Enam

1248 Words
Setelah mengetahui siapa yang akan memulai lebih dulu, para tim kembali ke posisi mereka dan bersiap untuk segera memulai pertandingan sepak takraw. Aku memusatkan perhatianku pada pertandingan kali ini, karena ini adalah pertandingan dari tim jagoan Rio, aku penasaran juga. Aku benar-benar harus fokus pada pertandingan agar aku juga bisa sedikit mempelajarinya dari pertandingan langsung di depan ku ini. Tim lawan mulai melemparkan bola rotan itu yang jika di perhatikan ternyata bola sepak takraw lebih kecil dari bola voli ataupun basket. Mungkin sebesar bola tenis, hanya saja bola sepak takraw terbuat dari rotan. Tak! Pukulan pertama berhasil di layangkan dengan sempurna oleh tim lawan, tim jagoan Rio pun menerima bola itu dengan cepat dan aku tidak bisa tidak kagum melihat bagaimana mereka saling memukul bola menggunakan kaki mereka. Sepertinya syarat lain dalam bermain sepak takraw adalah memiliki badan yang lentur. Net sepak takraw memang tidak setinggi voli tapi tetap saja tidak akan mudah memukul bola seperti itu. Jika aku menerima tawaran Rio untuk mencoba bergabung di klub sepak takraw nya, butuh berapa lama aku harus mempelajari tekniknya? Aku kembali tersadar dari lamunanku saat Rio, Kak Haqi, juga beberapa pendukung yang duduk di sekitar kami bersorak dengan semangat, aku melihat ke arah pertandingan tersebut, ternyata tim jagoan Rio berhasil merebut satu poin di pertandingan pertama ini. Baik dari tim jagoan Rio ataupun lawannya benar-benar tidak bisa di tebak arah permainannya, mereka sama-sama hebat. Bola kembali di layangkan kali ini berhasil di halau oleh tim lawan, mereka pun seakan tidak mau mengalah, mereka mulai memojokkan tim jagoan Rio dan membuat mereka akhirnya bisa memasukkan satu poin. suara decikan juga suara bola rotan di pukul terdengar di setiap sudut stadion ini, juga suara gemuruh para pendukung yang mendukung tim andalan mereka. Aku tersenyum, entah sudah berapa lama aku tidak merasakan perasaan seperti ini lagi, terakhir aku merasakannya adalah saat turnamen pencak silat tahun lalu. Juga perasaan yang sama saat pertama kali melihat pencak silat, rasa kagum dan ingin ikut merasakan nya membuatku akhirnya mengikuti jejak kakek yang juga adalah ketua dari padepokan pencak silat. Karena aku berkata ingin mempelajari ilmu pencak silat kakek mulai mengajari ku dengan sangat keras, namun anehnya aku tidak pernah merasa keberatan sama sekali. Saat pertama kali mencoba melawan senior dan berhasil mengalahkannya, perasaan bangga itu menghapus segala rasa lelah, yang ada justru membuatku semakin semangat untuk terus berlatih hingga akhirnya aku memenangkan kejuaraan tahun lalu. Perasaan inilah yang kurasakan lagi setelah sekian lama. Apakah akhirnya aku akan mencoba ikut bergabung dalam klub sepak takraw sekolah? Aku menggelengkan kepala ku, aku harus benar-benar memikirkannya, aku tidak ingin mengecewakan siapapun nantinya. Setelah empat puluh lima menit peluit berhenti yang menandakan jika pertandingan babak pertama selesai dan memberikan waktu istirahat selama lima belas menit, sorakan para penggemar yang sebelumnya terdengar kini hanya riuh obrolan mereka, Rio membalikan badannya menatap ku sambil tersenyum lebar. "Bagaimana? kau sudah mulai tertarik dengan sepak takraw?" "Terlihat seru, tapi masih harus ku pikirkan lagi jika ingin bergabung." jawab ku sambil bersedekap. "Kak, saya boleh bergabung dengan klub sepak takraw kalian?" tanya Radi tiba-tiba. Rio membungkam mulutnya dan matanya mulai berkaca-kaca berlebihan. "Tentu! tentu kau boleh bergabung dengan kami. Akhirnya kita punya junior!!" ucap Rio semangat dan Kak Haqi yang bertepuk tangan dengan tampang datarnya itu membuat Juna memutar matanya. Mereka berdua terus membicarakan tentang sepak takraw, sedangkan Juna hanya diam melihatnya karena tidak mengerti dengan apa yang mereka obrolkan. "Btw Jun, lo dari SMP Budi Pekerti kan?" tanya Radi. Juna yang sedang asik men scroll sosial media nya, mengangkat kepalanya dan menatap Radi. "Kenapa memangnya?" tanya ku. "Berarti rumor yang di maksud itu lo ya?" Hah? nih anak ngomong apa sih? "Rumor apaan?" "Pemenang kejuaraan pencak silat dari sekolah SMP Budi Pekerti masuk sekolah kita. Itu lo kan?" tanya Radi memastikan. "Kayanya kalau lo salah satu orang yang ada di lapangan waktu awal sekolah. Dengan melihat kehebohan yang di lakukan para kakak tingkat itu. Lo bakal tau kalau itu bukan rumor." jawab ku setengah kesal. Yah kenangan itu akan menjadi kenangan menyebalkan yang akan selalu membuatnya kesal. "Sayangnya waktu itu gue gak ke lapangan jadi ketinggalan deh acara heboh itu." "Terus setau gue lo belum ikut ekskul apapun. Kakaknya temen gue kan kating kita, wakil ketua klub karate. Doi cerita katanya udah ngajak lo berulang kali untuk bergabung di klub mereka tapi selalu lo tolak, kenapa?" tanya Radi lagi. "Gue bertekad setelah masuk SMA gue mau gabung di klub selain bela diri. Gue mau ngerasain klub yang lain juga." "Nah, terus kenapa lo juga gak nerima langsung tawaran gue buat gabung ke klub sepak takraw?" kali ini Rio yang bertanya. Aku menghembuskan napas pelan, "Kan gue udah bilang kalau gue gak begitu tau tentang olahraga satu ini. Gue gak mau masuk ekskul yang pada akhirnya membuat gue terpaksa dan gak enjoy nikmatin nya." jawab ku dengan lugas. "Terus kenapa lo ga gabung ekskul yang lain?" "Gue udah coba masuk klub musik, klub mading sampai klub bola. Tapi gak cocok buat gue." "Lo nyobain semua itu?!" tanya Rio sedikit berteriak. "Santai dong. Iya, emangnya kenapa?" "Kok lo curang sih? giliran klub lain lo nyoba buat gabung, tapi giliran gue kayanya susah banget." sungut nya kesal. "Kan gue-" "Ya ya ya ya, gue tahu. karena lo gak tau apa-apa tentang sepak takraw." potong Rio sambil kembali membalikkan badannya menghadap lapangan dengan cemberut. Ya elah pake acara ngambek kaya cewek. "Rio, Juna punya alasan yang cukup masuk akal. Jadi tidak perlu bersikap seperti ini padanya." ujar Haqi. Aku baru saja membuka mulut ku untuk mengatakan sesuatu terpaksa di urungkan saat pluit pertanda pertandingan kembali di mulai terdengar. Diam-diam aku menghembuskan napas lega, dan mulai mengamati jalannya sisa pertandingan. * Teeeeeeet!! Pertandingan berakhir dengan kemenangan oleh tim yang di dukung Rio, hasil pertandingannya hanya berbeda sedikit selisih. Babak yang cukup seru saat di akhir, aku bahkan sampai ikut berteriak menyemangati para tim yang bertanding. Aku pikir mereka akan kalah karena di tengah pertandingan salah satu pemain mengalami cedera yang mengharuskan dirinya di ganti oleh pemain lain, namun ternyata mereka tidak kehilangan keseimbangan. Mereka bahkan membuat lawan semakin terpojok setelah kedatangan pemain baru itu, suasana pertandingan semakin memanas saat pukulan terkahir hampir saja gagal di lempar balik. Tim lawan yang sudah berbesar kepala mengira mereka akan menang rupanya membuat mereka menurunkan kewaspadaan hingga di jadikan celah dan akhirnya dengan pukulan terakhir mereka berhasil menang. Seperti yang pernah di katakan kakek jangan pernah menganggap remeh lawan mu, siapapun dan dalam kondisi apapun. Aku juga kakak kelas ku tidak ikut menonton pertandingan hingga selesai. Sejak awal sepertinya Rio hanya ingin datang dan mendukungnya tim kesayangannya saja. Jadi setelah pertandingan itu selesai, kami bertiga memutuskan untuk nongkrong dulu. Kak Haqi sudah mengajak Radi ikut tadi tapi Radi bilang jika ia masih ingin lihat pertandingan hingga selesai. Kami bertiga memutuskan untuk nongkrong di cafe dekat tempat pertandingan di adakan. Karena cukup ramai, kami memilih duduk di kursi yang ada di teras depan cafe tersebut. "Jadi giman menurut lo, Jun?" tanya Rio sambil menyesap coffee latte nya. "Cukup seru. Tapi gue masih gak yakin apakah gue bisa menendang bola rotan itu seperti mereka." Rio terkekeh pelan, "Emang gak gampang dan kadang bikin frustasi tapi percaya sama gue, begitu lo berhasil nendang tuh bola, lo pasti bakal ketagihan." ucapnya semangat. Aku memikirkan sejenak, yah tidak ada salahnya sih untuk mencoba gabung dengan mereka. Toh aku juga sudah tidak harus ke padepokan lagi. Ini juga bisa jadi pengalaman gue yang baru. "Gue minta waktu sebentar lagi deh. Nanti kalau gue udah siap, gue hubungin kalian." *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD