Prolog

675 Words
"Apa sulit menahan diri?" Seruni Iris Semesta, meletakkan cangkir dengan begitu anggun selepas menyesap cairan hangat di dalamnya. Bicara tanpa mengalihkan tatap dari majalah di pangkuan, tepat di detik sosok pria melintas memasuki ruang tengah kediaman pengantin baru mereka. Dia ... Danapati Jagat Atmaja, henti melangkah. Melirik kepada seorang wanita cantik yang empat bulan lalu namanya disebut dalam ijab sah. Seruni lantas menaikkan pandangan matanya ke arah Jagat, bersitatap. "Kalaupun sulit ... tapi bisa lebih berhati-hati, kan, Mas?" Di mana Seruni meraih ponsel, mengutak-atiknya sejenak, untuk kemudian dia sodorkan kepada Jagat di meja. "Agak repot kalau aku harus terus-menerus membersihkan jejak pacaran kalian." Seruni bersedekap d**a. "Tolong lebih berhati-hati, Mas. Image Mas Jagat udah telanjur sebagai laki-laki setia soalnya, perusahaanku bergantung ke situ juga." Jagat meraih ponsel Seruni di meja, menatap hasil screenshot pemberitaan tentangnya yang tersiar dengan judul 'Pimpinan Atmaja Group Memiliki Wanita Lain.' Di mana ada fotonya bersama sang kekasih di sana. Ah, ya .... Beritanya benar. Jagat memiliki wanita lain di saat jari manis telah melingkar sebuah cincin pernikahan dengan putri penerus Bumantara Corp. Namun, sebelum ada Seruni, Jagat sudah lebih dulu dengan wanita di dalam unggahan berita itu. Jagat rasa, Serunilah orang ketiganya di sini. Seruni berdiri. Saat itu malam hari. Demikian, Seruni memakai gaun tidur yang jikalau bagian cardigan-nya dilepas, yang tersisa di tubuhnya serupa lingerie. Bukan maksud mau menggoda suami, tetapi pakaian tidur Seruni memang semuanya macam ini. Dilangkahkannya kaki sampai tiba di depan Jagat, Seruni ambil ponselnya, kemudian berucap, "Atau kalau nggak bisa hati-hati, sekalian aja jangan setengah-setengah." Seruni maju satu langkah lagi, membuatnya kian mendongak sekadar untuk menatap Jagat. "Perkenalkan dia ke media, biar aja dunia tahu siapa wanita itu di hidup suamiku ... tapi berikan aku kompensasi yang sepadan untuk Bumantara Corp." Sorot mata Jagat runcing di wajah istrinya. Istri, ya? Seruni menyentuh dasi suaminya. Ah, iya ... suami. Seruni pun menatap dasi itu, diulasnya senyum tipis. "Bahkan dia pandai memakaikan dasi di kerah kemeja suamiku sampai serapi ini, ya?" Oh, pergelangan tangan Seruni dicekal. Bukan cekalan biasa, melainkan sebuah cengkeraman yang nyata. Kembali tatapan Seruni naik menyelami kedalaman sorot mata Jagat. Dari sana Seruni bisa melihat kebencian yang tajam padanya. Semula tidak begini. Tanpa kata. Tangan Seruni dihempas, pun Jagat berlalu setelah itu, sisi tubuhnya menubruk bahu Seruni sampai dia sedikit tersentak mundur. Seruni mengulas senyum, yang kemudian menarik napas panjang, dalam, sampai terlihat cekungan di dekat selangka, pun rahangnya mengetat sebab geraham saling menekan. Tenanglah. Ini hanya tentang asmara yang belum menemukan kecocokkan. Saat restu keluarga didapat, cinta pasangannya yang tidak. Dan saat mereka saling cinta, semestanya yang tak merestui. Seruni cukup mampu bertahan sampai di titik ini. Melihat pesan-pesan penuh perhatian Jagat kepada wanita itu, semetara tidak—lagi—padanya. Mendengar kabar kedekatan mereka di hari kelahiran wanita itu, di mana Jagat merayakannya, membuat kejutan spesial, hingga pelesir istimewa, tetapi sama sekali tidak mengingat hari ulang tahunnya. Dan ... melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Jagat tersenyum kala bercengkerama dengan sosok itu, tetapi tidak pernah—lagi—demikian saat bersama dengannya. Tak perlu menunggu lama untuk Seruni tahu ada wanita lain di hidup Jagat. Sayangnya, itu semua terkuak setelah hari akad terlewat dan— "Kamu hamil?" Seruni terdiam, tak langsung berbalik. Langkah Jagat terdengar makin mendekat, saat itulah Seruni memutar tubuh menghadap sosok yang baru saja berucap, "Milikmu?" Tiga buah test pack bergaris dua, Seruni menatap kesemua benda itu. Sebelum kemudian dia rampas seraya melenggang dan bilang, "Cuma hamil." Dan kisah mereka semakin tidak terkendali di sini, di saat semuanya berbenturan. Tak hanya soal emosi, image, perusahaan, tetapi juga tentang perasaan dan kewarasan. Jagat mengusap kasar wajahnya. Tidak ada yang salah dengan kehamilan Seruni, itu bagus. Ini yang memang diharapkan. Namun, ada gelisah yang mampir. Sesuatu yang terlalu kompleks untuk Jagat pahami. Dan saat kembali ke kamar, wanita itu sudah terpejam memunggungi sisi ranjang yang biasa Jagat tempati. Terdengar suara getaran ponsel, tentu milik Jagat. Yang dia raih. [Makasih buat hari ini, Sayang. Besok aku ada interviu kerja di perusahaan Bumantara. Doain bisa lolos, ya! ♡] ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD