Dua Puluh Sembilan

1024 Words
Tanpa terasa klub kami sudah berjalan satu bulan lebih, itu artinya dua bulan lagi pertandingan olahraga antar sekolah akan di laksanakan. Kami berlatih mati-matian dan syukurlah Genta sudah benar-benar menjadi anggota tetap kami, kalau tidak pasti kita akan di perlihatkan drama season ke 100 oleh Rio. Lalu sesuai yang di katakan Rio waktu lalu kalau kami akan melakukan latihan tanding dengan klub sepak takraw Nirmala Highschool yaitu White Lily. Jangan tanya aku kenapa nama klub mereka sangat feminim. Aku saja berfikir jika itu adalah klub sepak takraw putri. Rio bilang sekolah itu memang mempunyai klub sepak takraw putri tapi itu pun baru saja terbentuk. Kembali lagi ke topik, kami akan melakukan latihan tanding dengan White Lily tiga hari di sekolah kami. Sekarang kami juga sudah memiliki guru penanggung jawab klub, jadi kami bisa berlatih dan melakukan latihan tanding ini tanpa harus mengganggu klub lain. Aku dan Radi sedang melakukan pemanasan sembari menunggu Genta, Rio dan Kak Haqi. Di antara kami semua, sepertinya yang paling rajin datang lebih dulu adalah aku dan Radi, mungkin karena kelas kami jarang jam terakhir ngaret. "Menurut lo mereka bakal babat habis kita gak sih? secara kita kan culun banget." ucap ku pada Radi. Kami menghentikan pemanasan dan memilih duduk. "Gw juga kurang tahu, tapi gw rasa malah lebih bagus kalau mereka tim yang kuat. Kalau tim mereka kuat, kita bisa lebih meningkatkan skill kita." "Lo bener sih, tapi gw deg-degan juga." "Gw malah semangat banget, apalagi gw juga gak sabar buat ikutan pertandingan olahraga antar sekolah nanti." Dengusan kecil keluar dari mulut ku, "Kok gw enggak ya." kata ku. Suara pintu ruang olahraga terbuka, kami kira yang lain sudah datang, ternyata Pak Alvan yang datang. "Loh, yang lain belum dateng?" tanya nya sambil berjalan mendekat kami berdua. Aku menggeleng, "Belum, kelasnya Rio itu paling terkenal dengan jam karet di pelajaran terakhirnya. Kalau Genta katanya ada ulangan di kelasnya, paling bentar lagi dateng." jawab ku. Pak Alvan menganggukkan kepalanya, ia pun ikut duduk bersama kami. "Tiga hari lagi kalian akan latihan tanding dengan Nirmala Highschool. Jadi latihan hari ini kita akan fokus pada latihan formasi." jelasnya. Aku dan Radi mengangguk serempak. "Apa kalian memiliki kendala selama latihan? kalau kalian menemukan kesulitan dalam latihan, sebaiknya kalian segera memberitahu ku atau Rio agar tidak akan kesulitan di depannya." Lagi aku dan Radi mengangguk mendengar penjelasan dari Pak Alvan. "Kalau untuk saya, saya tidak memiliki kesulitan yang signifikan. Hanya saja kadang bola yang saya lempar kurang terkontrol." kata ku. Sejak Pak Alvan menjadi pelatih kami, aku memutuskan untuk menggunakan kata yang lebih sopan. Mengganti kata 'gw' menjadi 'saya'. Yang susah beradaptasi mengenai hal itu mungkin adalah Rio, karena selain sebagai murid dan pelatih, mereka sudah berteman cukup lama. Pak Alvan sendiri sebenarnya tidak masalah dengan panggilan apapun tapi menurut ku lebih baik kita bisa bersikap sopan atau pun santai sesuai waktunya. Di luar jam latihan kami pun aku kembali menggunakan bahasa informal. "Kalau lo, Di?" tanya Pak Alvan pada Radi. "Kalau saya sendiri tidak ada masalah apapun." "Bagus. Untuk masalah kontrol kecepatan memang cukup sulit untuk pemain pemula seperti mu, Jun. Kau bisa melatih kontrol lemparan mu dengan berlatih melempar atau menendang bola itu ke tembok, dan selalu pastikan posisi tubuh mu sudah benar." jawabnya dan aku pun mengangguk paham. Lima belas menit kemudian para anggota yang lain pun datang, dan latihan pun hari ini pun dimulai. * Suara decit sepatu juga suara bola yang di pukul terdengar menggema di ruangan olahraga. Begitu pun suara Pak Alvan yang berteriak ke satu anggota dan anggota yang lain, termasuk juga aku. Selama satu jam pertama kami berlatih formasi menyerang, tak ada yang tak luput dari teriakan Pak Alvan yang cukup keras melatih kami. Lalu setelahnya latihan kami di lanjutkan dengan formasi pertahanan. Jujur saja bertahan jauh lebih susah dari pada menyerang, terutama jika kita mendapatkan lawan yang pandai dalam p*********n dan tekong yang sempurna. Priiiitttt! Pak Alvan meniupkan peluitnya. Aku juga anggota yang lain langsung menghentikan permainan kami. Seperti biasa, Riri segera memberikan minuman sport drink dan handuk kecil pada kami semua. "Thanks." ucap ku. Tanpa berlama lagi aku segera meneguk minuman milik ku. "Permainan kalian sudah cukup meningkat dengan bagus, kalian bisa saling menutupi kekurangan anggota tim yang lain." ucap Pak Alvan saat kami semua sudah duduk di lantai sambil terengah. "Karena ini adalah latihan tanding kalian yang pertama, saya juga Pak Ridwan (guru penanggung jawab) sudah berdiskusi dengan pelatih dan guru penanggung jawab dari pihak mereka jika kalian akan turun semua. Kalian akan bermain masing-masing satu ronde." katanya. Pak Alvan pun mengambil selembar kertas yang Riri berikan. "Kita hanya akan bertanding 2 ronde. Di ronde yang pertama yang akan bermain adalah Juna, Genta dan Rio. Lalu untuk yang bermain di ronde kedua adalah Haqi, Radi dan Juna. Juna kamu akan bermain full dua ronde." lanjut nya. "Ada yang ingin di tanyakan?" tanya nya lagi. Kami semua saling tatap lalu kembali melihat Pak Alvan dan menggelengkan kepala berbarengan. "Oke, saya harap kalian semua sudah paham. Karena kita akan latihan tanding lusa jadi besok kita libur dulu." "Kenapa kita harus libur? bukannya lebih baik kita latihan agar lebih siap?" tanya Genta. "Libur sehari sebelum pertandingan juga merupakan salah satu latihan ringan. Bukankah kalian harus mengisi tenaga agar lebih baik? memaksakan diri latihan terus menerus juga bukan hal yang baik." jawab Pak Alvan sambil tersenyum lebar. "Kalau sudah tidak ada yang di tanya kan lagu, latihan kita hari ini cukup sampai di sini. Kalian boleh bubar. Saya harap kalian melakukan yang terbaik saat latihan tanding nanti. Buktikan pada mereka, walaupun kita baru saja terbentuk tetapi kita tidak bisa di anggap remeh. Apapun hasilnya nanti, pasti akan tetap berguna untuk kalian. Jadi pelajari baik-baik teknik mereka." katanya memeberikan semangat pada kami semua. Sebelum kembali ke ruangan klub, aku, Radi dan Genta membantu Riri membereskan peralatan yang kami gunakan lalu menyimpan nya kembali di tempat nya semula, sedangkan Rio dan Kak Haqi terlihat sedang berdiskusi dengan Pak Alvan. Setelah semuanya rapih dan mengubah ruangan olahraga, kami semua kembali ke ruangan klub bersama. "Gilaaaa! gw gak sabar buat latihan tanding besok!" ucap Genta dengan semangat empat lima. Rio tertawa terbahak, "Pertahankan semangat kalian sampai latihan tanding kita nanti!" *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD