"Apa kita bisa bicara sebentar? Hanya berdua saja!" Wira menatap Kania dengan serius. "Tapi-" Edward hendak membantah. Namun, Kania langsung menyela dengan suara mantap, "Edward, tidak apa-apa. Biar aku bicara dulu dengan orang tua kamu." Jika sudah Kania yang berbicara, Edward hanya bisa mengangguk, langkahnya pelan meninggalkan ruang baca, menyisakan Kania dan Wira dalam kesunyian yang penuh ketegangan. Wira menatap tajam, ragu tetapi ingin memastikan, "Kania, apa kamu benar-benar mencintai Edward? Bukan hanya menjadikannya pelarian atau untuk membalas rasa sakitmu pada Arya?" Kania menarik napas dalam, matanya menyala penuh keyakinan. "Iya, Kek. Aku yakin. Edward yang selalu hadir di saat aku terluka, memberi semangat saat harapanku hampir pudar. Dia rela melakukan apa pun demi aku