Setelah membopong Mikaella ke kamarnya, Alvin berlalu dari dalam kamar Mikaella menuju ruang tengah dan menyalakan televisi guna mengusir kebosanan karena merasakan heningnya malam. Alvin melirik jam dinding yang tergantung di atas televisi yang menunjukkan pukul 19:00 yang artinya terlalu dini bagi Alvin untuk pergi tidur. Biasanya dia akan tertidur sekitar pukul 23:00. Apalagi sekarang sejak tinggal di kontrakan Mikaella, Alvin jarang sekali merasa bosan seperti saat ini karena di setiap malamnya Mikaella akan menemani dirinya menonton televisi. Tapi karena hari ini Mikaella tertidur sangat cepat, sehingga membuat Alvin merasa bosan.
Alvin kembali teringat pada tindakannya beberapa jam lalu terhadap Mikaella, terutama bibirnya. Alvin menyentuh bibirnya yang nampak basah akibat aktivitas yang ia lakukan. Dia berpikir mungkin ini bisa ia gunakan sebagai simulasi sebelum ia memiliki pacar, biar tidak kaget saat nanti akan menjalin hubungan dengan seseorang. Tunggu sebentar, tapi mengapa harus Mikaella yang jadi bahan percobaan? Dan juga mengapa harus Mikaella yang harus ia serahkan ciuman pertamanya?
Alvin benar - benar kacau malam ini. Ini semua gegara teman sekelasnya yang mencoba menodai pikiran polosnya. Bagaimana jika Mikaella menyadari hal ini?
Selama televisi menampilkan beberapa acara, Alvin tak pernah sedikitpun memperhatikannya. Ia masih nampak asik bergelut dengan pikiran mesumnya terhadap Mikaella. Sejak kapan Alvin menjadi m***m?!
***
Tanpa terasa Alvin sudah terlalu lama merenungkan perbuatannya tadi terhadap Mikaella, sampai ia tidak sadar bahwa waktu telah menunjukkan pukul 21:30. Sedangkan ia dan Mikaella belum makan malam!
Alvin segera beranjak dari duduknya untuk berjalan ke arah kamar Mikaella, ia tak mau Mikaella melewatkan makan malamnya. Setelah sampai di samping ranjang Mikaella, ia mulai memberanikan diri untuk mengguncang tubuh mungil Mikaella secara perlahan.
"Tan-tante... Bangun.... Makan malam." Alvin sedikit gugup saat ia tak sengaja melihat bibir Mikaella yang bengkak akibat perbuatannya tadi. Bagaimana jika Mikaella menyadarinya? Alvin terus mengulang pertanyaan itu di benaknya.
"Ngh~" Dengan perlahan Mikaella mencoba membuka matanya dan mendapati Alvin yang berada di atas wajahnya karena sedang membangunkannya, lalu Alvin segera menegakkan tubuhnya kembali dan menjauhkan wajahnya dari atas Mikaella.
"Apa?" Dengan suara serak khas bangun tidur Mikaella bertanya kepada Alvin, sedangkan Alvin yang mendengarnya hanya bisa menahan napasnya sesaat. Suara Mikaella begitu seksi di telinganya ketika suaranya masuk menerobos gendang telinga Alvin.
"Ma-makan malam.." Alvin tergagap saat mengetahui pikirannya kembali kotor. Lalu setelah mengatakan itu Alvin segera berlalu meninggalkan Mikaella yang tampak mengumpulkan sebagian nyawanya yang sedang mengambang entah dimana. Setelah cukup sadar, ia segera menyusul Alvin untuk makan malam bersama.
***
Mikaella dan Alvin makan dengan nikmat hingga tak ada suara pun yang keluar dari kedua mulut mereka karena nampak asik dengan makanan di depannya.
"Maaf yah tante tadi ketiduran." Mikaella membuka suara guna memecahkan keheningan diantara mereka.
"Gak masalah, Tan." Alvin membalas perkataan Mikaella dengan mata masih terfokus pada makanannya.
"Oh iya, tadi kamu yah yang mindahin tante ke kamar? Maaf yah pasti tante berat deh." Mikaella tersenyum canggung ke arah Alvin, lalu mulai melahap kembali makanannya.
"Enggak kok Tan."
'astaga irit banget dah nih bocah ngomongnya..'
Mikaella tidak mengharapkan jawaban seperti itu, ia pikir dia akan menjawabnya dengan jawaban yang cukup lebar dan memuaskan yang menjelaskan tentang bagaimana dia bisa membopongnya ke kamar, gendong ala bridal style kah, atau gendong di punggung kah, bukan jawaban datar seperti itu. Sepertinya Mikaella harus bersabar dengan semua sikap dingin Alvin selama tinggal dengannya.
Tapi tunggu sebentar...
Mikaella sejak awal mengunyah makanannya seperti ada yang ganjil, seakan merasakan sesuatu yang aneh dengan bibirnya, terasa lebih penuh dan lembab. Segera saja setelah Mikaella selesai memakan makan malamnya, ia segera berjalan ke arah kamarnya sambil memegangi bibirnya.
'Apakah ia menyadarinya?'
Alvin bertanya kepada dirinya sendiri saat menangkap gelagat Mikaella yang sedang berjalan ke arah kamar dengan terburu-buru sambil memegang bibirnya.
Alvin meneguk ludahnya kasar, jika sampai Mikaella menyadari perbuatannya, apakah dia masih bisa tinggal disini? Alvin memikirkan lagi cara untuk menjelaskan semua ini kepada Mikaella secepatnya.
Setelah menyuap suapan terakhirnya, Alvin segera membereskan peralatan makannya dan mencucinya pada wastafel di dapur.
Sementara itu di kamar Mikaella, terlihat Mikaella sedang menyentuh bibir bawahnya yang tampak bengkak di depan cermin. Ia mencubit bibir bawahnya dan menggoyang - goyangkannya ke kiri dan ke kanan. Apakah bibirnya habis disengat lebah? Tapi Mikaella tidak merasakan sakit seperti tersengat lebah saat jarinya mencubit bibir bawahnya. Apa yang sudah terjadi dengan bibirnya?
Dengan panik Mikaella mencari ponsel pintarnya dan menelusuri penyebab dari bibir bengkak. Dan hasil penelusuran itu membuat Mikaella berjingkat kaget saat mendapati poin ketiga; ciuman.
Mikaella menertawakan dirinya sendiri di dalam hati, ciuman? Bahkan Mikaella tak pernah merasakan bibirnya bersentuhan dengan lelaki manapun. Tapi ini? Ciuman? Sama siapa? Babi? Mana ada babi masuk kamarnya!
Tapi memang sih, tadi di dalam mimpinya Mikaella bermimpi sedang dicium Alvin. Apa? Bahkan menurut Mikaella hal itu terlalu mustahil dilakukan Alvin karena mengingat tingkah polos Alvin yang menghiasi hari-harinya akhir-akhir ini. Mungkin Mikaella harus mencari penyebab lain dari bibir bengkaknya.
Saat Mikaella sedang asik dengan penelusurannya, tiba - tiba pintu kamarnya diketuk oleh Alvin.
"Tan- tante..." Entah mengapa Mikaella terlihat bingung dengan sikap Alvin yang sedari tadi tampak gugup entah karena alasan apa.
"I-iya bentar..." Mikaella segera menghentikan penelusurannya dan membuka pintu untuk Alvin.
"A-aku ada materi pelajaran yang belum ku pahami. Bisakah tante mengajariku?" Alvin bertanya sambil memeluk buku teks pelajarannya.
"Masuklah." Mikaella mempersilakan Alvin untuk duduk di atas karpet beludru yang ia gelar di samping tempat tidur dan menyiapkan meja lipat agar Alvin bisa belajar tanpa harus menulis di atas lantai.
"Bagian mana?" Mikaella bertanya sambil mulai membuka berlembar-lembar buku teks yang dibawa Alvin.
"Yang ini tan." Alvin menunjuk salah satu bab di buku yang dibuka oleh Mikaella.
"Oh yang ini.." Mikaella menggantungkan perkataannya dengan mengambil pensil yang ada di kotak pensil Alvin untuk mulai menjelaskan, "jadi begini..." Mikaella mulai menjelaskan tentang materi yang tidak Alvin mengerti.
Sampai tanpa terasa mereka belajar terlalu lama sehingga tidak kenal waktu, akhirnya Mikaella menyadari jam yang mulai menunjukkan pukul 23:00. Sudah larut malam dan itu tidak baik untuk kesehatan jika harus bergadang.
"Masih mau lanjut Vin?" Mikaella bertanya saat melihat Alvin mulai menguap tanda mengantuk.
"Lanjut Tan." Alvin mencoba kembali fokus dengan materi di depannya.
"Tante bikinin s**u bentar yah buat nemenin." Setelah mendapat anggukan dari Alvin, Mikaella segera beranjak ke dapur untuk membuatkan segelas s**u untuk Alvin.
Tapi saat Mikaella kembali ke kamarnya, ia melihat Alvin sudah tertidur dengan bertumpu kedua lengannya diatas buku pelajarannya. Sedangkan Mikaella yang melihat Alvin sudah tertidur segera mengambil sebuah bantal dan membantu tubuh Alvin untuk rebahan diatas karpet beludrunya, lalu mengangkat kepala Alvin agar bertumpu pada bantal yang ia bawa tadi. Setelah itu mengangkat meja lipat yang di atasnya masih berserakan peralatan sekolah Alvin. Agar tidak tercecer Mikaella hanya memindahkan mejanya saja tanpa membereskan barang-barang yang ada di atasnya.
Mikaella mengambil selimut di dalam lemarinya untuk menyelimuti tubuh Alvin yang terbaring di atas karpetnya, beruntungnya karpet itu cukup tebal sehingga tidak menyebabkan masuk angin atau kedinginan. Sedangkan s**u yang tadi Mikaella letakan sembarangan segera ia teguk hingga habis, lalu menaruhnya di samping meja lipat dan bersiap untuk berjalan ke arah ranjangnya, tapi ia urungkan saat ia melihat wajah polos dan tenang milik Alvin yang sedang tertidur, ia kembali menghampiri Alvin dan berlutut di samping kepala Alvin.
"Good night." Kemudian Mikaella mengecup kening Alvin singkat sebelum benar - benar berjalan ke arah ranjangnya untuk tidur.