*Author Pov*
Babak penyisihan pertama yang akan di mulai tidak lama lagi membuat semua peserta yang berhasil lulus di pendaftaran pertama memulai latihan dengan intens dan bersemangat. Begitu juga dengan tim Harimau Putih.
Juna juga yang lainnya mendapatkan pelatihan yang jauh lebih berat dari pelatih mereka.
"Juna, gunakan telapak kaki atau mata kaki mu untuk lebih memberikan tenaga pada tendangan mu. Lalu untuk Radi pertahan kan bloking mu, lalu kau bisa lebih merilekskan badan mu saat melakukan salto di udara. Jika kau terlalu sembrono, kau bisa menciderai kaki mu sendiri. Dan untuk Genta, kontrol bola mu, kau terlalu sering membuat bola out karena tendang mu kuat namun tidak terarah. Rio dan Haqi, kalian bisa lebih meningkatkannya lagi, terutama dengan tendangan yang sedang kalian coba." ucap Pak Alvan memberikan masukan pada mereka semua.
Juna, Genta, Radi juga Rio dan Haqi mengangguk paham berbarengan. Selain berlatih di gedung olahraga indoor sekolah, mereka pun terkadang berlatih di lapangan dekat tempat tinggal Pak Alvan.
Pak Alvan membuat lapangan sepak takraw sementara untuk kami berlatih di luar jam ekskul mereka, bahkan akhir-akhir ini mereka pun berlatih di hari minggu. Pak Alvan juga meminta tolong pada temannya untuk menjadi wasit saat mereka mencoba berlatih menjadi dua tim. Kada Haikal juga ikut membantu merekam kegiatan latihan mereka, dan memberikan video latihan itu pada Rio untuk mereka tonton bersama.
Dari video itu mereka jauh lebih mudah melihat kesalahan yang mereka lakukan, Pak Alvan pun bisa dengan mudah menerangkan dimana mereka harus memperbaikinya.
Selama dua jam mereka terus menerus melakukan latihan, menyempurnakan posisi juga sebagai nya. Semua itu tidak luput dari lensa video yang di ambil Haikal.
Suara pluit dari Pak Alvan menghentikan latihan kami semua.
"Latihan hari ini cukup sampai sini. Lalu saya juga ingin menyampaikan sesuatu, bagaimana kalau kita melakukan latihan tanding lagi sebelum babak penyisihan pertama di lakukan?" tanya Pak Alvan pada kami semua.
"Kami tentu sangat setuju, tapi apa ada sekolah yang melakukan latihan tanding dengan kita? atau kita akan latihan tanding dengan White Lily lagi?" tanya Rio mewakili teman-temannya.
Pak Alvan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, ia melipat kedua tangannya di depan d**a.
"Kalau kalian bersedia yang akan menjadi lawan latihan tanding kita bukan lah White Lily." jawabnya.
"Lalu siapa?"
"Aku akan memberitahu lagi nanti. Sekarang beres kan semuanya lalu pulang lah langsung ke rumah." ucapnya lalu meninggalkan ruangan olahraga.
Juna dan yang lainnya segera membereskan peralatan yang mereka gunakan, Genta memunguti bola-bola takraw yang berserakan, sedangkan Juna dan Radi menggulung dan merapihkan net.
"Menurut kalian siapa yang akan menjadi lawan kita di latihan tanding nanti?" tanya Genta di sela-sela tangan nya bekerja memungut bola.
Rio yang sedang mengepel lantai berhenti dan memangku wajahnya di atas tongkat pel.
"Selain Nirmala Highschool, sekolah yang memiliki klub sepak takraw adalah SMA 44."
"Gw rasa gak mungkin mereka sih." kata Radi.
"Emang kenapa?"
"Klub sepak takraw Sekolah SMA 44 adalah salah satu klub terbaik di daerah sini, walaupun mereka masih di bawah Bulan Biru tetapi kemampuannya tidak di ragukan lagi. Jadi menurut gw kayaknya agak mustahil mereka mau berlatih tanding dengan kita. Mereka pasti sangat memandang remeh kita, yah gw yakin bukan cuma mereka aja yang akan berlaku seperti itu." jelas Radi panjang lebar.
Rio mengangguk-anggukan kepalanya, "Lo bener, mereka gak mungkin begitu aja mau berlatih tanding dengan klub kita. Apalagi mereka juga memiliki reputasi yang cukup buruk di sepak takraw."
"Reputasi buruk?" tanya Juna yang mulai penasaran.
"Klub mereka terkenal dengan permainan bar-bar nya. Kadang mereka menargetkan anggota tim lawan yang terlihat lemah dan terus menerus menyerang nya dengan lemparan bola yang cukup kencang." kali ini Haqi yang menjawab.
"Emang wasit atau juri gak menghentikan hal itu?" tanya Juna lagi.
Haqi menggelengkan kepalanya, "Sayangnya karena mereka tidak melakukan pelanggaran saat bermain, baik wasit atau juri tidak menghentikan nya. Mereka hanya memberikan teguran pada pihak SMA 44, tentu saja mereka tidak menganggap teguran itu sehingga mereka terus melakukan hal itu tanpa melanggar peraturan saat bermain." jelasnya lagi.
"Gw gak tahu kalau sepak takraw ini juga ada hal seperti itu. Gw kira hal curang dengan melukai fisik hanya ada di olahraga sepak bola ataupun Basket. Pokoknya olahraga yang bersentuhan langsung dengan tim lawan."
"Hal-hal seperti ini pasti ada di setiap cabang olahraga manapun." kata Rio sambil kembali menyelesaikan mengepel lantai.
Oh ya Haikal, biasa ya. Nanti. tolong kirimin video nya ke gw."
Haikal hanya mengacungkan jempol pada Rio.
Setelah membersihkan lapangan Indoor, mereka pun segera pulang, dan hari ini Haikal memilih untuk menginap di rumah Juna.
"Orang tua lo dines luar kota lagi?" tanya Juna saat mereka berdua sedang dalam perjalanan ke rumah Juna.
"Iya, mereka bakal stay di luar kota cukup lama. Jadi thanks banget udah bolehin gw numpang di rumah lo, gw males banget kalau cuma berdua sama abang gw. Ogah gw di jadiin babunya."
"Santai. Tapi lo yakin gak bawa motor lo sendiri?"
"Besok paling gw ambil, biasa tadi di pake abang gw karena mobilnya masuk bengkel lagi."
"Lagian mobil udah tua gitu masih aja di pake, harusnya udah di museumin tuh." kata Juna sambil tertawa.
"Lo tahu sendiri abang gw pelit banget. Mana mau dia ganti mobil sebelum tuh mobil bener-bener mati. Padahal biaya bengkel jauh lebih gede daripada beli mobil baru." gerutu Haikal kesal jika sudah menyangkut kakak laki-laki nya itu.
Setelah melewati lampu merah, Juna membelokan motor nya ke arah perumahan dimana rumahnya berada. Lima menit kemudian mereka berdua sudah tiba di depan rumah Juna.
"Assalamualaikum wahai orang rumah yang budiman, orang ganteng udah pulang nih." teriak Juna memberi salam begitu ia memasuki rumahnya.
"Waalaikumsalam, kalau salam itu jangan teriak-teriak gitu." tegur Mamah saat anak laki-laki nya itu berjalan mendekatinya dan mencium tangannya.
"Hehe maap maap."
"Malam tante. Haikal ijin numpang nginep beberapa hari ya tante. Biasa orang rumah lagi pada dinas." sapa Haikal lalu mencium tangan mamah Juna.
Mamah Juna tersenyum lembut, "Boleh dong. Ya udah kalian ganti baju, mandi terus makan."
"Siap Nyonya!"
Juna dan Haikal pun langsung beranjak ke kamar Juna yang berada di lantai dua.
"Mbak lo belum balik?"
"Mbak gw paling balik bentar lagi. Akhir-akhir ini dia sibuk kuliah sama magang."
Haikal pun hanya mengangguk kan kepalanya.
**