Kai memijit pelipisnya, kepalanya terasa berdenyut. Semalaman ia tak memejamkan mata barang semenit pun. Satu jam lamanya Kai setia menempati kursinya. Dengan tangan terus menggenggam jemari Nadira, dengan bibir yang terus menggumamkan kata 'maaf' dan dengan sisa-sisa air mata yang masih mengalir, cukup membuktikan betapa pria itu menyesal telah membuat Nadira terluka. Sesekali Kai mengusap puncak kepala istrinya dengan lembut. 'Kenapa kau masih belum bangun juga? Apa kau sangat lelah, atau kau tak ingin melihatku lagi? Sepertinya suka sekali tidur.' Kai tersenyum miris. Untuk kesekian kalinya, Kai kembali mengecup punggung tangan Nadira. "Astaga! Aku melupakan satu hal." Kai mengambil salep yang tadi sempat dia minta pada seorang perawat. Dibukanya tutup tube salep tersebut dan mu