Ferrin melepas jas dokternya dengan gerakan lelah, menggantungnya rapi di balik pintu kamar. Tubuhnya terasa kaku setelah seharian penuh beraktivitas, membuatnya ingin bersandar sejenak di kepala ranjang yang empuk. Ia menarik napas panjang, mencoba meredakan otot-ototnya yang menegang. “Selama ini aku belum pernah merawat pasien dengan amnesia total seperti dia,” gumamnya lirih. Pikirannya kembali melayang pada Grisel. “Aku tahu rasanya pasti kosong, sakit, juga penuh ketakutan. Bagaimana dia bisa bertahan dengan semua itu sendirian?” Ia kemudian mengingat sesuatu. “Nanti aku harus baca lagi buku psikologis tentang amnesia. Mungkin ada metode yang bisa membantu Grisel lebih cepat pulih.” Namun tiba-tiba pikirannya tersentak. “Astaga! Buku itu… bukankah tertinggal di rumah sakit? Di kam

