Tiga Puluh Delapan

1121 Words
*Author Pov* Rio kembali memutar video pertandingan Bulan Biru dan Elang untuk kesekian kalinya. Walaupun ia harus menahan diri untuk tidak segera mematikan video yang tengah di putar itu karena wajah Putra yang sedang bermain di sana. Ia harus bisa membuat anggota timnya menjadi lebih baik lagi, walaupun pelatih mereka mengatakan jika permainan Juna, Genta dan Radi cukup bagus untuk bisa bertahan di babak penyisihan pertama, tetapi ia tidak bisa diam dan menuruti pelatihnya. Ia harus bisa mengembangkan lebih lagi kemampuan mereka. Permainan antar kedua tim yang sangat sengit berlangsung hingga babak ketiga, dimana dalam permainan sepak takraw itu jarang terjadi. Rio mengepalkan tangannya. Bulan Biru dan Elang Banyu adalah klub sepak takraw sekolah terkuat saat ini dan salah satu dari klub terkuat itu akan menjadi lawan mereka nantinya. Ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, ia harus bisa membawa timnya maju hingga ke babak final pertandingan olahraga antar sekolah ini. "Lo masih liat pertandingan musim lalu itu?" tanya Haqi yang masuk ke dalam kamar Rio tanpa mengetuk pintu lebih dulu. "Gw gak mau kalau kita hanya sampai babak penyisihan, gw mau kita semua untuk sampai tahap final." "Lo tahu kan kalau gak baik pula memaksakan sesuatu sampai segitu nya." ucap Haqi sambil menghembuskan napasnya. "Gw gak maksa karena gw tahu kalau mereka mampu." jawabnya tanpa melihat Haqi sedikit pun. Haqi tidak mengatakan apapun lagi karena itu semua hanya akan percuma, jika sudah seperti ini, Rio tidak akan mau mendengar apapun lagu. "Terserah lo aja, tapi gw bakal negur lo kalau lo udah terlalu jauh." ucap Haqi dengan nada yang super serius. Rio menolehkan kepalanya ke samping dan menatap Haqi. "Thanks." jawabnya sambil tersenyum lebar. * "Jadi lo mau ngajak gw buat latihan bareng?" tanya Sena yang sedang mampir main ke rumah Rio. Rio menganggukkan kepalanya sembari menyeruput es kelapa muda yang di belikan Sena. "Iya, lo kan tau sendiri anggota gw bener-bener pemula semua, hanya Radi yang terlihat lumayan di antara Juna ataupun Genta." "Ya gw sih hayu aja, tapi mungkin gak bisa setiap hari ya. Gw kan juga kudu latihan buat tim gw." "Yee, ya emang gak latihan bareng sama lo tiap hari juga ege. Sesekali lah, sekalian lo review perkembangan anggota gw." "Baju kali main review. Oke, lo tinggal chat gw aja kapan kalian mau latihan bareng." "Sip!" Obrolan mereka terhenti saat melihat Riri turun dari lantai atas dengan pakaian yang sudah rapih. "Mau kemana?" tanya Rio pada Adik perempuan nya itu. "Mau jalan bareng Febi sama Sania." jawab nya sambil tersenyum lebar. "Naik apa?" "Naik taksi online, nanti Sania sama Febi yang jemput ke sini. Jadi Riri mau tunggu di luar." jawabnya lagi. "Udah ijin Mamah kan?" "Udah dong. Ya udah, Riri tunggu di depan dulu ya." "Hati-hati, kalau ada apa-apa langsung telpon gw ya!" ucap Rio setengah berteriak agar terdengar oleh Riri yang sudah berjalan meninggalkan ruang tamu. "Gw baru tahu kalau adik lo juga tertarik sama sepak takraw." kata Sena yang sedari tadi memakan cemilan yang sengaja ia bawa sebelum ke rumah Rio. "Dia langsung tertarik dari pertama kali ngeliat gw latihan, dia lumayan jago tapi waktu gw ajak dia buat ikut gabung klub sepak takraw di komplek, dia gak mau. Katanya dia cuma mau jadi manajer dari klub sepak takraw." jawab Rio yang ikut menikmati cemilan mereka. "Berarti adik lo tipe yang menyukai olahraga tapi dari sisi kursi pemain ya." ujarnya sambil terkekeh pelan. "Lagi pada ngomongin apa nih? sori ya baru dateng." sapa Haqi yang baru datang ke rumah Rio. "Gw pikir lo gak jadi dateng." kata Sena sambil menyodorkan sekaleng cola dingin pada Haqi. "Gw abis beres-beres dulu makanya baru sempet ke sini." "Oh iya Qi, gw udah minta Seja untuk sesekali latihan bareng kita. Selain untuk meningkatkan permainan anak-anak juga biar kita bisa mendapatkan masukan dari tim lawan kan." ucapnya sambil tertawa. "Ide bagus, gw juga setuju." balas Haqi. Mereka pun mengobrol sembari memainkan PS bersama. * Riri, Febi juga Sania sudah berada di mobil taksi online yang mereka sewa. Saat menjemput Riri, Febi melihat seorang pria yang sedang mengobrol dengan Riri di depan rumah nya. Begitu Riri masuk ke dalam mobil, temannya itu segera mengintegrasi Riri mengenai pria itu. "Jadi cowok tadi itu teman dekat kakak lo?" tanya Febi kembali memastikan apa yang baru di jelaskan Riri. Riri menganggukkan kepalanya. "Iya, dia temen baik kakak gw. Kayaknya dari SMP mereka udah deket banget, selalu satu sekolah malah." jelasnya lagi. "Setau gw ya, Feb. Kak Haqi itu populer loh di sekolah, kok lo bisa gak tau sih?" kali ini Sania ikut menimbrung obrolan itu. "Masa? Kok gw gak tahu ya kalau doi femes." "Mungkin femensnya ke tutup sama kepopuleran Rio." jawab Sania sambil tertawa. Riri juga Febi ikut tertawa bersama. Selama perjalanan menuju mall, mereka mengobrol banyak hal terutama Febi yang terus menerus menanyakan Haqi pada Riri. Karena jalanan tidak terlalu macet hari itu, mereka sampai ke mall cukup cepat. Mereka bertiga langsung memasuki mall untuk melihat-lihat, terutama melihat beragam aksesoris yang sudah mereka incar sejak minggu kemarin. Mereka memasuki toko Aksesoris yang berada di lantai tiga mall itu, toko Aksesoris yang cukup ramai dibandingkan toko yang lain. "Eh eh ini lucu gak sih?" tanya Sania sambil melihatkan jepit rambut berbentuk pita dan di tengah nya terdapat manik-manik. "Lucuuu, cocok kayaknya sama rambut panjang lo." jawab Febi yang di angguki setuju oleh Riri. Mereka berpencar memilih aksesoris yang mereka suka. Jepit rambut, kalung, bros hingga gantung HP dan kunci juga ada di sana. Riri melihat gantungan kunci berbentuk harimau, ia mengambil gantungan itu dan melihat nya dengan seksama. "Cakep tuh gantungan, ambil aja." ucap Febi saat melihat Riri tengah memperhatikan barang itu. "Iya sih, terus juga tinggal satu kayaknya." Riri mencoba mencari bentuk lain tapi tidak ada. "Ya udah ambil aja. Nih, gw aja hilap belanja jepitan segini banyak." katanya sambil memperlihatkan keranjang kecil yang berisi aneka jepit rambut, bando juga bross di sana. "Lo baru dapet bansos dari keluarga lo? tumben belanja banyak? biasanya lo yang paling irit kalau beli beginian." Febi menaik turunkan alisnya lucu, "Gw abis malak abang gw. Kemarin dia mecahin gelas gw, terus gw bilang kalau gelas itu gelas kesayangan gw, pokoknya gw akting se meyakinkan mungkin. Terus di ganti deh sama abang gw." Riri tertawa keras mendengar penjelasan dari Febi, ia tidak tahu temennya bisa melakukan hal itu pada kakaknya. Sepertinya Riri harus mencoba juga cara itu untuk meminta uang pada Rio. "Kakak lo pelit kayak kakak gw gak sih? kok gw ngerasa kalau kakak gw tuh pelit banget sama gw." "Tergantung sih, biasanya kalau moodnya lagi baik, kakak gw sering ngajak gw belanja atau traktir makan tapi kalau lagi badmood kayaknya gw gak di slepet aja udah untung." Kali ini giliran Febi yang tertawa kencang mendengarnya. Mereka bertiga pun menikmati jalan-jalan mereka hari itu. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD