Reza menunggu Syahilla di sofa dengan tidak sabar Sesekali pria itu akan mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai. Syahilla menyuruhnya menunggu di luar, tapi sudah hampir setengah jam dia menunggu Syahilla tidak kunjung keluar. Bahkan Reza yang sedikit mengantuk, menahan diri untuk tidak merebahkan dirinya di sofa.
Cklek!
Suara pintu terbuka membuat Reza buru-buru menegapkan duduknya. Dia mengamati Syahilla yang berjalan tertatih-tatih sambil meraba-raba. Gadis itu memakai pakaian tertutup juga hijab yang lebar. Meski begitu tidak bisa menutupi aura kecantikannya.
“Maaf, aku tadi lama mencari hijabku,” ucap Syahilla dengan suara lembutnya.
“Tidak apa-apa. Silahkan duduk!” jawab Reza berdiri. Reza memegang tangan Syahilla berniat membantu gadis itu duduk, tapi Syahilla mencegahnya.
“Aku bisa sendiri,” ujar Syahilla.
“Maaf, aku tidak bermaksud.”
“Iya. Untuk apa kamu mencariku?” tanya Syahilla. Syahilla memicingkan matanya saat tiba-tiba penglihatannya sedikit jelas. Dia merasa sangat familiar dengan wajah yang ada di hadapannya.
Makin Syahilla menajamkan penglihatannya, ia makin yakin kalau laki-laki di hadapannya adalah laki-laki yang sama yang dia idolakan.
Merasa ditatap intens dengan Syahilla membuat Reza kikuk. Reza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal,”Kenapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Reza. Reza masih belum sadar kalau mata Syahilla bisa sedikit melihat dengan jelas.
“Apa kamu seorang penyanyi?” tanya Syahilla. Reza tergagap, dengan buru-buru dia menganggukkan kepalanya.
“Iya. Kamu mengenalku?” tanya Reza dengan antusias.
“Aku yakin kamu pasti mengenalku. Secara aku adalah penyanyi terkenal di tanah air. Lagu-laguku bahkan diterjemahkan di berbagai negara,” ucap Reza bertubi-tubi.
Syahilla tidak bereksi, membuat Reza jadi kikuk sendiri. Reza sungguh merutuki dirinya yang seperti bocah lima tahun mendapat satu buah permen tusuk. Kenapa dia seantusias ini hanya karena Syahilla bertanya apakah dia seorang penyanyi.
“Kurasa bukan. Mana mungkin kamu penyanyi idolaku,” ucap Syahilla terkekeh. Reza mendelik, apa maksud perempuan itu.
Reza sudah sangat percaya diri saat Syahilla mengenalnya. Namun kepercayaan dirinya dibanting saat Syahilla mengatakan tidak mungkin.
“Syahilla, masa kamu tidak mengenalku? Ini aku, Reza. Penyanyi yang kamu idolakan,” ucap Reza berusaha meyakinkan Syahilla.
“Apa kalau aku percaya kamu akan senang?” tanya Syahilla.
“Apa maksudmu? Aku jelas saja Reza!” seru Reza.
“Baiklah baiklah, Mas Reza. Jadi kenapa tadi membuka pintu tiba-tiba?” tanya Syahilla.
Dipanggil dengan sebutan ‘Mas, membuat pipi Reza terasa memanas. Pria dewasa itu seperti perawaan yang sedang kasmaran. Beberapa kali Reza menarik napasnya untuk meredakan getaran hatinya.
“Aku mau menanyakan hal penting kepadamu,” ucap Reza.
“Tanyakan. Kalau aku bisa menjawab, pasti akan aku jawab.”
“Apakah pendosa bisa bertaubat?” tanya Reza. Syahilla terdiam sejenak. Diamnya Syahilla membuat Reza malu. Reza merasa dosanya sangat banyak. Sebenarnya Reza mempunyai niat untuk pencitraan di depan Syahilla, bahwa dia adalah pria yang taat. Namun, sebagian dirinya meronta-ronta, Reza ingin berterus terang.
“Allah maha pengampun, Mas. Salat taubat lah dengan sungguh-sungguh. Ibaratnya dosa kita sebesar kapal, ampunan Allah sebanyak buih di lautan,” jelas Syahilla.
“Aku tidak bisa salat, Syahilla. Bisakah kamu mengajariku?” jawab Reza meringis. Reza juga sedikit kode untuk Syahilla agar mau mengajarinya salat.
“Ada Darel yang bisa mengajari, Mas. Aku tadi berpapasan dengannya saat berwudlu. Bocah itu sangat pintar. Bahkan darel tidak meninggalkan salat malam walau dia beberapa kali tampak menguap,” ujar Syahilla tersenyum. Syahilla membayangkan kelucuan Darel.
Melihat Syahilla yang tampak bahagia ketika menceritakan Darel, membuat sebagian hati Reza tidak rela. Syahilla hanya boleh membanggakannya, tidak dengan membanggakan orang lain.
“Sudah sudah, jangan membanggakan Darel. Aku akan lebih seperti dirinya,” ucap Reza cemberut.
“Buktikan, Mas. Berlomba-lomba dalam kebaikan itu lebih baik,” jawab Syahilla.
“Menurutmu apa setiap orang yang berdosa itu akan masuk neraka?”
“Surga dan neraka bukan manusia yang menentukan. Aku pernah mendengar sebuah cerita, orang yang ahli ibadah masuk neraka sedangkan orang jahat yang bertaubat masuk surga.”
“Kenapa seperti itu? Kasihan yang beribadah bertahun-tahun kalau ujungnya masuk neraka!” seru Reza dengan ngegas.
“Orang yang beribadah tapi tidak memuliakan orangtuanya, sama saja itu bohong, Mas. Ada juga orang yang tidak pernah beribadah tapi masuk surga karena dia memberikan makanan kepada seekor anjing. Kebaikan itu banyak cara, Mas. Namum ibadah itu wajib. Memuliakan orangtua itu juga wajib. Pencapaian Mas yang tinggi, bisa jadi bukan karena doa mas sendiri, tapi doa orangtua. Di setiap sujud seorang ibu, pasti nama anaknya yang disebut. Alangkah beruntungnya seorang anak yang mampu memuliakan orngtua, bukan sepertiku yang masih menjadi beban mereka,” jelas Syahilla panjang lebar. Air mata tampak menetes di sudut mata gadis itu.
“Syahilla, aku tau kamu juga berada di posisi yang sulit,” ucap Reza. Tadi Syahilla sudah cerita kepada ibunya tentang gadis itu yang pergi dari rumah karena tidak kuat dengan perlakuan orangtuanya.
“Mas, apa benar kalau kamu memang Reza? Seorang penyanyi yang aku idolakan?” tanya Syahilla tiba-tiba.
“Apa kalau aku mengatakan iya, kamu akan percaya?” tanya Reza balik.
“Mungkin.”
Reza berdehem sebentar. Pria itu menyanyikan sedikit lagunya untuk meyakinkan Syahilla bahwa dia Reza seorang penyanyi. Syahilla mendengarkan suara Reza yang sangat indah. Sudut bibir gadis itu terangkat tatkala Reza selesai menyanyikan lagunya. Sesaat kemudian Syahilla bertepuk tangan dengan girang.
“Waah bener. Suaranya memang persis,” puji Syahilla.
“Bukan persis, Syahilla. Tapi memang benar itu aku!” seru Reza cepat.
“Kok bisa ada di sini? Jadi mas anaknya bu Manda, ya?” tanya Syahilla penasaran. Syahilla lebih mendekatkan diri pada Reza, membuat Reza malah ketakutan dan sedikit menjauhkan tubuhnya.
Syahilla yang tadinya lemah-lembut, kini entah kenapa Reza melihat Syahilla yang sedikit kekanakan.
“Iya, aku anaknya bu Manda,” jawab Reza.
“Kok bisa?”
“Eh maksudnya apa? Ya jelas bisa lah. Karena ada pertemuan silang antara sel speerma ayahku dan indung telur ibuku, makanya jadi aku,” jelas Reza. Syahilla mengangguk kikuk. Ia masih tidak menyangka kalau dia bertemu seroang penyanyi, lebih tidak menyangka kalau jawaban Reza akan sangat aneh seperti ini.
“Setiap aku mendapat uang, aku selalu mengumpulkan sedikit-sedikit untuk membeli tiket konser. Tapi, sudah bertahun-tahun aku mengumpulkan, tetap saja aku tidak mampu membelinya. Tiketnya sangat mahal, aku hanya bisa mendengar dari hp,” ucap Syahilla.
“Sekarang aku di sini, aku akan menyanyi gratis untukmu,” ujar Reza.
“Janji?” tanya Syahilla berbinar. Reza yang awalnya Cuma sekadar ngomong asal, jadi mengiyakan. Toh apa salahnya dia menyanyi di depan Syahilla. Hitung-hitung sambil tebar pesona.
Syahilla menghela napas lega. Perempuan itu menyandarkan bahunya di sofa, “Aku selalu menerka-nerka, apa isi hati seorang Reza. Nyanyiannya, suara indahnya, menyiratkan akan kebimbangan,” gumam Syahilla lirih.
Reza mendekati Syahilla, duduk bersimpuh di lantai tepat di bawah Syahilla.
“Syahilla, aku bahkan baru bertemu denganmu, tapi kamu sudah tau isi hatiku. Apakah kita ditakdirkan berjodoh?” tanya Reza menatap intens wajah Syahilla.
“Mas, kamu ngomong ngawur,” jawab Syahilla terkekeh.
“Tidak ada unsur ngawur, Syahilla. Aku janji aku akan bertaubat, akan berusaha menjadi orang yang lebih baik, dan meninggalkan segala kemaksiatan. Aku ingin memaksakan diri untuk bersanding denganmu, Syahilla,” cecar Reza dengan tegas.
Manda mendelikkan matanya ketika mendengar ucapan anaknya. Sejak beberapa menit yang lalu dia mengintip anaknya dan Syahilla dari lubang pintu. Tadi saat Reza mendobrak pintu kamarnya, dia turut terbangun. Karena penasaran, dia menguping pembicaraan anaknya.
“Gercep juga anakku,” ucap Manda dengan bangga.
“Mas, aku mau kembali ke kamar dulu!” Syahilla beranjak berdiri.
“Tidak boleh sebelum kamu menjawabku, Syahilla!” cegah Reza.
“Aku harus menjawab apa, Mas?”
“Kamu mau menungguku, Kan? Aku akan-“
“Dekatkan dirimu kepada Allah dulu, Mas. Baru mendekatiku!” sela Syahilla cepat.