Ferrin dan Grisel kini duduk berhadapan di area foodcourt sebuah mal besar. Suasana ramai dan penuh warna. Di sekitar mereka, suara tawa pengunjung bercampur dengan aroma berbagai jenis makanan yang menggoda, mulai dari panggangan daging, wangi mentega dari gerai jagung bakar, sampai aroma kopi dari kafe di sudut ruangan.
Anak-anak berlarian sambil membawa es krim, pasangan muda tampak asyik berbincang, dan suara spatula dari dapur terbuka menambah riuhnya suasana.
Ferrin membuka daftar menu dan mulai membacanya dengan serius, sementara Grisel hanya duduk diam menatap orang-orang di sekitarnya. Di matanya, ada semacam ketertarikan yang tak bisa dijelaskan, seolah setiap detail di tempat itu mengingatkannya pada sesuatu yang samar di masa lalu.
“Dokter, kenapa kita ke sini?” tanyanya pe
