“Siapa Ayyara? Dan … siapa Candra?” Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Zeira, membuat Arash yang masih memunggungi kekasihnya, karena sedang mendapati pengobatan dari Rhea, seketika tertegun. Pikirannya mulai bergelut dengan batin. Di satu sisi, Arash tidak ingin Zeira berpikir hal lain-lain tentang dirinya, dan Ayyara. Tetapi di sisi lain, ia harus berkata jujur, siapa Ayyara dan Candra sebenarnya. Karena bagaimana pun, berbohong adalah awal dari sebuah kehancuran suatu hubungan, setelah minimnya komunikasi. Itu yang selalu Arash kukuhkan dalam hati. Mulai memahami situasi yang terjadi antara putrinya dan Arash, pria paruh baya yang sejak tadi berdiri di samping Rhea segera menatap pada sang istri yang juga tengah menatap padanya, lalu mengangguk kecil. “Sayang, aku lapar. Mumpun