"Latihan tanding?"
Rio mengangguk kepalanya, "Latihan terbaik adalah dengan cara bertanding langsung. Karena senin Alvan sudah mulai melatih kita jadi gw akan mendiskusikan nya dulu. Untuk hari ini latihannya cukup sampai di sini. Nah Genta, apa ada hal yang menurut lo berat?" tanya Rio pada Genta yang masih berbaring di lantai.
Perlahan Genta menegakan badannya, "Cukup menyenangkan buat gw. Gw bakal bertahan sebentar lagi sebelum benar-benar memutuskan untuk bergabung atau tidak."
"Oke. Kalau lo mengalami kesulitan, lo bisa ngomong sama kita-kita."
Selesai memberikan beberapa evaluasi hari ini, Rio membubarkan latihan hari ini.
Aku, Radi dan Genta masih memilih untuk duduk-duduk di ruang olahraga, sembari melihat-lihat anak klub basket yang sedang di beri pengarahan sebelum bubar.
"Menurut lo tim sepak takraw Nirmala Highschool gimana?" tanya ku sambil memainkan bola rotan di tangan ku.
Tidak seperti klub olahraga yang lain, klub sepak takraw kami memakai bola rotan pribadi milik Rio dan Haikal karena dari pihak sekolah hanya memiliki 5bola, itu pun peninggalan dari para senior yang sudah lulus.
"Gw gak begitu tahu sih, selama ini gw cuma perhatiin klub White Lion dari sekolah SMA Pratiwi." jawab Radi.
Dari kami bertiga memang Radi yang memiliki ilmu atau informasi lebih mengenai sepak takraw. Aku dan Genta benar-benar pemula di olahraga ini.
"Kalau orang yang kemarin ketemu, kira-kita dia anak sekolah mana?" kali ini Genta yang bertanya.
"Gw kurang tahu, tapi gw yakin kalau orang itu pasti dari sekolah elit yang klub sepak takraw nya oke." jawab Radi yang di angguki setuju oleh ku.
"Lagi pada ngobrolin apa?" tanya Haikal.
Rupanya klub basket pun sudah membubarkan latihan.
"Dalam waktu dekat si Rio mau klub gw ikut latihan tanding."
Haikal duduk di sebelah Genta, "Lo anak baru?" tanya Haikal lagi saat melihat Genta.
"Iya, gw baru gabung klub sepak takraw kemarin."
"Di seret Rio juga lo?"
Genta tertawa keras sambil menggeleng, "Gak, tapi udah di ancem duluan." jawabnya.
"Yah syukur lah, seenggaknya lo gak di kasih liat drama sama duo orang itu."
Karena Haikal yang membawa kunci ruangan olahraga, kami berempat pun pergi dari sana bersama setelah memastikan semua barang sudah rapih dan tersimpan di tempatnya masing-masing.
"Jun, hari ini gw nginep di rumah lo ya. Gw males di rumah sendiri."
"Oke."
Saat di persimpangan lorong, Haikal ke arah kanan dimana ruang klub nya berada sedangkan aku, Radi dan Genta berbelok ke arah kiri.
"Loh, Kak Haqi belum pulang?" tanya ku saat melihat Haqi dan Rio masih berada di ruang klub.
"Gw nunggu jemputan, hari ini gw gak bawa motor." jawab nya sambil memainkan ponselnya.
"Gak bareng Rio aja, Kak?"
"Kalau bareng gw, Riri balik sama siapa?" tanya Rio.
"Sama gw." jawab Genta santai.
Lirikan maut dari Rio langsung menghujam ke arah Genta.
"Jangan macem-macem lo sama adek gw."
"Lah? yang macem-macem siapa? lo kan tadi nanya kalau lo nganter balik Kak Haqi, Riri pulang sama siapa kan? ya gw jawab, pulang sama gw aja. Gw salah?"
Rio hanya mendengus tidak suka. Tidak lama setelah kami berganti baju, kami semua pun mulai keluar ruang klub menuju tempat parkir motor sedangkan Kak Haqi langsung pergi menuju gerbang sekolah.
"Mau gw anter aja, Kak?" tawar ku.
"Thanks, Jun. Tapi gak usah, bokap gw bentar lagi dateng." jawabnya sambil terus berjalan ke arah yang berlawanan dengan tempat parkir.
*
"Jadi lo bakal latihan tanding?" tanya Haikal begitu kami berdua tiba di rumah ku.
Tadi saat pulang, kami memang membawa motor masing-masing dan pulang beriringan.
Aku menganggukkan kepala ku dan memakai kaos oblong yang biasa ku gunakan untuk tidur.
"Iya, Rio bilang ini juga bagus untuk latihan bagi kami yang pemula."
"Gw setuju sih sama kata-katanya. Lagian tadi gw liat kalian latihan, lo gak seburuk itu kok, walaupun lo tadi melakukan beberapa kesalahan tapi menurut gw lo bermain dengan bagus." kata Haikal.
Aku menyalakan tv dan menghubungkan nya ke PS 4 ku, aku melemparkan salah satu stik pada Haikal.
"Gw juga gak masalah sama latihan tanding ini, apalagi goal yang di inginkan Rio kan cukup besar buat gw."
"Ahh... pertandingan antar sekolah ya? Sport Festival. Klub basket gw juga ikut pertandingan itu. Babak penyisihan nya dua atau tiga bulan lagi kalau gak salah."
"Yup, dan Rio mau banget kami untuk menang di pertandingan itu atau setidaknya dia mau kita masuk tiga besar."
"Berat man."
Suara dah permainan dari game fifa club membuat kami fokus ke pemain masing-masing selema beberapa saat.
"Untuk pelatih kalian gimana?"
"Mulai senin kami akan mulai di latih sama Pak Alvan. Kalau kata Radi, Pak Alvan itu salah satu mantan atlit atau pemain nasional sepak takraw."
Haikal menoleh pada ku sebentar, "Wooow. Serius? keren dong. Jadi pelatih lo itu udah gak main sepak takraw lagi?"
Aku mengangkat bahu ku, "Sepertinya gak deh. Gw kurang tahu. Oh iya lo tahu gak, kemarin itu kan gw sama anak-anak yang lain di suruh Rio untuk ke tempat Pak Alvan selesai latihan. Nah karena ada urusan Rio minta Kak Haqi untuk pergi duluan sama anak-anak yang lain. Pas di tengah jalan, kita ketemu sama orang nyebelin dan misterius." kata ku.
Haikal menghentikan jarinya dari stik sejenak, "Misterius? lo ketemu alien?"
Aku mendengus sambil memutar bola mataku. "Bukan ege."
"Terus?"
"Gw ketemu sama kenalannya Kak Haqi."
"Terus? dimana misterius nya? mereka ngobrol pake telepati?"
Duh nih bocah, kayaknya gw mau toyor kepalanya dah.
"Bukan. Gw gak tahu sebenarnya tuh ada apa, tapi waktu itu Kak Haqi marah-marah gitu sama- siapa tuh namanya, oh, Putra. Iya, Kak Haqi marah-marah gitu sama orang yang namanya Putra itu."
"Kak Haqi? teriak-teriak?"
Aku menganggukkan, "Iya, teriak, marah-marah ngamuk lah. Terus dia bilang gini, 'pokoknya lo jangan pernah muncul di depan depan Rio lagi!', gitu."
"Ohh, yang tadi lo ceritain sama Radi itu tentang ini?"
"Oh gw udah cerita ya?"
Haikal hanya menganggukkan kepalanya.
"Yah pokoknya gitu lah, tadinya gw mau nanya kan tapi gw gak berani."
"Mungkin si Putra itu kenalan lamanya Rio? terus mereka lagi berantem."
"Mungkin."
"Daripada lo mikirin masalah mereka bertiga, mending lo fokus latihan buat latihan tanding deh. Lo latihan tanding sama sekolah mana?"
"Nirmala Highschool."
"Woooow, itu kan sekolah yang terkenal sama klub soft ball nya. Mereka ada sepak takraw juga ya."
"Kalau Rio bilang, sepak takraw mereka gak bisa di remehkan walaupun klub mereka belum lama kebentuk. Karena kami sama-sama klub yang baru, jadi Rio menganggap ini kesempatan terbaik untuk masing-masing klub."
"Terus kapan kalian latihan tanding?"
"Gw masih belum tau kapan, katanya bakal di diskusikan dulu sama Pak Alvan."
"Ngomong-ngomong, Pak Alvan itu orang yang gimana?"
Aku memiringkan kepalaku mengingat bagaimana penampilan Pak Alvan saat datang beberapa waktu lalu.
"Tinggi dan gw yakin galak sih. Soalnya matanya itu gak santai banget."
Haikal hanya ber-ooh ria dengan penjelasan yang singkat itu.
"Kalau lo butuh temen untuk temenin lo latihan, lo bisa ngajak-ngajak gw."
*