T U J U H

1620 Words
Semoga kalian suka dan kalian puas dengan kisah yang aku sajikan kali ini?????Sebelum membaca kalian bisa pencet love atau follow terlebih dahulu, karena pencet love dan follow itu gratis gaiss, gratisss tiss tisss Ayo pencet sekarang, aku tunggu sampai lima menit yaa... . . . . . Sudah lima menit, kuyy sekarang nikmati kisah Safir dan Aruna yang menggemaskan?????? ♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️ Saat ini Safir dan Aruna benar-benar seperti keluarga kecil yang bahagia. Aruna yang tengah memasak di dapur, dan Safir yang tengah menimang-nimang si kecil Cila yang sedari tadi rewel. "Sabar ya Cila, Mamanya lagi masak," ucap Safir sambil terus berusaha mendiamkan Cila. "Bawa Cila ke kamar aja dulu, aku udah hampir selesai kok." Setelah Safir pergi ke kamar bersama Cila, dengan cepat Aruna menyelesaikan tugasnya. Malam ini ia hanya memasak ayam kecap dan juga tumis brokoli dan wortel. Ini hari pertamanya bersama baby Cila namun, ia merasa sudah sangat kerepotan. Ia tak mengeluh, hanya belum bisa beradaptasi dengan keadaan saja. "Kak Runa, kenapa?" Aruna terlonjak kaget karena adiknya tiba-tiba sudah nongol di sampingnya. "Kamu ngagetin kakak tau nggak!" Aruna mencubit pelan lengan Popy. "Alah lebay kakak tuh. Kenapa kak timben di panggil kesini?" "Ikut makan disini aja, kakak masak disini soalnya." "Ihh kak Runa yang bener aja! malu sama Pak Safir tau, aku makan sendiri aja." Aruna terkekeh. Meski sudah bertahun-tahun kenal dengan Safir, rasa takut dan malu dalan diri Popy tak pernah hilang untuk Safir. "Tadi Pak Safir yang nyuruh kamu ikut gabung sekalian. Udah, nurut aja." "Tumben, kenapa kak?" "Banyak tanya kamu tuh! sini bantu kakak bawa semuanya ke meja makan." Meski terlihat malas Aruna tetap menjalankan perintah kakaknya dan membantu menghidangkan makanan di meja makan. "Kamu tunggu sini dulu, kakak mau panggil Pak Safir." Popy mengangguk dan duduk di salah satu kursi di ruang makan. Saat masuk kedalam kamar Safir, pria itu tampak duduk di meja kerjanya sedangkan Cila sudah tertidur kembali di atas ranjang. "Mas, ayo makan dulu." Memanggil Safir dengan sebutan "Mas" masih sangat aneh terdengar. Safir mendongak dan menutup berkas yang tengah ia tekuri sedari tadi. "Cila gimana?" Aruna mendekati Cila dan memastikan bahwa bayi itu sudah tertidur nyenyak. "Cila disini aja, dia udah pules." Safir mengangguk dan keluar kamar bersama dengan Aruna. "Malam Popy." Sapa Safir saat melihat adik kandung calon istrinya. "Malam juga Pak Safir," jawab Popy dengan nada sungkan. "Yuk, makan. Jangan sungkan-sungkan." Seperti biasanya, Aruna selalu mengambilkan nasi beserta lauk untuk Safir. Kopi dan air putih juga tak pernah lupa ia siapkan. Ketiganya makan dengan hening dan sangat menikmati masakan Aruna yang selalu nikmat. * Kini mereka sudah selesai makan. Aruna di bantu Popy tengah membereskan meja makan dan mencuci seluruh piring dan wadah yang telah mereka pakai. Namun, saat Popy akan berpamitan pulang Safir langsung menahannya dan meminta agar Popy kembali duduk di kursi ruang makan. "Gimana kuliah kamu, Popy?" Tanya Safir berbasa-basi sambil menunggu Aruna bergabung dengan-nya. "Lancar Pak Safir." "Baguss. Nanti setelah lulus langsung masuk ke perusahaan saya ya." Popy hanya menanggapi dengan senyuman. Saat Aruna sudah bergabung dengan mereka, Safir langsung membuka pembicaraan. "Saya mau meminta izin ingin menikahi kakak kamu." "Hah? Kak Aruna?" ucap Popy refleks karena ia benar-benar tak menyangka. "Iya, saya akan menikahi Aruna secepatnya. Popy memandang Safir dan Aruna dengan tatapan tak percayanya. Selama ini yang ia tahu Safir dan Aruna tak pernah terlibat hubungan spesial. "Kamu jangan terkejut Popy, ini memang serba dadakan. Tapi niat saya menikahi Aruna tidak main-main." Popy langsung merubah mimik wajahnya dan berusaha biasa saja. "Kamu restuin kakak menikah kan, Pop?" Tanya Aruna. Popy tersenyum. "Pasti dong kak. Umur kakak sudah cukup matang buat menikah dan mencari kebahagian kakak sendiri. Jangan terlalu pikirin aku juga, aku sekarang sudah dewasa kak." Aruna mendekati Popy dan memeluk tubuh adiknya erat. "Terimakasih, Popy." "Kalau boleh aku tahu, kapan kakak menikah?" "Dua minggu lagi kita tunangan dan bulan depan menikah." Sahut Safir menjawab pertanyaan Popy. Apapun keputusan yang kakaknya ambil akan selaku Popy dukung. Karena demi membiayainya kakaknya rela mengorban kan masa mudanya dan menghabiskan waktu untuk mencari uang. "Popy, kakak punya dedek bayi, kamu nggak mau lihat?" Popy mencubit pelan lengan Aruna. "Kam Runa jangan bercanda ih. Ngebet banget, nikah juga belom," ucapnya setengah berbisik karena malu pada Safir. "Siapa yang bercanda, kakak emang punya bayi!" "Kamu ajak Popy kenalan sama Cila." Suruh Safir. "Boleh kan aku bawa ke kamar?" Inin Aruna. "Boleh." Setelah mendapat izin langsung dari Safir, Aruna langsung menarik Popy menuju kamar Safir dan memperlihatkan baby Cila. "Tuh, dia lagi bobok." "Kak Runa! nggak nyangka aku kakak kayak gini!" Aku memandang Popy dengan banyak kerutan di keningnya. Tanpa aba-ba tiba-tiba Popy berbicara dengan nada kasar padanya. "Kamu apaan sih, Pop?!" "Aku tau kak Runa tiap hari sama Pak Safir, tapi aku nggak nyangka kakak sama Pak Safir punya anak di luar pernikahan sampai aku yang adik kakak sendiri nggak tau!" Popy tampak berapi-api. Namun, ia masih menjaga nada suaranya. Aruna tertawa. Adiknya benar-benar salah paham mengetahui ada bayi di antara dirinya dan Safir. "Kamu salah paham Pop. Cila bukan anak kandung kakak." "Kak Runa jangan bohong!" "Popy, percaya sama kakak. Kalau pun ini anak kakak, kamu pasti bakal tahu perut besar kakak." Popy terdiam dan memikirkan kata-kata Aruna yang ada benarnya. Kalau memang Aruna benar hamil pasti dirinya melihat perubahan dari dalam diri Aruna, tapi sampai saat ini dirinya tak pernah melihat perubahan itu. "Lihat sini, wajah baby Cila nggak ada miripnya dengan kakak atau Pak Safir." Popy mulai memandang bayi itu sambil bergantian memandang wajah Aruna. Dan benar tak ada sedikit-pun kemiripan. "Kakak belum nikah berani banget ajak anak orang!" ucap Popy lagi. "Kalau pak bos udah bilang ini, kakak bisa apa, Pop?" Popy mengangguk paham. Ia juga hapal betul bagaimana watak bos kakak-nya. "Terus kalau kakak kerja dia siapa yang jaga?" Tanya Popy. "Pak Safir udah bebasih kakak dari kerjaan kantor." "Alah nggak mungkin, mana bisa pak Safir kerja nggak sama kakak." "Udah biarin aja Pop, kakak juga udah cape banget kerja." "Yaudah balik ke apartemen yuk kak. Terus nanti bobok sama aku, aku pengen lihat horor." "Kakak nggak pulang, kalau malam-malam Cila rewel kan repot." "Heh! kalian kan belum nikah?" "Udah kamu diam aja, Pak Safir nggak mungkin aneh-aneh! udah pulang sana kakak juga mau istirahat, capek banget badan kakak." "Yaudah aku balik dulu kalau gitu." Popy mencium punggung tangan kakak-nya dulu sebelum berjalan keluar dari kamar Safir. Aruna berjalan menuju sofa panjang di dalam kamar dan merebahkan tubuh lelahnya di sana. Meski di kamar ini ada ranjang besar dan empuk, Aruna tak berani sembarangan meniduri, karena takut tak di perbolehkan Safir. "Kenapa kamu tidur disitu?" Aruna langsung membuka lebar matanya saat mendengar suara berat khas Safir. "Tidur di ranjang aja kalau kamu capek." "Nggak mau aku tidur disini aja." Aruna kembali memejamkan matanya. Ia masih sungkan tidur di ranjang besar itu meski Safir mengizinkan. "Pindah sendiri atau mau saya yang pindahin?" Aruna berdecak dan langsung bangkit. Ia malas kalau Safir sudah mengeluarkan ancamannya. "Biar saya pindah kamar aja sama Cila." "Udah disini aja! saya juga nggak bakal ngapa-ngapain." Jawab Safir ikut kesal. "Terus kamu nanti mau tidur dimana?" "Gampang." Karena tak tahan ingin segera tidur Aruna memilih menurut dan merebahkan tubuhnya di samping Cila. ** Pukul dia dini hari Aruna terbangun karena mendengar suara tangisan Cila yang cukup keras. Saat ia membuka mata, ternyata Cila sudah berada di gendongan Safir. Pria itu tampak masih segar dan kacamata masih bertengger di hidung mancungnya. "Kamu belum tidur, mas?" Tanya Aruna. "Belum." Aruna hanya mengangguk dan langsung membuatkan s**u formula untuk baby Cila. "Sini Cila biar sama aku." Aruna mengambil Alih Cila dari gendongan Safir dan mulai menenangkan bayi itu. Safir kembali ke meja kerjanya dan mulai mengerjakan pekerjaan-nya lagi. "Mas, bukannya lusa kamu haru ke Kalimantan?" Aruna baru ingat jadwal penting Safir yang satu itu. "Iya besok malam aku harus berangkat." "Kamu mau ambil siapa buat bantu-bantu kamu disana?" Biasanya kemanapun Safir pergi Aruna lah yang selalu mengikuti. Kini sudah ada Cila jadi cukup ada perubahan besar. Safir mengembuskan nafas beratnya. Tanpa Aruna pekerjaan-nya benar-benar kacau. "Harusnya sama kamu." "Aku sih oke aja, semua materi utuk meeting disana juga sudah aku pelajari. Tapi Cila, gimana?" "Cila sama Bunda aja dulu kalau kamu mau ikut aku kesana." "Aku kan masih sekretaris kamu juga." Safir tersenyum tipis dan mengangguk. Aruna berjalan mendekati meja kerja Safir dan menarik kursi tepat di samping calon suaminya. "Kamu lagi kerjain apa?" "Nggak, cuma review kontrak kerja dari Fabiola Group. Sama pelajari berkas meeting besok." "Udah pagi nggak di lanjut besok aja?" "Cila udah mau tidur lagi apa belum?" "Belum kayaknya." "Yasudah, kamu tidur aja biar aku yang teminin sambil kerja." "Ya jangan gitu dong, mas. Kamu yang harusnya istirahat, besok kan bangun pagi terus kerja," ucap Aruna dengan nada lembut khas-nya. Safir mengusap kepala Aruna dan tersenyum manis pada wanita-nya. "Yuk." "Kemana?" Tanya Aruna bingung. "Tidur lah." Safir mengajak Aruna ke ranjang. "Aku nggak bakal macam-macam. Santai aja, kan di tengah ada Cila," ucap Safir menjawab keraguan Aruna. Aruna mencoba menidurkan Cila di ranjang dan dengan ragu ikut naik ke atas ranjang. "Aku tidur dulu ya," ucap Safir sebelum mulai memejamkan matanya. Aruna mengangguk. Dirinya kini sudah tak mengantuk lagi. Aruna memiringkan tubuhnya menghadap Cila dan Safir. Diam-diam ia memperhatikan wajah Safir yang terlihat sangat tenang saat tertidur. Jujur ini kali pertamanya ia melihat Safir tertidur dengan nyenyak. *** Halooo gaisss aku update nihh .... Jangan pernah lupa sama love love love dan juga komen-komen membangun yaa ... Follow juga akun author. Terimakasih♥️♥️??
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD