Tiga Puluh Satu

1007 Words
Pertandingan ronde pertama di menangkan oleh White Lily dengan skor yang hanya berbeda tipis. Setelah sebelumnya Genta berhasil mengembalikan bola yang di tendang oleh tekong dari White Lily, kami sempat mengungguli tim lawan namun mereka pun berhasil membalik keadaan kembali. Sebelum melakukan ronde ke dua, kami di beri waktu istirahat lima belas menit. Aku, Genta dan Rio kembali ke tempat kami, begitu pun dengan tim lawan. Aku meneguk sisa minuman sport drink yang tersisa, aku nafas ku masih naik turun setelah permainan tadi. "Permainan yang bagus." ucap Pak Alvan begitu melihat kami sudah cukup rileks. "Selain terkenal dengan defense nya, tekong mereka juga cukup terkenal. Karena sebagai tim yang belum lama terbentuk, tekong mereka selalu berhasil melempar bola dengan cepat." lanjutnya. Pak Alvan menatap ke arah ku, "Juna, apa kau masih sanggup untuk bermain di ronde 2 nanti?" Aku yang sejak tadi diam memperhatikan hanya menganggukkan kepalaku. "Walaupun kita kalah tetapi skor kita cukup dekat, untuk tim selanjutnya jangan lengah. Tetap fokus dan perhatikan cara bermain mereka." kata Pak Alvan memberikan semangat pada kami. * Pov author Di sisi lain Sena melihat tim Rio dari bangku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat duduk mereka. "Lo liatin apaan?" tanya pemuda yang duduk di samping Sena. Sena yang tidak melepaskan pandangan nya dari Rio mengundang kesalahpahaman teman di samping nya itu. "Lo lagi liatin manajer tim Harimau Putih?" tanya nya lagi, kali ini sambil ikut melihat tim lawan dengan pandangan penasaran. Lirikan Sena langsung mengarah pada teman yang duduk tepat di samping nya itu. "Manajer apaan? lo ngomong apaan sih?" tanya Sena kesal. "Lah terus lo liatin apaan? lo gak belok kan?" tanya nya dengan sembarangan. "Hati-hati lo kalau ngomong!" bentak Sena. "Sena, Rizal. Berhenti bertengkar." perintah pelatih mereka. Rizal mengangkat kedua tangan nya sambil bergumam meminta maaf pada Sena. Di ronde kedua, Riza dan kedua adik kelas mereka yang akan maju. Saat melihat jika salah satu adik kelas Rio yang sebelumnya bermain kini ikut bermain lagi, ia hanya hanya bisa mendengus geli. "Sepertinya mereka benar-benar kekurangan pemain." gumamnya. "Apa? lo ngomong sesuatu, Sen?" tanya Rizal yang tengah bersiap untuk bermain. Lagi Sena mengarahkan pandangannya pada Rio, yang kini Rio pun sedang menatap nya balik dengan pandangan yang bisa di bilang tidak suka. Peluit kembali berbunyi, pelatih tim Harimau Putih yang bernama Alvan itu meminta Rizal dan Haqi untuk mendekat ke arahnya dan mulai melempar koin sama seperti pertandingan pertama tadi. Kini koin itu memutuskan tim Harimau Putih lah yang akan melemparkan bola terlebih dahulu. Rizal juga yang lainnya kini bersiap di posisi masing-masing. Senyum miring kini tercetak kembali di bibir Sena. Kedua pertahanan terbaik saling berhadapan, yaitu Haqi dan Rizal. Sena sudah mengenal Rio dan Haqi cukup lama. Mereka sudah saling mengenal sejak SMP, lalu di tahun kedua mereka berteman dengan Putra dan Ray. Sepak takraw mendekatkan kami berlima, hingga suatu hari kami semua akhirnya berpisah. Sejak kelulusan, Sena tidak pernah lagi berhubungan dengan Putra dan Ray, begitu pun dengan Rio dan Haqi. Terakhir kali Sena mengetahui kabar Rio dan Haqi adalah saat tim Harimau Putih di bubarkan karena pelatih utama mereka meninggalkan dunia dan asisten nya menolak untuk melanjutkan. Lalu tiba-tiba saja ia di beritahukanjika tim nya akan melawan tim dari Harimau Putih, ia sempat tidak percaya jika tim itu akan terdengar kembali namanya. Saat itu Sena berusaha menghubungi Rio untuk memastikan tetapi ia tidak pernah menjawabnya. Lalu ia pun kembali tersadar karena teriakan pelatih dari samping nya. Sena melihat papan skor yang di tulis oleh manajer tim Harimau Putih dan White Lily. 09-11 Skor tim-nya lebih unggul seperti ronde sebelum nya, namun di pertandingan awal ini tim Harimau Putih berhasil mengejar jarak lebih cepat dari pada sebelum nya. Tatapan Sena mengarah pada Juna, pemain yang bermain lagi karena mereka kekurangan anggota. Sepertinya Juna sudah memahaminya permainan kami sehingga ia bisa menentukan langkah lebih baik. Tidak seperti anggota sebelum nya, anggota yang sekarang lebih terlihat terarah. Bukan hanya Juna dan Haqi tetapi juga pemain bernama Radi. Pemuda itu terlihat jauh lebih menguasai tentang olahraga sepak takraw ini di bandingkan dengan anggota yang sebelumnya. Tak! Suara bola yang saling di tendang dan decitan sepatu saling terdengar saut menyahut, juga teriakan pendukung yang terdengar dari kedua belah pihak tim. Sena kembali tersenyum saat melihat Haqi dengan mudahnya melakukan defense saat salah anggota kami mencoba melakukan perlawanan. Tidak seperti Rio yang langsung menyerang, Haqi lebih menggunakan kelebihan nya dalam bertahan sambil membuat taktik agar lawan bisa terjebak dalam permainan nya. Untung lah latihan tanding ini mereka tidak di pasangkan bersama, karena jika tidak, tim White Lily pasti akan kesusahan melawan pasangan itu. Tanpa sadar Sena bersiul saat melihat lompatan Radi yang tinggi dan berhasil menendang bola dengan teknik salto di udara. Teknik yang cukup sulit, ia tahu walaupun Radi belum bisa melakukan tendangan itu dengan sempurna tapi jika di latih lebih, ia akan menjadi pemain sepak takraw yang menjanjikan. Akhirnya peluit tanda pertandingan terakhir pun usai. Di ronde kedua ini tim Harimau Putih berhasil membuat poin seimbang. Rizal berjalan menuju bangku dan langsung meneguk habis minumannya, "Sumpah, siapa itu yang nendang pake salto tadi? gw cukup kesusahan nerima serang dari dia." "Menurut kalian bagaimana dengan Harimau Putih?" tanya pelatih White Lily. "Gak bisa di remeh kan Pak. Walaupun mungkin belum sehebat kita tapi jika kita melakukan latihan tanding lagi nanti, saya rasa mereka bisa seperti kita atau mungkin bisa mengungguli kita." ucap Rizal serius. Pelatih pun mengangguk setuju begitu juga anggota yang ada di sana. Selesai beristirahat, kedua pelatih dan guru penanggung jawab meminta kami semua untuk berkumpul kembali sebelum mengakhiri latihan tanding hari ini. "Terimakasih atas kerja kerasnya, lalu terimakasih kepada tim White Lily yang sudah mau mengabulkan latihan tanding bersama." ucap Pak Alvan. "Kami juga senang dengan latihan tanding ini, saya sungguh tidak menyangka jika kalian Harimau Putih memiliki anggota yang luar biasa. Dalam permainan, kalah menang adalah hal biasa, namun kita tidak boleh terbuai dengan kemenangan, juga tidak boleh terpuruk dengan kekalahan. Jadikan kedua hal itu sebagai kesempatan kalian untuk menjadi lebih baik lagi, menjadi yang terbaik." ucap Pak Ridwan. Lalu latihan tanding pun selesai. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD