“Kita ketemu lagi.” Milda berkedip. Mulutnya terbuka dan menutup beberapa kali seperti hendak mengeluarkan kata-kata tetapi urung karena otak Milda bahkan masih berusaha memproses apa yang sebenarnya baru saja terjadi saat ini. Keberadaan Revin di sana tentu saja sangat jelas sebagai tamu undangan. Yang jadi pertanyaan, kenapa Revin ada di sana karena ia pikir lelaki itu bekerja di rumah sakit di luar negeri. Entah itu di Australia atau benua lainnya. Yang jelas bukan di Indonesia. Tetapi melihat keberadaan Revin saat ini seharusnya Milda dapat menemukan jawabannya tanpa benar-benar bertanya. “Such a nightmare.” Akhirnya hanya itulah kalimat yang lolos dari bibir Milda. Revin tertawa, lelaki itu tampak rupawan dengan turtle neck berwarna coklat tua di balik jasnya. “Jadi gu