POV Rheinatta Aku menarik napas panjang ketika mengarahkan taman kecil buatan Anak Fakultas Sastra. Langkahku yang membawa aku kemari. Aku memang sedang butuh udara segar, dan berdasarkan pengamatanku, kalau jam-jam segini, kondisi taman mungil ini pastinya sedang sepi. Dengan begitu, mungkin bisa aku jadikan sebagai tempat untuk merenung sesaat. Dan juga menjadi pengalih perhatian dari situasi tak nyaman yang membelitku seusai ‘perkenalan’ tak terduga dengan Nicky. Aku menghitung dalam diam, selagi melangkah pelan. Seolah aku menikmati langkah-langkahku. Padahal tidak sepenuhnya begitu. Andai boleh jujur, aku capek. Tepatnya hatiku. Di rumah aku capek ‘menyambungkan’ Papa dengan Bang Rusli, berulang kali mencoba membujuk dan memohon pada Papa untuk menemui Bang Rusli di Su