Tidak Sengaja Melihat...

1187 Words
Keesokan paginya seperti biasa Mikaella bangun lebih pagi mengingat dia harus melanjutkan pekerjaannya semalam yang belum sepenuhnya selesai, padahal dia sampai lembur untuk mengerjakan revisi laporan - laporan itu. Tapi atasannya ternyata lebih kejam lagi saat Mikaella ingin pulang ke rumahnya, ia diberikan mandat untuk menggarap revisian laporan yang dikerjakan teman sekerjanya. Mikaella sempat protes karena itu bukan termasuk pekerjaannya, tetapi ketika ia ketahui bahwa teman sekerjanya itu sudah dipecat oleh atasannya dengan begitu kejamnya karena tidak becus dalam mengerjakan pekerjaannya, akhirnya mau tidak mau Mikaella menerima tugas dari atasannya. Kejadian itu membuat Mikaella was-was karena akhir-akhir ini atasannya itu tidak pernah puas dengan hasil pekerjaannya selama ini, hanya tinggal menunggu waktu saja gilirannya yang akan di pecat. Hal itu membuat Mikaella tidak bisa tidur nyenyak, ditambah lagi semalam ia kepikiran kilasan gambar saat Alvin tertawa yang ternyata mampu menggetarkan hatinya secara mendadak, entah mengapa tawa Alvin mampu mempengaruhi daya pikir Mikaella semalaman. Dengan kantung mata yang sedikit menghitam akibat kurangnya jam tidur Mikaella, akhirnya ia memutuskan untuk turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi sambil sekilas melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 6:00 yang artinya dia bangun terlalu pagi hari ini, itu karena pikirannya yang terasa penuh akibat memikirkan segala hal termasuk Alvin yang tiba-tiba hadir di pikirannya. Mikaella membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci dan langsung melebarkan matanya yang setengah mengantuk karena pemandangan yang ia lihat di dalam kamar mandinya. Mikaella ingin berteriak, tapi segera diurungkannya saat melihat dengan benar bahwa orang yang ada di dalam adalah Alvin. Mikaella menatap Alvin yang sedang telanjang didepannya tepat dibawah guyuran shower. Keduanya terpaku di tempat masing - masing, saling menatap sampai akhirnya pandangan Mikaella turun kearah d**a bidang Alvin yang terlihat sedikit berbentuk, benarkah itu bentuk tubuh seorang anak SMA? Lalu Mikaella meneruskan pandangannya turun sampai matanya menangkap sesuatu menggantung di antara s**********n Alvin. Segera saja Alvin menutupi hak miliknya ketika melihat arah pandang Mikaella terhadap tubuh bagian bawahnya. Gerakan Alvin yang tiba-tiba itu menyadarkan Mikaella dan dengan segera menutup kembali pintu kamar mandi dengan wajah merah padam karena telah melihat sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Mikaella melupakan keberadaan Alvin di kontrakannya! Padahal semalam ia sempat kepikiran tentang Alvin. Tapi entah mengapa pagi ini seolah pikirannya melupakan keberadaan Alvin di kontrakannya. "Ka-kalau mandi, pintunya dikunci." Dengan gelagapan Mikaella berteriak di depan pintu kamar mandi agar Alvin lebih hati - hati. Untung saja Mikaella yang melihat, bukan teman kerjanya yang mungkin sedang main ke kontrakannya. Eh tapi tunggu, Mikaella juga tidak berhak melihat! Memangnya dia siapa?! "Iya." Terdengar jawaban dari dalam kamar mandi mengiyakan peringatan Mikaella. Dengan masih menanggung malu, Mikaella berjalan cepat ke arah kamarnya dan segera merebahkan dirinya lagi ke atas ranjangnya, gambaran tentang tubuh Alvin terpampang nyata di otaknya seakan sudah terpatri dengan permanen. Pikiran busuk Mikaella mulai membayangkan jika Alvin berada diatasnya dengan tubuh seperti itu, lalu kami melakukan.... Aaarrrgghhhhh!! Mikaella mulai memikirkan hal-hal yang tak seharusnya ia pikirkan, Alvin hanya anak SMA dan Mikaella adalah seorang wanita matang yang sudah siap untuk menikah! Bisa-bisanya dia tertarik dengan bocah ingusan seperti Alvin? Sepertinya Mikaella butuh menenangkan dirinya, mungkin akibat stress karena pekerjaan yang mengejarnya sehingga membuatnya berhalusinasi mengagumi Alvin. Iya benar! Mungkin seperti itu. Tak lama kemudian, Mikaella mendengar bahwa Alvin sudah selesai dengan kegiatannya di kamar mandi. Mikaella segera bangkit dari tidurannya dan berlari ke arah kamar mandi, lalu mulai membasuh dirinya disana. Tapi sayangnya pikiran dewasanya kembali menguasai otaknya. Mikaella menatap sabun mandi yang ada di kamar mandinya dan menemukan sabun itu basah tanda telah selesai dipakai untuk mandi sebelumnya. Mikaella mengambil sabun itu dengan muka merah merona dan membayangkan sabun itu pernah menyentuh tubuh Alvin, terutama tubuh seksinya! Dengan perlahan Mikaella mulai menggosok tubuhnya dengan sabun itu, di setiap sentuhan sabun dengan kulitnya membuat Mikaella semakin merona. Pikirannya telah kacau! Seakan sudah diambil alih oleh Alvin sepenuhnya! Maksudnya, tubuh Alvin. Seharusnya diusianya yang sudah cukup matang ini, melihat tubuh pria sudah merupakan hal biasa. Tetapi tidak dengan Mikaella, seumur hidupnya ia tak pernah melihat tubuh seorang pria. Bahkan ayahnya sendiripun, Mikaella tidak pernah lihat tubuh telanjangnya! Apalagi tubuh pria lain?! Mikaella berusaha membuyarkan pikiran nakalnya dan mulai fokus membasuh tubuhnya dengan cepat, mengingat dia harus segera sampai kantor. Beruntunglah hari ini Alvin bangun pagi, sehingga Mikaella bisa mengantarnya lebih awal daripada hari-hari kemarin yang selalu mepet dengan jam masuk sekolah juga masuk kerja Mikaella. 30 menit kemudian Mikaella sudah keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit tubuh, lalu ia berjalan dengan cepat ke arah kamarnya untuk mengganti handuk dengan pakaian kerjanya. Sementara disisi lain Alvin sedang disibukkan dengan kegiatannya di dapur. Seperti apa yang dialami Mikaella, Alvin pun juga merasakan malu saat Mikaella berhasil melihat tubuhnya tanpa tertutup apapun. Alvin mulai berpikir bahwa Mikaella akan jijik dengannya dan berniat mengusirnya. Mungkin dengan mengusirnya itu terdengar kejam, tapi Alvin tak dapat memikirkan sangsi apapun yang akan ia terima karena kejadian tadi. Alvin segera menyibukkan kembali dengan kegiatannya sambil berusaha menghalau pikiran-pikiran tentang reaksi Mikaella nantinya jika ia bertemu dengannya. "Masak Vin? Makasih ya udah mau masakin." Mikaella tiba-tiba saja datang ke dapur dan berhasil mengagetkan Alvin sekilas. "Uhm." Alvin menganggukkan kepalanya sambil menunduk memotong bawang putih dan bawang merah yang akan ia jadikan bumbu masakannya. "Aku tunggu di meja makan yah." Tanpa mengharapkan balasan dari Alvin, Mikaella segera melangkahkan kakinya menjauhi Alvin. Dia merasa canggung ketika pikirannya kembali teringat kejadian barusan di kamar mandi. Akibat dari rasa malunya, Mikaella seakan ingin menguburkan tubuhnya dalam-dalam sekarang juga! "Tante..." Tapi sebelum Mikaella benar-benar meninggalkan dapur, Alvin memanggilnya dan berhasil membuat Mikaella menghentikan langkahnya. "Iya?" Mikaella berpaling ke arah Alvin sambil memaksakan senyumnya berharap bisa mencairkan rasa canggung yang melingkupi mereka. "Maaf soal tadi pagi, karena lupa mengunci pintu kamar mandi." Alvin mengatakan dengan terus terang apa yang dipikirkannya sejak tadi sambil menundukkan kepala tanda bahwa ia benar-benar menyesali kecerobohannya itu. Mikaella bernapas lega ketika Alvin mengatakan alasan ia memanggilnya. Mikaella kira Alvin akan meminta pertanggungjawaban Mikaella karena dengan terang-terangan menatap ke arah tubuh telanjang Alvin. Mikaella tidak masalah harus mempertanggungjawabkan itu semua dengan menikahi Alvin, tapi Alvin? Dia masih harus melanjutkan sekolahnya bro! "Tidak masalah, lain kali lebih hati-hati yah." Mikaella tersenyum manis ke arah Alvin, berharap senyumannya mampu menentramkan hati Alvin yang sedikit gelisah itu. Alvin tersenyum mendapati jawaban Mikaella, Alvin merasa lega karena mendapat jawaban yang cukup untuk kegelisahan hatinya, sedangkan Mikaella yang diberi senyuman itu terpaku sesaat, tapi kemudian segera mengalihkan wajahnya lalu berjalan kearah meja makan. 'Ternyata Tante adalah orang yang baik' Batin Alvin sambil menatap kepergian Mikaella. Alvin tidak tahu jika sedari tadi Mikaella membayangkan tubuh Alvin melingkupi tubuhnya sepanjang waktu! Dasar Alvin terlalu polos. Mikaella segera duduk di kursi samping meja makan dengan hati yang tak karuan. Ternyata hanya dengan satu senyuman mampu membuat hati Mikaella berdetak tak menentu! Sepertinya Mikaella harus pergi ke psikiater untuk memeriksakan gangguan mentalnya, mungkin saja dia sudah mulai gila akibat tinggal serumah dengan Alvin. Tak butuh waktu lama bagi Alvin untuk menuntaskan masakannya, ia segera memindahkan hasil masakannya ke meja makan dan mereka pun menikmati hidangan tersebut dalam diam, tanpa satu katapun yang keluar dari kedua mulut mereka. Setelah selesai makan, Mikaella segera mengantarkan Alvin menuju sekolahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD