Mesin mobil meraung hidup, dan dalam sekejap Abiyaksa melaju menerobos jalanan kota yang sepi. Lampu jalan seolah berkelebat di kaca depan, sementara pikirannya hanya dipenuhi satu hal. Waktu. Setiap detik terasa berarti. Karena kini, sedang ada orang yang sangat membutuhkannya. Tangannya mencengkeram kemudi erat, matanya tajam menatap ke depan, mencari celah di antara kendaraan lain yang sedang berlalu lalang. Sambil mengemudi, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Tapi kegelisahan tak bisa ia sembunyikan. Ia mengenal ibu dari wanita itu tahu riwayat penyakitnya, tahu betapa rapuh kondisi tubuhnya. Belum lagi putrinya yang hanya seorang diri itu, pasti tengah kebingungan sendirian, tanpa ada siapapun yang menolongnya. Klakson sesekali terdengar saat ia melewati pe