bc

Mengejar Janda ( Indonesia )

book_age18+
528
FOLLOW
1.5K
READ
possessive
playboy
badboy
goodgirl
CEO
secrets
like
intro-logo
Blurb

Bima Aditya Dewangga, pengusaha sukses berusia tiga puluh dua tahun selalu terbayang wajah wanita sederhana bernama Akshita Sasmaya.

Kejadian tak mengenakkan yang pernah mereka alami di pertemuan pertama mereka, justru membuat Bima penasaran oleh sosok Akshita. Sampai membuatnya bertekad mendapatkan hati wanita yang statusnya adalah janda satu anak itu.

Akshita jauh dari tipe wanita idamannya. Wanita itu memiliki paras yang biasa saja. Tubuhnya pun tidak seseksi teman-teman 'tidur'nya selama ini. Namun mengapa wanita itu mampu menggetarkan hatinya??

Apakah Bima sudah tak waras?

chap-preview
Free preview
Bag 1
Chiiiitttt… Bruk! “Aw!” Akshita Sasmaya yang biasa dipanggil Shita, memekik kencang saat tubuhnya jatuh dengan memalukan di pinggir trotoar. Seketika, Shita terdiam seperti orang bodoh. Beberapa saat berlalu, ia segera sadar atas apa yang baru saja terjadi. Shita menggerakkan tubuh. Namun erangan nyeri keluar dari mulutnya saat ia mencoba bergerak. Tulang kaki dan tangannya terasa nyut-nyutan. Shita berusaha menyingkirkan motor yang menimpa kaki kanannya walaupun ia yakin tak akan bisa jika ia tak bergerak untuk mencoba berdiri. “Nona, kamu enggak apa-apa?” Tiba-tiba terdengar suara seorang pria. Shita mengalihkan pandangan ke arah pria yang sudah berdiri di sampingnya. Shita memicing kesal melihat pria dengan pakaian kasual yang terlihat mahal serta memakai kacamata hitam bertanya hal paling bodoh di dunia. Mata Shita beralih ke arah mobil sedan putih keluaran terbaru tahun ini yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Mobil itu sudah menepi. “Apakah Anda tidak melihat jika saya baik-baik saja dengan kaki yang terjepit, sampai saya tidak bisa bergerak?” sarkas Shita setelah kembali menatap pria itu. “O—oh sebentar.” Setelah mengatakan itu, pria asing ini membantu Shita dengan cara mengangkat motor yang tadi Shita gunakan. Motor yang hampir saja menyerempet mobil mewah jika ia tidak segera banting setir yang hasilnya justru tubuhnya mencium trotoar. Dan Shita masih sangat ingat mobil mewah tadi adalah mobil putih itu yang dapat Shita pastikan pemiliknya adalah pria yang sudah mengangkat motornya. Pintu mobil itu dalam posisi terbuka dan tidak ada penghuninya, yang membuat Shita semakin yakin jika pria itu lah si pemilik mobil. Di tempat ini, hanya ada mereka berdua. Jalan yang Shita lalui kebetulan adalah jalan sepi yang jarang dilalui kendaraan. Shita bernapas lega setelah merasakan kaki kanannya terbebas, walaupun rasa nyeri itu tentu saja masih terasa. Tulang keringnya mungkin akan bengkak besok. “Bisa bangun?” tanya pria itu lagi. Shita mendengus kesal. Pria itu berasal dari mana sebenarnya? Apakah benar makhluk bumi? Atau alien dari planet antah berantah? Apakah tidak dapat melihat Shita yang kesulitan menggerakkan tubuh? “Mau saya bantu?” “Anda diam saja sudah cukup membantu bagi saya,” balas Shita sinis. Ia berusaha bangkit, tanpa bantuan pria itu. Pria itu terlalu banyak bicara, tapi actionnya tidak ada sama sekali. Masa apa-apa harus bertanya? Apakah dia balita? Bahkan balita saja sepertinya lebih pintar membaca situasi. Shita berusaha berdiri tegak setelah susah payah bangkit. Tentu saja masih TANPA BANTUAN PRIA ITU. Ringisan nyeri beberapa kali keluar dari mulutnya. Ia menatap kondisi motornya yang tergores aspal. Pandangannya beralih ke arah box kecil di jok belakang motornya yang sudah terbuka. Deg! Shita segera menyadari sesuatu. Matanya ia alihkan pada tanah aspal, dan mendapati tiga kotak pizza yang seharusnya berada di dalam box sudah teronggok mengenaskan. “ASTAGFIRULLAH PIZZA-KU!!” jerit Shita histeris. Shita melangkah tergesa ke arah kotak-kotak pizza itu dengan sedikit terseok, karena kaki kanannya yang cedera. Shita berjongkok. Terlihat raut panik dari wajahnya. “Bagaimana ini???” “Itu cuma pizza. Kenapa kamu sesedih itu?” Shita terdiam saat satu-satunya manusia di sini selain dirinya kembali bersuara. Terdengar nada angkuh dari suaranya. Mata Shita memejam sesaat, lalu tak lama, ia menoleh ke belakang, lalu menengadah agar kembali dapat menatap pria itu. “Cuma pizza??? Ini pesanan customer saya! Kalau kamu tidak rating mendadak untuk belok, saya tidak akan tiba-tiba banting setir sampai ‘cuma pizza’ pesanan customer saya harus jatuh seperti ini!” “Aduh, Nona. Tenang. Saya akan bertanggung jawab. Enggak perlu ber-acting seperti itu. Saya akan kasih semua biaya yang kamu butuhkan. Berapa harga semua pizza itu? Saya akan ganti sepuluh kali lipat.” Mulut Shita ternganga. Baru kali ini ia bertemu pria super sombong yang bahkan tidak menampakkan penyesalan karena hampir saja membuatnya celaka. Ralat. Sudah membuatnya celaka! Apakah pria ini tidak punya hati?? “Halo, Nona. Kamu dengar saya kan?” Pria itu melambaikan tangan di depan Shita. “Saya tahu kalau saya itu terlalu ganteng sampai bikin kamu terpesona. Tapi saya enggak punya banyak waktu. Sebutkan berapa harga pizza itu, dan berapa kira-kira biaya pengobatan dan biaya memperbaiki motor kamu? Lima belas juta, cukup?” Shita mengerjap terkejut. Bukan karena jumlah uang yang pria itu sebutkan, tapi karena kesombongan dan kenarsisan yang diperlihatkan pria itu yang membuatnya tak bisa berkata apa-apa. Shita masih terdiam saat pria itu berjalan ke arah mobil. Tak lama, pria itu kembali lagi ke hadapannya, dan membawa sebuah amplop cokelat di tangan. “Saya cuma bawa uang cash enam juta. Ini ada kartu nama saya. Kamu bisa hubungi saya nanti untuk kasih nomor rekening kamu agar saya bisa mengirim sisanya. Saya enggak punya waktu lagi untuk—” “Daripada butuh uang ganti rugi, saya lebih menanti permintaan maaf dan penyesalan Anda, Tuan Kaya Raya,” sela Shita setelah berhasil menemukan suaranya kembali. Ia berdiri, lalu menatap tajam pria di depannya. Kedua tangan Shita mengepal kuat. “Kamu tidak perlu pura-pura. Saya sering dikelilingi orang-orang yang suka mencari kesempatan seperti kamu yang cuma butuh uang—” “Cari kesempatan seperti saya? Butuh uang?? Anda yang membuat saya celaka, tapi Anda justru menuduh saya ‘cari kesempatan’??” tanya Shita tak percaya. Wajahnya sudah memerah karena amarah. Shita berkacak pinggang. “Anda tidak mengenal saya, jadi tidak perlu sok tahu!” Shita menunjuk wajah pria itu murka dengan sebelah tangan. Terserah jika ia dianggap tidak sopan. Pria itu lebih tidak sopan lagi karena menuduhnya macam-macam. “Simpan uang Anda untuk Anda sombongkan pada orang lain. Semoga hidup Anda selalu diberkahi karena sudah menghina orang, Tuan Kaya Raya.” Setelah mengatakan itu, Shita membereskan semua pizza yang sudah kotor, dan ia masukkan ke dalam boxnya. Shita menutup kasar box itu. Ia kembali menatap sang pria. “Anda harus ingat, tidak semua bisa dinilai dengan uang, dan tidak semua orang ‘cari kesempatan’ seperti yang Anda katakan,” ucap Shita dingin untuk terakhir kalinya. Ia menaiki motornya dengan segera. Semoga saja motornya tidak mati total karena kejadian ini. Tak ia pedulikan rasa nyeri si sekujur tubuh. Shita bernapas lega saat motornya dapat menyala. Segera saja ia pergi dari hadapan pria sombong itu yang saat ini terbengong seperti kambing ompong. Tangan sang pria masih mengambang dengan amplop cokelat dan kartu nama yang tadi diabaikan Shita. Shita melirik pria itu dari kaca spion. Wanita ini mendengus kasar. “Mimpi apa aku semalam, dapat kesialan seperti ini! Sudah pesanan customer hancur lebur, malah ketemu sama pria super sombong! Ya ampun… badanku sakit semua…” Shita meringis nyeri sambil terus mengendarai motornya memasuki jalan tikus untuk dapat kembali lebih cepat ke restoran pizza tempat ia bekerja selama satu tahun ini. Sepertinya ia harus mengeluarkan uang tabungannya untuk mengganti pesanan customer. Ia tak sudi menerima uang dari si sombong sialan itu! *** “Maaf atas keterlambatannya, Bu.” “Huh! Untung saja anak saya lagi mau banget pizza, Mbak. Coba kalau enggak, sudah saya cancel pesanan saya!” “Maaf. Sekali lagi maaf. Saya sudah menambahkan satu porsi menu untuk permohonan maaf saya, Bu.” “Ya sudah. Lain kali jangan begini lagi!” “Baik—” “Sudah kamu pergi deh. Anak saya sudah nunggu pizzanya.” Shita mengerjap polos. Lalu tak lama, ia tersenyum malu dan menyingkir dari pintu gerbang agar si pemilik dapat menutup pintu gerbangnya. Shita menghela napas panjang saat pintu gerbang itu segera menutup di depan mata. “Gini amat nyari uang,” monolognya mengasihani nasib. “Aw!” Shita mengerang nyeri saat hendak kembali melangkah menuju motornya yang terparkir tak jauh dari rumah di depannya. Kakinya pasti terluka karena insiden tadi, tapi Shita bahkan belum sempat memeriksa kakinya karena buru-buru kembali mengantarkan pesanan customer yang tadi terjatuh. Drrrtttt… Shita menghentikan langkah saat ponselnya bergetar. Ia mengambil ponsel itu dari tas pinggang yang dikenakan. Wajahnya langsung tersenyum cerah saat melihat ID pemanggil untuk panggilan video di layar. Shita menggeser layar ponselnya, dan langsung mendapati wajah tampan malaikat ciliknya. “Assalamuaikum, Bunda!!!” suara ceria sang anak menghangatkan hati wanita dua puluh sembilan tahun ini. “Waalaikumsalam, Sayang. El udah makan?” “Udah, Bunda. Bunda kapan pulang? El mau pizza, boleh?” “Nanti pulang kerja bunda bawain ya. El habis ini tidur siang.” “Siap, Bun. Bunda tau enggak, tadi—” Shita terus mendengar ocehan sang anak. Sesekali tawa keluar dari mulutnya melihat betapa antusiasnya sang anak bercerita. Elzam Ghazali, bocah berusia tujuh tahun itu adalah kekuatan seorang Akshita Sasmaya untuk menjalani hidup setelah menjadi janda delapan bulan yang lalu. Setiap melihat senyum Elzam, apa pun masalah yang Shita hadapi seakan sirna begitu saja. Shita bertekad akan membahagiakan sang anak, dan tidak akan membiarkan anaknya merasa tak memiliki keluarga yang utuh. Bagi Shita, hidup adalah Elzam, dan Elzam adalah hidupnya… *** Catatan penulis cantik jelita, baix hati dan tydack sombong tapi Kang PHP wkwkwk : Yes I know kalian pasti kesel akutuh malah ngeluarin cerita baru daripada nyelesain yang on going. Tapi apa daya, jiwa PHPku bergejolak. Hahay... Silakan tinggalkan bintang dan komen kalian jika suka sama cerita baruku ini ya Gak tau ini cerita bakal selama apa. Tapi sebagai seorang otor yang banyak kemauan, tentu aja akutuh maunya gak panjang-panjang dan gak lama-lama tamatnya. Ini sih RENCANA ku. Tapi gak mau janji apa-apa ah... Syerem Dahlah. Maaciiiwww buat yang bersedia mampir NB : Komen jalan ceritanya aja ya, jangan komen catatan penulisku. Hehehe...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.3K
bc

My Secret Little Wife

read
95.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook