Perempuan Membosankan!

1018 Words
Faisal POV. "Itu istrimu, mas?" Tanya Madona padaku. Aku mengangguk pelan, bukannya aku enggak mau mengejarnya, hanya saja aku ingin dia tahu kalau ada sesuatu yang harus dia ubah darinya. Dari caranya berpenampilan dan juga dari caranya dandan. Menurutku Ayana ini kurang menarik dan kurang membuat debaran ini hadir. "Kenapa enggak di kejar mas?" tanya Madonna lagi, ia perlahan melepaskan genggaman tangan ku. "Mas mau ngajak aku selingkuh?" Madona terlihat sedih menatapku. Dan aku takut dia menjauh dariku. Ku genggam tangannya erat karena aku takut dia meninggalkan ku. "Aku sudah enggak cinta lagi sama dia, madona. AKu harus bagaimana? kita juga belum di karuniai seorang anak ko, jadi aku rasa enggak ada sedikit pun alasan ku untuk tetap bersamanya." "Mas ... aku enggak enak sama dia. Aku enggak mau jadi perempuan jahat mas." Ku raih kedua sisi wajahnya, ku tatap kedua mata indah dan cantik itu. Bibir yang menawan dan hidung yang manis. Aku sungguh ingin menyentuhnya setiap saat. "Dengarkan aku madona. Aku tidak bisa menjalani pernikahan yang sudah tidak manis lagi. Hanya ada kemudaratan saja. Dia juga selalu di komplen oleh ibuku, karena agak boros. Lalu aku harus bagaimana. Aku sudah enggak cocok lagi sama dia, madona." Perempuan itu terdiam dan menghela napas dalam. "Madona, ayo kita menjalin hubungan dan menikah." "Tapi istrimu?" "Dia akan aku urus nanti. Kamu percaya kan padaku, madona?" Perempuan itu terdiam dan menatapku lama, kemudian ia mengangguk pelan. Aku pulang ke rumah setelah mengantarkan madona ke rumahnya. Oh, iya. Madona ini memiliki seorang anak laki laki yang sangat lucu berusia satu tahun. Jujur saja, aku sangat menyukai anaknya. Aku tidak tahu yang mandul itu aku atau Ayana. karena sampai setahun ini, kami masih saja belum di karuniai seorang anak. Aku rasa Ayana lah yang Mandul. Karena dia memang agak kurus, dan enggak se bohay Madona. Perempuan kurus biasanya memang mandul. Itu karena mereka tidak bisa merawat dirinya sendiri. Aku tidak tahu bagaimana caranya Ayana menjaga dirinya sendiiri. Sampai ke rumah, aku melihat Ayana sedang membereskan meja. "Baru pulang mas?" tanya nya padaku dengan sebuah senyuman. kenapa dia tidak marah dan meledak ledak padaku, karena tadi aku bersama Madona. "Iya." jawab ku agak bingung harus bagaimana menyikapinya. Dia membereskan semua makanan itu ke dalam kulkas. Itu semua adalah makanan kesukaan aku. "Kamu udah makan?" tanya ku padanya. Dia menghentikan langkah dan terdiam selama beberapa saat. Napasnya memburu dan kedua matanya terlihat merah. "Aku tidak lapar." Kemudian ia kembali memasukan makanan itu ke dalam kulkas. Membereskan piring piring ke atas meja. "Enggak ada yang mau mas sampaikan ke aku?" tanya nya, ia terlihat memegang tangannya sendiri dan gemetar. Kalau dulu, aku melihatnya gemetar dan hendak menangis seperti itu, maka aku akan langsung memeluknya dan menenangkannya. Aku dulu enggak sanggup melihatnya begini. Namun saat ini ... entahlah ke mana perginya perasaan itu. Melihatnya seperti itu, aku merasa biasa saja, bahkan terlihat seperti lebay dan aku tidak menyukainya. "Tidak ada." jawabku pendek. Dia tercenung selama beberapa saat. Lalu terdiam dan mengangguk lemah. Setelah itu, ia berjalan ke dalam toilet. Aku segera ke kamar dan membuka ponselku, di mana aku bisa bercakap cakap dengan Madona. Bibirku tidak bisa berhenti tersenyum melihat pesan pesan manja itu. Madona yang cantik, madona yang bohay, dan wangi. Aku sungguh memujanya. Aku heran kenapa suaminya berani selingkuh darinya, sedangkan perempuan itu memang begitu menariknya. Dia juga memiliki dada yang terlihat begitu besar dan bengkak. Aku rasa, aku akan sangat nyaman sekali bersandar di sana. Berbeda dengan Ayana, perempuan itu kurus dan dadanya kempes, padahal kan dia belum memiliki seorang anak. Aku sungguh kesal sekali jadinya. Ah, sudah lah! Apa yang masih menarik yang ada di dalam tubuh Ayana, mereka memang sudah tidak ada. Aku sungguh bosan dan muak padanya. "Kamu mau ngapain!" Entah kenapa aku merasa terganggu dengan kehadirannya di kamarku. "Aku mau tidur mas, kenapa?" Suaranya serak, aku tidak tahu dia kenapa? mungkin batuk atau apalah aku enggak peduli. Aku menggeleng dan tangan ku memberikan intruksi padanya agar dia tidak tidur satu ranjang dengan ku. "mas capek. Bisa enggak kamu tidur di kamar tamu?" "Tapi mas ..." kedua matanya terlihat berkaca kaca, memuakan sekali wajahnya itu. Membosan kan! "Kamu harus patuh pada suami. Ayo pergilah ke ruang tamu. Kamu tidur di sana, ada kasur lipat kan di gudang. Kamu ambil dan pakai!" Rumah kami memang tidak besar. Ada dua kamar, satu kamar mandi, tengah rumah dan dapur. Gajihku belum cukup untuk membeli rumah, dan ibuku juga masih membutuhkan banyak uang. Jadi aku hanya bisa membeli rumah se gini saja. "Baiklah, mas." Ia pun pergi dengan membawa bantal dan gulingnya. Aku bernapas lega dan kembali membuka ponselku. Ah, bahagianya aku bisa kembali berkomunikasi dengan Madonna, janda beranak satu yang menawan itu. Esok paginya, aku menemukan perempuan itu tengah memasak nasi goreng. Cih, aku bosan dengan nasi goreng yang itu itu saja. Bisa kah dia memasak yang agak lebihan, yang enak gitu. Masa tiap hari aku harus masak nasi goreng kunyit yang rasanya entah lah membosankan sekali. Dia juga hanya memakai daster lecek dan warnanya sudah sangat kusam. Dia sungguh enggak ada menarik menariknya. "AKu enggak sarapan!" ketusku padanya, dia hampir saja meletakan nasi ke atas piring untuk ku, jadi terhenti. Wajahnya terdiam selama beberapa saat, dia terlihat mengusap keningnya. Bisakah dia mengerti perasaan ku kalau aku sudah bosan padanya? bisakah dia meminta cerai padaku, sehingga aku enggak terlihat seperti lelaki yang jahat di matanya. Sebenarnya di sini siapa yang salah, dia atau aku? dia membiarkan wajahnya kusam, bajunya kucel, dan aku bosan. Bisakah dia sedikiiiiit saja wangi dan memakai bedak? Dia memang mungkin sudah enggak peduli lagi pada dirinya sendiri. "Mas, boleh enggak aku minta uang buat beli bedak dan lipstik?" Aku terkekeh dan menggelengkan kepala. "Enggak ada, ibuku meminta uang padaku kemarin. Dan uang ku sudah habis!" Lagi pula aku sudah belikan untuk mainan dan makanannya anaknya Madona. Jatah untuknya memang tidak ada, semenjak aku bosan padanya! Maaf Ayana, kamulah yang salah, karena kamu sangat membosankan! "Aku berangkat dulu." tapi dia menahan lengan ku dengan lemah. "Apa!" aku sedikit ngotot karena bosan disentuh olehnya. Dia tersenyum dan meraih tangan ku lalu dicium punggungnya. "hati hati ...." lalu ia berbalik dan meninggalkanku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD