Perkataan Wina menggema di ruang tamu seperti tamparan halus yang menghantam sisi tenang Sanvi yang selama ini coba ia pelihara. Nada tinggi dan tuduhan sepihak dari ibu tirinya itu bukan hanya mengusik, tapi juga menekan sesuatu yang sudah lama dipendam. Bagi Sanvi, ini bukan kali pertama Wina berlaku tidak adil. Tapi malam ini, ia merasa cukup. Ia tidak ingin terus menjadi korban diam dalam rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman untuk pulang. Dengan mata yang menatap lurus dan suara yang naik satu oktaf, Sanvi akhirnya meledak. “Tante, aku sudah dewasa dan bisa menjaga diriku sendiri. Pulang malam pun aku tidak ngawur dan masih tahu batasannya! Aku tidak akan melakukan hal aneh apapun di luar sana. Tapi kalau Tante marah karena aku pulang malam—lalu bagaimana dengan Mila? Ap