Latihan tanding dengan Nirmala Highschool pun tiba. Selesai pelajaran terakhir aku dan Radi bergegas ke ruang olahraga untuk menyiapkan semuanya, Haikal pun ikut membantu kami.
Saat kami tiba di ruang olahraga, sudah ada Riri yang sedang menyiapkan net. Aku pun segera membantunya bersama Haikal, sedangkan Radi mengeluarkan tempat bola-bola sepak takraw dari ruang penyimpanan.
Di saat kami sedang mempersiapkan semuanya, Genta akhirnya datang bersama Kak Haqi. Karet aku tidak melihat Rio datang bersama mereka, sepertinya Rio ikut Pak Alvan dan Pak Ridwan menunggu tim White Lily.
"Kalian pemanasan aja dulu, biar sisanya gw sama Haikal yang beresin. Udah kelar semua ini." kata Riri pada kami semua.
Setelah memastikan sekali lagi bahwa semuanya sudah siap, aku juga yang lainnya mulai melakukan pemanasan bersama. Dalam olahraga apapun jangan sampai melupakan pemanasan karena kalau tidak dampak negatif nya bisa sangat besar. Terlebih permainan sepak takraw ini benar-benar membutuhkan kelenturan badan.
Suara derap kaki terdengar lalu Rio pun masuk ke dalam dengannya terengah, rupanya Rio kemari dengan berlari.
"White Lily udah dateng?" tanya Genta begitu melihat Rio menghampiri kami semua.
"Belum, tapi Alvan minta gw buat ke sini dan melakukan pemanasan."
Kami bermain sebentar sembari menunggu kedatangan tim White Lily. Sejak tadi rasanya aku sudah berdebar tidak karuan, aku sudah tidak sabar untuk bertemu langsung dengan tim lawan kami.
Setengah jam kemudian Pak Alvan dan Pak Ridwan datang bersama rombongan tim sepak takraw Nirmala highschool, White Lily.
Rio menyuruh kami semua untuk berkumpul bersama. Melihat banyaknya anggota tim, aku sedikit meras takjub tapi juga minder. Mungkin karena baru kali ini aku melihat tim dengan anggota yang jauh lebih banyak dari pada tim ku sendiri.
Pak Alvan berdiri di depan kami bersama dua pria yang aku yakin pasti pelatih dan penanggung jawab dari tim White Lily.
"Saya Hermawan pelatih tim sepak takraw pria White Lily dan yang di samping saya adalah guru penanggung jawab tim Antonio. Saya harap kita bisa bertanding secara adil. Mari kita sama-sama meningkatkan kemampuan." ucapnya memperkenalkan diri.
Lalu seorang laki-laki maju ke depan dengan senyum miring di bibirnya. "Saya ketua klub tim, Sena." tatapan dari Sena lalu mengarah pada Rio yang berdiri di samping Genta.
"Sudah lama kita tidak bertemu ya, Rio. Aku harap mereka sehebat yang dikatakan oleh mu." lanjutnya.
Pak Hermawan menepuk pundak Sena, seakan-akan mengatakan untuk berhenti bicara yang tidak-tidak.
"Kita tidak akan membuang waktu dengan berbasa-basi, untuk White Lily silahkan ke tempat duduk yang sudah kami siapkan untuk tim kalain. Kita akan mulai latihan tanding ini lima belas menit lagi."
Pak Hermawan dan rombongan tim White Lily pun berjalan menuju tempat yang di maksud, sedangkan aku dan yang lain kembali ke tempat kami.
Pak Alvan pun kembali menghampiri kami dan menatap kami satu persatu.
"Anggap saja latihan tanding ini adalah pembuka jalan kalian menuju pertandingan olahraga nasional nanti, kerahkan semua yang sudah kalian pelajari selama ini dengan baik. Apa kalian sudah siap?"
"Siap!" jawab kami serentak dengan sangat semangat.
Pak Alvan menjelaskan kembali strategi yang akan kami mainkan kali ini. Aku melihat ke sekeliling mencari Haikal dan aku menemukannya duduk tidak jauh dari bench kami dengan kamera yang sudah standby.
Saat Haikal bilang akan melihat latihan tanding ini, aku menyuruhnya untuk merekam permainan kami sampai selesai. Selain untuk melihat bagaimana permainan ku juga tim, juga sebagai bahan untuk melihat kemampuan tim lawan agar bisa kami pelajari.
Haikal yang sedang menikmati kacang di tangannya langsung memberikan jempol saat melihat ku.
Aku kembali fokus pada apa yang di katakan Pak Alvan dengan serius. Rasanya seperti kembali di saat pertama kali aku melakukan pertandingan pencak silat pertama ku.
Waktu yang di berikan Pak Alvan untuk bersiap pun habis. Kedua tim langsung menuju posisi mereka masing-masing.
Rio juga Sena maju ke arah Pak Alvan untuk menentukan siapa yang akan melempar lebih dulu.
"Tumben lo gak se tim sama Haqi? bukannya kalian tidak terpisahkan ya?"
"Bacot." jawab Rio ketus.
Koin pun terlempar ke atas lalu terjatuh ke telapak tangan Pak Alvan.
Sena terlihat tersenyum miring lagi saat ia melihat koin, dan tim nya lah yang akan melempar lebih dulu.
Rio kembali ke posisinya, aku dan Genta pun mulai bersiap untuk menerima lemparan pertama dari tim White Lily.
Tak!
Bola pun terlempar dengan kekuatan penuh tapi terkontrol dengan baik, hampir saja Rio tidak berhasil menahan bola itu.
Bola itu pun kembali berhasil Rio tendang. Aku cukup kesulitan menerima serangan demi serangan yang di berikan tim lawan.
Ini udah beda level woi!
Selama sepuluh menit berlangsung tim lawan sudah mencetak angka lebih, sedangkan kami baru bisa mencetak angka empat.
Aku benar-benar kesulitan dengan defense yang di lakukan White Lily, tendangan dari kami seakan tidak akan pernah bisa membuat bola melewati dinding mereka.
"Fokus! fokus!" teriak Pak Alvan.
Tempo yang di berikan benar-benar sangat berbeda daripada latihan kami selama ini. Entah sudah berapa kali aku terkecoh dengan lemparan yang di berikan mereka.
Priiiitttt!
Peluit tanda istirahat di bunyikan, aku berjalan kesal ke arah bangku.
"Anjir, mereka udah beda level banget sama kita!" kata ku menggebu-gebu.
"Level mereka aja udah bikin gw kelimpungan gimana dengan pertandingan olahraga nasional antar sekolah nanti?" lanjut ku sambil menggerutu.
"Justru ini bagus untuk kalian bukan? perhatikan cara permainan mereka dengan seksama. Fokuskan pada bola yang mengarah pada kalian." ucap Pak Alvan memberikan saran.
Waktu istirahat pun berlalu, kami kembali lagi ke posisi kami. Hanya butuh lima poin lagi untuk menyelesaikan ronde pertama ini.
Peluit pun kembali terdengar. Kali ini Rio lah yang akan melempar kan bola.
Rio menatap lurus ke arah tim lawan atau lebih tepatnya ia menatap lurus pada Sena yang sedang tersenyum mengejek padanya.
Bola berhasil di tendang tepat ke arah Sena, tidak seperti kami yang sedikit kesusahan saat menerima bola dari mereka, sepertinya untuk tim White Lily hal itu adalah hal mudah. Dengan cepat ia sudah kembali mengembalikan bola itu pada kami.
Saat kami berfikir kalau kami akan kalah di ronde pertama ini, Genta berhasil memukul bola itu dengan melakukan lemparan salto yang aku tahu itu sangat tidak lah mudah.
Tendangan itu berhasil membuat bola tidak. bisa di terima tim lawan dan akhirnya memberikan kami poin. Poin yang sekarang menjadi seimbang.
*