Arya masih terpaku, terjebak dalam percakapan panjang dengan klien yang tak kunjung usai. Hatinya pun gelisah, sebab Renata sudah memberi tahu bahwa tugasnya telah selesai dan kini giliran Arya yang harus bertindak. Tapi matanya terus terpaku ke arah Wira, yang berdiri tidak jauh dengan tatapan tajam, seperti seorang pemburu yang menunggu mangsanya lengah. "Eh, bego! Sampai kapan kamu mau terus berdiam diri? Kania sudah keluar dari ruangan ini. Bagaimana kalau ada orang lain yang menemukannya duluan? Dan aku yakin, obatnya sudah mulai bereaksi." Membaca pesan Renata, mengoyak kesabaran Arya. Denyut jantungnya berlari kencang, otaknya pun dipaksa berpikir cepat mencari celah. Dia tidak bisa membiarkan Wira terus memantau dan menuntut janji kosong yang selama ini membuatnya merasa terjepit