Setibanya di kantor, Mikaella segera berjalan kearah meja kerjanya dan bersiap-siap untuk melanjutkan pekerjaannya yang kemarin tertunda. Ia mulai memilah-milah selembar demi selembar laporan dan meneliti kesalahan yang telah di perbuatnya di dalam laporan tersebut. Seketika mata Mikaella membulat saat melihat coretan - coretan pada laporannya yang melingkari sebuah kata salah huruf!
'sabar Mika, sabar...'
Mikaella mengelus dadanya perlahan berusaha menentramkan hatinya dari kejengkelan yang timbul akibat perbuatan atasannya itu dan mulai membenahi kesalahan tersebut satu demi satu. Jika disuruh memilih, Mikaella lebih suka keluar dari pekerjaan ini daripada harus menanggapi atasannya yang selalu mencari kesalahan bawahannya itu. Tapi masalahnya, mencari pekerjaan di ibu kota saat ini begitu sulit sehingga mau tidak mau Mikaella harus bertahan. Mikaella hanya mendengus pasrah dan kembali berkonsentrasi kepada pekerjaannya.
"Mik, ini ada laporan tambahan yang perlu di revisi." Tiba-tiba salah satu teman sekerjanya memberikan 5 laporan sekaligus kepada Mikaella. Sedangkan Mikaella hanya membalas perkataan temannya itu dengan menajamkan matanya ke arah temannya itu.
"Itu bukan dari gue, tapi dari atasan." Jelas temannya itu saat mendapati tatapan tajam Mikaella, sedangkan Mikaella hanya menerima laporan itu dengan sengit dan membiarkan temannya kembali ke meja kerjanya.
Ingin rasanya Mikaella berteriak menghadapi realita pekerjaannya yang semakin membuatnya tidak bisa mencari pacar! Sebenarnya itulah alasan mengapa Mikaella jomblo hingga sekarang, karena pekerjaan!
Mikaella segera menghalau pikiran buruknya terhadap atasannya dan mulai mengerjakan pekerjaannya lagi.
***
Waktu demi waktu pun berlalu, tapi Mikaella nampak masih sibuk dengan laporannya yang tak kunjung selesai. Ia sudah melewatkan jam makan siangnya demi pekerjaannya itu, sampai hari mulai menjelang sore pekerjaannya tak kunjung usai.
Suara ketikan jari Mikaella terhadap keyboard menggema ke seluruh ruangan seakan menjadi pengiring lagu dalam pekerjaan Mikaella. Mikaella sedikit melirik jam pada pojok kanan bawah yang ada di layar komputernya yang menunjukkan pukul 15:30, yang artinya beberapa jam lagi adalah jam pulang kerjanya. Tetapi sepertinya Mikaella harus merelakan ketepatan waktunya untuk pulang hari ini, karena dia harus lembur untuk kesekian kalinya lagi.
Sampai seketika atasannya mendatangi meja kerjanya dan membanting setumpukan laporan yang kemarin telah di revisi Mikaella. Sedangkan Mikaella yang mendapat perlakuan tersebut hanya bisa memandang dengan pasrah laporan di atas mejanya.
"Kamu bisa kerja gak sih?! Laporan begini saja perlu revisi ulang-ulang. Mika, mulai hari ini bereskan meja kerjamu dan jangan datang lagi besok!"
Setelah mengatakan kata-kata menyakitkan itu, atasannya meninggalkan meja kerja Mikaella, sedangkan Mikaella bingung harus berekspresi seperti apa, bahagia atau sedih? Bahagia karena terbebaskan dari atasannya itu, atau sedih karena harus mencari pekerjaan lain dan harus beradaptasi lagi. Sebenarnya Mikaella sangat sering berganti - ganti pekerjaan dan ini salah satu pekerjaannya yang membuatnya gampang beradaptasi. Sepertinya Mikaella harus beradaptasi lagi untuk pekerjaan selanjutnya.
Tanpa menyentuh laporan-laporan itu, Mikaella mulai mengambil kardus kosong yang ada di bawah meja kerjanya dan memasukkan beberapa barang pribadinya kedalam kardus. Setelah selesai, ia berpamitan kepada teman sekerjanya dan mulai berjalan kearah tempat parkir dimana motornya berdiri.
Setelah menemukan motornya, ia menaruh kardus yang ia bawa di atas pijakan motor maticnya, lalu menaikinya yang kemudian ia lajukan menuju rumahnya.
Selama di perjalanan, Mikaella sempat melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 4 sore. Ini terlalu awal bagi Mikaella pulang kerja. Sempat terbesit di dalam benaknya untuk menjemput Alvin yang ada di sekolah, kebetulan sekali ini sudah jam pulang sekolah. Segera saja Mikaella melajukan motornya kearah sekolah Alvin.
Setibanya disana, Mikaella melihat Alvin nampak sedang berdiri bersama beberapa siswa lainnya di halte bus.
"ALVIN..." Mikaella memanggil Alvin, sebelum ia benar - benar menaiki bus yang baru saja tiba.
Mendengar namanya dipanggil, Alvin segera menolehkan kepalanya kearah Mikaella lalu menampilkan senyum manisnya sambil berjalan menghampirinya.
"Tante, tumben jemput aku?" Alvin bertanya kepada Mikaella, saat ia benar - benar sampai di hadapan Mikaella.
"Kebetulan aja pulang lebih awal." Mikaella tertawa canggung kearah Alvin karena tidak ingin Alvin tahu alasan kepulangan Mikaella yang lebih awal, sedangkan Alvin hanya mengangguk paham.
"Yuk naik." Mikaella mengajak Alvin untuk naik ke motornya, tapi tiba-tiba Alvin memegang sebelah setang motornya menghentikan Mikaella yang akan memutar balik motornya.
"Kenapa?" Mikaella bertanya dengan bingung ke arah Alvin.
"Bolehkah aku yang nyetir?" Alvin bertanya dengan sungkan, karena selama ini dia selalu berada di bangku boncengan tanpa pernah mengendarai motor Mikaella.
Mikaella kira Alvin akan mengatakan hal yang serius, ternyata hanya ingin bertukar tempat. Tentu saja Mikaella mengijinkannya mengingat ia sudah terlalu lelah hari ini.
Mikaella segera menggeser pantatnya ke belakang membiarkan Alvin mengambil alih motornya.
***
Alvin mengendarai motornya dengan kecepatan pelan dan itu berhasil membuat Mikaella mendengus pasrah. Pasalnya Mikaella sangat ingin segera sampai rumah karena tubuhnya yang begitu lelah, juga ia harus mencari lowongan pekerjaan lain secepatnya.
"Vin, boleh mampir ke penjual koran pinggir jalan gak?" Mikaella bertanya kepada Alvin dan dibalas dengan anggukan kepala.
Setelah menemukan salah satu penjual koran, Alvin segera memberhentikan motornya dan membiarkan Mikaella turun dari motor untuk membeli sebuah koran. Setalah memberikan beberapa lembar uang ke penjual korannya, ia berjalan kembali menghampiri Alvin.
"Buat apa Tan?" Alvin bertanya kepada Mikaella yang menaiki motornya lagi.
"Cari kerja." Mikaella menjawab pertanyaan Alvin sambil melipat korannya dan menyimpannya di lengan tangannya.
Tanpa bertanya lagi, Alvin segera melajukan motornya kembali ke arah kontrakan Mikaella.
***
Setelah mandi dan makan siang yang akhirnya menjadi makan sore karena Mikaella melewatkan makan siangnya, Mikaella menggelar koran yang tadi dibelinya di atas meja makan dan mulai mencari-cari lowongan kerja yang ia inginkan. Sesekali Mikaella mengetikkan sesuatu di ponsel pintarnya sekedar mencari informasi pada beberapa perusahaan, ketika menemukannya ia segera mengirimkan surat lamaran dalam bentuk softfile ke beberapa perusahaan.
Tanpa terasa hari mulai malam, tetapi Mikaella masih disibukkan dengan pencarian lowongan kerja sampai seketika matanya terasa berat dan akhirnya mulai tertutup. Mikaella merasa begitu lelah hingga membuatnya jatuh tertidur dengan cepat.
"Tante, makan malam sudah si-" ucapan Alvin terhenti saat mendapati Mikaella tertidur di meja makan.
Melihat Mikaella yang tertidur, Alvin segera menggendong tubuh Mikaella ke arah kamarnya, lalu membaringkannya di atas ranjang yang kemudian menyelimuti tubuhnya.
Seakan enggan beranjak dari tempat ia berdiri, Alvin kemudian berjongkok di depan wajah Mikaella. Mengamati dengan teliti setiap lekuk wajah Mikaella tanpa sedikitpun melewatkan salah satu bagian wajahnya.
"Cantik..." Alvin bergumam pelan saat memandangi wajah Mikaella. Seketika terbesit di dalam hati Alvin ingin menyentuh wajah cantik Mikaella.
Alvin berdehem pelan untuk menetralkan rasa gugupnya, lalu perlahan mengangkat salah satu tangannya dan mulai berani memegang pipi mulus Mikaella. Jantung Alvin berpacu dengan cepat saat kulitnya bersentuhan dengan kulit wajah Mikaella. Ibu jari Alvin secara perlahan ia gerakan untuk mengelus pipi Mikaella.
Kemudian secara perlahan mata Alvin mulai turun kearah bibir seksi nan penuh milik Mikaella.
'bolehkah aku menciumnya?'
Alvin bertanya kepada dirinya sendiri, karena ia penasaran dengan rasa dari bibir seorang wanita, karena Alvin tidak pernah sekalipun merasakan berciuman dengan lawan jenisnya. Kata teman sekelasnya rasa ciuman begitu sangat memabukkan dan membuatmu candu. Tapi Alvin tak pernah mencobanya, mungkin inilah saatnya ia mencoba pengalaman berciuman tersebut.
Tanpa memikirkan apapun lagi, Alvin segera mendekatkan wajahnya ke arah wajah Mikaella. Saat wajahnya merasakan terpaan nafas dari Mikaella, ia segera memejamkan matanya dan mulai menempelkan bibirnya ke bibir Mikaella. Hanya dengan menempelkannya saja membuat jantung Alvin menggila, ini terasa intim bagi Alvin. Bagaimana jika Alvin berani lebih jauh terhadap Mikaella?
Entah darimana pikiran kotor itu berasal, tapi tiba - tiba Alvin mencoba menggerakkan bibirnya dan melumat bibir Mikaella, mencoba menerobos bagian dalam bibir Mikaella. Di sela - sela lumatannya, Alvin teringat akan tutorial yang dikatakan teman sekelasnya itu. Teman sekelasnya ini antara disebut teman yang baik atau teman b*****t, Alvin tidak tahu, yang pasti karena panduan darinya Alvin berani melakukan hingga sejauh ini.
'gigit bibirnya...'
Tiba - tiba beberapa penggalan tutorial dari temannya muncul di otaknya dan langsung ia praktekkan dengan menggigit bibir bagian bawah milik Mikaella.
"Ngh~" Mikaella mendesah didalam tidurnya saat merasakan sakit di bibir bagian bawahnya dan membuatnya membuka mulut.
'Masukin...'
Bisikan itu terdengar lagi dan Alvin segera memasukan lidahnya ke dalam mulut Mikaella, lalu membelit lidah Mikaella dengan lidahnya. Alvin terus bergulat dengan lidah Mikaella. Sepertinya benar apa yang dikatakan temannya itu, ini sangat memabukkan!
Setelah merasa Mikaella kehabisan napas, Alvin segera melepaskan pautannya dan beranjak pergi ke kamarnya. Itu tadi adalah hal baru yang mungkin akan Alvin sukai kedepannya.