Hedy melirik ke arah Mila yang mendadak murung sejak beberapa saat yang lalu. Wajah Mila tampak tegang, rahangnya mengeras. Ia hanya diam sambil memeluk tas kecilnya erat-erat. “Mila,” Hedy akhirnya bicara, “Kenapa kamu mendadak diam? Kamu nggak suka dengan pilihan cincinnya?” Mila menoleh cepat dengan sorot mata marah. “Bukan soal cincin, Hedy. Tapi soal kamu.” Hedy mengerutkan kening. “Aku? Maksud kamu apa?” “Kenapa kamu ingin berhenti sekaran? Kenapa kamu melamun begitu lama di toko? Jangan bilang kamu masih ingat Sanvi?” Nada suara Mila naik, amarahnya tersulut. Hedy tercekat. Dia tak menyangka Mila membaca pikirannya. Ia sempat berniat jujur, namun melihat wajah Mila yang mulai memerah karena emosi, ia pun menggeleng cepat dan berbohong, “Aku nggak mikirin Sanvi. Nggak ada hubung