Pagi itu, suasana rumah sakit sudah mulai sibuk. Seorang perawat masuk ke ruangan Arshan sambil membawa beberapa berkas. “Dok, apakah praktiknya sudah bisa dibuka? Sudah ada pasien yang menunggu,” tanya perawat itu. Arshan, yang sejak tadi memeriksa jadwal di mejanya, mengalihkan pandangan ke jam dinding. Jarum panjang baru saja melewati angka dua belas. Ia mengangguk pelan lalu berkata, “Ya, buka saja, tidak apa-apa.” “Baik, Dok,” balas perawat itu sebelum keluar dan membuka ruang praktik. Tak lama, Arshan melihat dari balik pintu kaca ruangan bahwa deretan pasien mulai masuk, menunggu giliran dengan sabar. Namun, pikirannya justru teralihkan. Ia teringat—beberapa hari lagi lamaran akan dilakukan, dan ia belum membeli semua yang perlu dipersiapkan. Seserahan, baju, sepatu, perhiasan…s