Cuma mimpi, kan? Mimpi, nih? Yang Rinai tatap dengan menyeluruh tiap sudut kamar itu, lalu beralih fokus ke ponsel, dia melihat riwayat chat dan panggilannya dengan Om Arsen. Mimpi, plis! Sebab bila itu nyata ... bagaimana Rinai menghadapi kenyataan yang ada? Astaga! Dia masuk lagi ke dalam balutan selimut. Sungguh, menyesali perbuatan semalam adalah tak berguna. Namun, menyenanginya ... itu hal gila. Di mana bibir ini sudah bersalaman dengan bibir itu, yang saat waktu kejadian, Rinai malah membeku. Menjadikan mobil sebagai saksi bisu. Pasti Om Arsen semakin makin berpikir bahwa diri ini menginginkan kedekatan di luar batas itu, padahal .... "Nay?" Oh, suara pintu diketuk dan diiringi suara pria, siapa lagi kalau bukan si pemilik asli apartemen ini? "Sarapan saya belum dibikin?"