Bi Jum melangkah masuk ke kamar rawat inap Kania dengan tangan menggenggam vitamin dari dokter. Namun, sesungguhnya dia pun tak tahu itu vitamin apa, sebab dokter sama sekali tak menjelaskan dan dia sendiri tidak berani bertanya lebih jauh. Dengan suara lembut penuh perhatian, Bi Jum berkata, "Non Kania, Non harus minum vitaminnya dan langsung istirahat supaya kondisi Non cepat membaik. Besok, Non boleh pulang." Kania menatap Bi Jum, hatinya hangat seperti dibalut sinar mentari. "Terima kasih ya, Bi. Bibi benar-benar baik sama aku. Sudah lama aku nggak merasakan kasih sayang seperti ini, rasanya seperti menemukan ibu yang hilang." Bi Jum menggeleng pelan, wajahnya mengukir senyum pilu. "Non Kania, jangan bicara seperti itu. Bibi sudah lama bekerja untuk Non, dan tanpa Non, entah bagaima