Edward menarik napas panjang saat dorongan kursi roda Kania membawanya masuk ke taman yang rindang di depan rumah sakit. Mereka berhenti di sebuah bangku panjang, diselimuti naungan dedaunan yang bergoyang pelan oleh angin pagi. Edward duduk perlahan, matanya tertambat pada sosok Kania yang diam, tatapan wanita itu menembus jauh ke kejauhan seolah mencari jawaban di balik udara segar itu. "Kenapa kamu suruh Bi Jum pergi?" tanya Kania dengan suara setengah berbisik, bibirnya bergetar menahan beban kata-kata yang hendak keluar. Edward menatap Kania, mata mereka beradu, penuh luka dan harapan yang tertahan. "Aku tahu, apa yang terjadi di antara kita mungkin terlalu rumit untuk dijelaskan. Tapi … semuanya sudah terjadi," katanya, suaranya berat dan penuh ketegasan. "Kamu sudah tahu kalau aku