8. Jangan Main-main Denganku

1068 Words
Semua persiapan pernikahan Bella dan Andreas diurus oleh orang kepercayaan Adrian. Pasangan itu hanya dibutuhkan untuk fitting baju pengantin dan beberapa hal lainnya yang melibatkan mereka berdua. Siang itu, Bella sudah berada di salah satu butik terkemuka dengan ditemani Indira. Awalnya Bella tidak ingin bersama ibu tirinya dan memilih bersama dengan Agisa saja, tapi ayahnya memaksa. Jadi, disinilah mereka mengepas gaun yang akan dikenakan oleh Bella di resepsi pernikahannya dan dengan gaun Bridesmaids yang akan dipakai oleh Agisa dan Maya. “Bentuk tubuhmu sangat sempurna, bila memakai gaun apa saja pasti sangat pas. Aku iri.” Agisa tampak memuji dan mengeluhkan dirinya. Bella hanya tersenyum melihat sikap sahabatnya yang selalu merendah. “Apa Andreas sudah datang?” tanyanya tanpa menanggapi keluhan Agisa. “Entahlah, biar kulihat dulu. Aku akan beritahu bila dia sudah datang.” Baru saja Agisa akan meninggalkan ruang ganti, tangan Bella sudah menahan tangannya. Agisa menoleh menatap Bella dengan raut bertanya. “Jangan beritahu aku, Gis. Biarkan saja." Keduanya tampak saling menatap. Akhirnya Agisa mengangguk. “Oke. Aku akan menunggu di depan. Cepatlah keluar, Maya pasti tidak sabar ingin melihatmu dan menjadi iri." Agisa cekikikan saat mengatakan hal itu. Bella pun ikut tertawa dan membiarkan Agisa keluar dari ruang ganti. Di luar, Agisa bertemu dengan Indira dan Maya yang sudah mengenakan pakaian Bridesmaids. Lalu, matanya melirik pada seorang pria yang duduk di sofa dengan santainya. Agisa lantas menghampiri pria itu. “Bukankah kamu seharusnya melakukan pengepasan juga?” tanya Agisa pada pria itu. Andreas yang sepuluh menit lalu baru saja tiba di butik tersebut hanya menoleh sekilas pada Agisa. “Ya. Aku akan melakukannya.” “Kalau begitu, angkat bokongmu dan lekaslah berganti pakaian!” titah Agisa dengan suara sinisnya. Andreas hanya berdehem menanggapi perintah Agisa, bertepatan dengan tirai di depan mereka terbuka dan menampilkan sosok Bella yang mengenakan gaun pernikahan. Semua mata tertuju pada Bella, tanpa terkecuali Andreas yang sempat menelan ludahnya tatkala melihat gadis itu. Agisa lantas menghampiri Bella dan memujinya dengan antusias. “Wow! Kamu sangat cantik, Bella.” Indira dan Maya hanya melihat sekilas lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain dan memilih sibuk dengan gaunnya masing-masing. “Ini gaun kedua, apakah menurutmu ini lebih menarik dari yang pertama?” tanya Bella yang memandangi penampilannya melalui cermin besar di ruangan itu. “Menurutku ini lebih cantik dan elegan. Aku menyukainya.” Agisa berkomentar lagi. “Oh, tentu saja.” Lalu, tatapan mata Bella bertabrakan dengan sepasang mata dingin milik Andreas yang sudah berada di ruangan itu. Bella baru menyadarinya jika pria itu sudah datang. Andreas segera mengalihkan perhatiannya ke arah lain saat menyadari jika dia telah memperhatikan gadis itu sejak tadi. Andreas tidak akan memungkiri bahwa Bella sangat memukau dan membuat isi pikirannya menjadi liar. Pria itu memaki dirinya sendiri karena dengan bodohnya membayangkan Bella dengan pikiran yang tidak-tidak. Setelah fitting baju pengantin, mereka meninggalkan butik. Sebelum mereka berpisah, Bella menghampiri Andreas. “Kamu harus selalu online, aku tidak mau bila kamu kesulitan untuk dihubungi,” ucap Bella tegas. “Oke." Pria itu hanya membalas singkat. Bella menatapnya sedikit lama, setelah itu pergi meninggalkan Andreas dan menghampiri Agisa yang sudah menunggunya di mobil. Andreas mengembuskan napas panjang. Setelah mobil yang ditumpangi Bella dan Agisa melesat meninggalkan area parkir butik, Andreas memilih untuk segera pergi dari sana. Namun, dia terkejut melihat dua wanita yang dia kenali sebagai ibu tiri dan adik Bella. “Andreas.” Indira menyebut nama pria itu. “Ya?" “Bisa kita bicara?” tanya Indira. Andreas tersenyum, kemudian dia mengangguk. Ketiga orang itu sudah berada di salah satu cafe yang tidak jauh dari butik. Andreas mulai berspekulasi mengenai apa yang akan dibicarakan oleh dua wanita di depannya. “Aku sama sekali tidak yakin kalau kamu dan Bella adalah sepasang kekasih, karena bila dilihat-lihat kalian tidak memiliki chemistry apapun sebagai kekasih. Apa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Bella?” tanya Indira yang sudah bisa ditebak oleh Andreas bahwa apa yang akan dikatakan oleh wanita itu berkaitan dengan hubungannya bersama Bella. Andreas tersenyum mendengar asumsi Indira mengenai Bella. “Mengapa anda berpikir begitu?” “Kami tidak buta untuk melihat apa yang ada di depan kami." Ucapan Indira terdengar sinis. Indira dan Maya tampak saling menoleh, kemudian kembali menatap pria di hadapan mereka yang masih terlihat santai. “Aku akan memberimu seratus juta untuk mengakhiri ini semua. Tinggalkan Bella, kau tidak harus menikahinya karena dia sedang bermasalah.” Indira berucap tegas seraya meletakkan sebuah amplop coklat di atas meja. Tatapan mata Andreas tertuju pada amplop coklat yang tampak tebal itu. Lalu, dia tersenyum tipis. Sebenarnya jika memang dia benar-benar membutuhkan uang, sepertinya tawaran dari dua wanita di depannya lebih mudah dia lakukan daripada harus mengikuti kesepakatan dengan Bella yang harus menunggu sampai tiga bulan. Namun, sayangnya uang bukanlah tujuan yang sebenarnya. Andreas memiliki rencana lain yang lebih besar dari semua itu dan dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. “Andreas?” Indira memanggil pria itu yang tampak diam dan sama sekali tidak merespon tawarannya. Kepala Andreas menggeleng pelan dan tersenyum mengejek pada dua wanita itu. “Aku lebih memilih menikahi Bella ketimbang menerima tawaran kalian. Dengan menikahi Bella, mungkin aku bisa mendapatkan uang lebih banyak dari yang kalian tawarkan. Atau ... bisa saja suatu saat nanti aku yang akan memimpin Graha Sanata.” Indira tampak menatap tajam pada Andreas. Napasnya kembang kempis mendengar ucapan pria itu yang tampak sangat merendahkan dirinya. Dan, Indira tidak menyangka bila Andreas bisa mengincar posisi di perusahaan ayah mertuanya. “Kami bisa menambah lagi bila kau benar-benar tidak menikahi Bella." Kali ini Maya yang berbicara. Sekali lagi, Andreas menggeleng. “Aku bisa saja mengadukan semua rencana busukmu pada suamiku dan ayah mertuaku agar mereka melarang Bella untuk menikah denganmu." Indira mulai mengancam Andreas. “Silakan lakukan apapun yang kalian mau ....” Andreas mengangkat ponselnya yang menyala dan sedang merekam percakapan mereka. Hal itu membuat Indira dan Maya terkejut bukan main. “Kurang ajar! Kamu memang sialan!" Indira tidak bisa menahan emosinya terhadap pria di depannya. Andreas tertawa dan menggelengkan kepalanya. “Kalian bermain-main dengan orang yang salah.” Setelah mengatakan hal itu, Andreas beranjak berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan tempat itu. Meninggalkan ibu dan anak yang tampak sangat kesal karena gagal mengelabuinya. “Apa yang akan kita lakukan, Ma?" Maya tampak sangat khawatir. Indira sedang mencoba mengatur emosinya yang masih bergejolak akibat perbuatan Andreas. “Kita akan meminta bantuan Yudistira untuk mengurus Andreas. Kita akan membuat pria itu tidak bisa menikahi Bella.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD