Waktu terasa berjalan lambat bagi Grisel sore itu. Ia duduk di tepi jendela, menatap langit yang mulai berubah warna menjadi jingga keemasan. Jemarinya terus meremas ujung gaun sederhana yang diberikan Ferrin, seolah berusaha menenangkan diri dari rasa canggung yang menyelimuti.
“Aku nggak punya baju lain,” bisiknya pelan. “Tapi semoga ini cukup pantas untuk pergi ke mall.”
Sesekali ia berdiri, menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun itu sebenarnya indah, berwarna lembut dan jatuh anggun di tubuhnya. Tapi entah kenapa, Grisel merasa ada sesuatu yang aneh di dadanya, campuran antara gugup dan harapan.
Pikirannya melayang pada mimpi semalam tentang seorang pria yang ia panggil Papa. Apakah mimpi itu hanya ilusi, ataukah bagian dari masa lalunya yang perlahan ingin muncul kembali?
Dentum
