedikit merasa ketakutan, tapi matanya terlalu mengantuk hanya berpikir untuk pergi.
"Sudah merasa hangat?" Bisik Christian.
"I-Iya, Daddy."
"Tidurlah, sayang."
Christian menaikkan selimut mereka lalu mulai memejamkan matanya sambil memeluk tubuh Queenie yang perlahan kembali hangat. Ini salahnya karena membiarkan gadis itu tidur dengan pakaian tipis seperti itu.
Pagi telah menyambut. Suara hujan di luar apartemen membuat tiga orang di atas tempat tidur itu enggan untuk bangun. Christian yang biasanya bangun pagi kini tampak menyamankan dirinya sendiri di atas ranjang sambil memeluk seorang gadis yang semalam berhasil memberinya kepuasan lewat mulut saja.
Queenie pun begitu. Tanpa sadar dia beralih untuk memeluk Christian dalam tidurnya dan mencari kehangatan dari tubuh pria itu membuat mereka berdua seperti saling memeluk. Kepalanya telah nyaman di atas d**a Christian.
Crystal yang pertama kali bangun. Gadis kecil itu menggeliatkan tubuhnya di atas ranjang sebelum mata hitamnya terbuka. Ia menoleh ke kanan dan mendapati Queenie tengah sibuk mencari kehangatan di dalam pelukan Christian. Crystal tersenyum pelan sebelum dirinya beranjak ke atas tubuh ayahnya dan berbaring di sana untuk kembali melanjutkan tidur.
Christian sedikit mengerutkan dahi karena pergerakan itu sehingga mata birunya pun terbuka. Seketika ia merasa sesak karena Crystal tengah tidur di atas tubuhnya dan Queenie yang merapat kepadanya sambil mencari posisi yang nyaman.
Tangan kanannya menahan tubuh putri kecilnya yang tengah berbaring nyaman di atas tubuhnya, sedangkan tangan kirinya memeluk Queenie yang seperti tidak terganggu sama sekali.
Jika dipikir-pikir, dia seperti seorang ayah dengan dua anak saja. Ditatapnya wajah Queenie yang masih tertidur seperti gadis kecil saja. Wajahnya imut sekali padahal gadis itu sudah 20 tahun.
Tangan kirinya yang berada di punggung Queenie pun perlahan mengusapnya. Gaun tidur tipis ini membuat Christian semakin mudah untuk merasakan kulit lembut gadis itu. Benar-benar sialan karena dia memanfaatkan keluguan Queenie demi menuntaskan fantasi liarnya. Namun, entah kenapa Christian tidak bisa berhenti memikirkan gadis ini. Kepolosan Queenie membuat ia selalu memikirkan soal gadis ini semalaman.
"Emmh..."
Mata biru Christian melirik Queenie yang baru saja terbangun. Gadis itu seperti sedang mengumpulkan nyawa sebelum dirinya menyadari kalau dia sedang berada di dalam pelukan hangat Christian.
"Da-Daddy?"
"Tidur mu nyenyak, Queenie?"
Queenie mengangguk kecil. Dia menatap Crystal yang tengah tertidur di atas d**a ayahnya dan tanpa sadar Queenie menggerakkan jarinya untuk mengusap wajah Crystal yang seperti malaikat kecil.
"Crissy sangat cantik," Gumamnya. Christian tersenyum bangga dan turut menyetujui perkataan Queenie. Gadis kecilnya memang sangat cantik dan orang-orang mengatakan kalau Crystal adalah dirinya versi perempuan.
"Di mana ibu asli Crystal? Kenapa dia tidak di sini?"
Seketika Christian menghentikan senyumnya. Dia menghela napas berat sebelum akhirnya memindahkan tubuh putrinya ke tengah-tengah mereka. "Kau tidak perlu tahu soal itu. Cukup urus Crystal saja."
Christian berniat untuk melangkah ke kamarnya sendiri, tapi Queenie menahan pergelangan tangannya.
"Ada apa?"
"Uhm... Ma-Maaf aku ketiduran, jadi tidak bisa menemui mu jam satu tadi," Jawabnya. Queenie takut melakukan kesalahan, jadi lebih baik dia mengatakannya lebih dulu sebelum Christian menghukumnya.
"Tidak apa-apa. Harusnya aku yang minta maaf karena telah melecehkan mu. Maafkan aku," Balas Christian. Pria itu lantas melangkah keluar kamar Crystal untuk segera mandi dan bersiap-siap karena dia ada kelas di jam 10.
Queenie mulai salah tingkah. Permintaan maaf Christian terdengar menjanjikan baginya dan dia ragu apakah sebaiknya dirinya menghentikan ini atau melanjutkannya saja?
"Mommy..." Crystal lagi-lagi terbangun. Dia mengusap matanya lalu menatap Queenie yang berada di sampingnya dan tersenyum.
"Selamat pagi, sweet girl. Kau tampaknya asyik tertidur, ya?" Queenie menciumi pipi gembul Crystal sampai gadis itu terpingkal-pingkal dibuatnya. Crystal menyentuh pipi Queenie seraya tersenyum lembut.
"Mommy..."
"Iya, sayang?"
Mata Crystal berkaca-kaca dan itu membuat Queenie cukup terkejut. Kenapa pula gadis kecil ini tiba-tiba ingin menangis?
"Crissy tidak mau ditinggal sama Mommy lagi. Crissy mau sama Mommy selamanya. Jangan pergi ya, Mom? Crissy sangat sayang dengan Mommy."
Air matanya menetes ketika mengatakan itu. Crystal menangis dan berulang kali mengucapkan kata yang sama— meminta agar Queenie tidak pergi darinya. Namun, mana mungkin Queenie bisa mengabulkan permintaan Crystal di saat dia memang bukan ibu asli dari gadis itu. Dia... Dia hanya bekerja sementara, suka atau tidak Crystal harus mengerti posisinya.
"Baby girl... Jangan menangis seperti itu. Lihat, Mommy tidak pergi kemana pun kan? Mommy di sini bersama Crystal kok."
"Tapi nanti apakah Mommy akan pergi lagi? Crystal tidak mau jauh dari Mommy."
Queenie terdiam karena bingung mau mengatakan apa. Dia tidak tega jika terus membohongi Crystal soal dirinya, tapi apakah dia mesti menyakiti hati gadis sekecil ini dengan pergi begitu saja? Oh Tuhan, Queenie menjadi benar-benar menyayangi Crystal tanpa dia sadari. Gadis kecil ini sangat pintar mengambil hatinya.
Queenie pun mengajak Crystal untuk mandi pagi karena setelah itu mereka akan sarapan. Hujan mulai perlahan reda dan jika memungkinkan, Queenie akan mengajak Crystal ke taman kota untuk menghabiskan waktu bersama. Ini hari kedua dia bersama Crystal, Queenie ingin membuat kenangan tak terlupakan agar Crystal tidak bersedih apabila berpisah darinya.
Namun, tidakkah Queenie menyadari kalau hal itu justru akan semakin membuat Crystal sedih? Mudah bagi gadis itu untuk menyayangi dirinya, tapi apakah semudah itu pula untuk melupakannya?
Keduanya kini telah berada di meja makan. Gadis itu tidak tahu di mana Christian berada karena wajahnya pun tidak terlihat ketika ia menginjak dapur.
"Ehm, Crissy, kau mau makan apa?" Tanyanya seolah-olah dia telah mengerti bagaimana cara memasak saja. Crystal tampak berpikir sejenak sebelum matanya kembali memancarkan sinar.
"Mommy, aku mau mencicipi panekuk buatan Mommy. Pasti enak sekali!" Queenie melunturkan senyumnya. Ah, dia malah jadi kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa memasak apapun. Semalam saja, menu makan malam yang dia buat sangat kacau.
"Ehm, baik. Akan Mommy coba. Tunggu sebentar," Queenie memutar tubuhnya ke depan kulkas. Gadis itu berpikir keras tentang bagaimana cara membuat adonan panekuk dan apa saja bahan yang diperlukan.
Sungguh, kini Queenie mengutuk dirinya sendiri karena selalu malas ketika Mamanya hendak mengajarinya memasak. Sekarang dirinya benar-benar menyesal karena tidak memiliki bakat tersebut.
Baru saja dia hendak meraih kotak telur, tangannya tiba-tiba disentuh oleh telapak tangan besar.
"Biar aku saja. Duduklah di sana, Nona Anderson."
Jantungnya seperti ingin melompat saja ketika tiba-tiba tubuh Christian berada di belakangnya. Queenie tidak menyahut, dia pun lekas menjauhkan dirinya dari Christian untuk segera duduk di samping Crystal.
Queenie masih ingat kejadian semalam, di mana Christian memaksanya untuk melakukan hal menjijikkan yang belum pernah dia lakukan. Jika Queenie pintar, harusnya sudah sedari tadi dia melarikan diri. Namun, ada sesuatu yang membuat dia enggan pergi. Tentu saja ini soal Crystal.
Dia tidak tega jika harus membiarkan Crystal bersedih karena dirinya yang tiba-tiba menghilang. Ditambah, Queenie menilai kalau Christian bukanlah orang jahat. Semalam dia memang jahat karena telah memaksanya, tapi Queenie mengira itu hanya sebuah nafsu pria yang mungkin sudah terlalu lama ditahan sehingga Christian nekad memaksanya melakukan itu.
TBC
A/N : Hai
Maaf ya saya telat, tadi sibuk sama urusan lain :)