Nadira terus menatap pemandangan di luar jendela kaca mobil, tetesan air yang runtuh dari langit menambah suasana sendu. Tatapannya kosong dengan angan yang terus melayang. Bibirnya terkatup rapat. Memang apa yang akan dia bicarakan pada Kai, jika pria itu sudah mengambil kesimpulan. Sejak menikah, Kai menunjukkan perubahan sifatnya. Bicaranya kasar, perlakuannya juga kasar, tidak sabaran dan mudah sekali meledakkan emosi. "Terus saja di situ! Tidur di mobil juga tidak buruk," ketus Kai. Pria itu melepas sabuk pengamannya dan bergegas memasuki rumah. Nadira baru tersadar kalau saat ini dirinya telah sampai di sebuah bangunan megah berukuran sangat luas. Mungkin ini rumah yang dimaksud Kai pagi tadi, pikirnya. "Silakan masuk Nyonya, kemarikan kopernya biar saya saja yang membawanya," u