bc

Cinta Gadis Indigo

book_age0+
1.5K
FOLLOW
12.3K
READ
drama
like
intro-logo
Blurb

"Pokoknya Daddy harus menikah dengan Mbok Sekar. Mily tidak mau tahu, Dad. Ini permintaan."

Emily meninggalkan Jevin yang terbengong.

"Mana mungkin aku menikahi wanita pengasuh anakku? Ini tidak masuk akal. Emily pasti terlalu banyak makan keju."

Jevin terus menggumam sambil menggeleng-geleng.

chap-preview
Free preview
Prolog
"Jev, aku rindu kamu," bisik Sekar dengan suara serak nan menggoda hasrat. Mereka kini dalam posisi saling berhadapan, beradu tatapan. Jarak di antara keduanya begitu dekat, hingga napas mereka saling bertukar. Sekar dan Mr. Green. Sejoli yang terus dimanfaatkan keadaan. Wanita itu tanpa canggung mengelus pipi kasar laki-laki bule di hadapannya. "I miss you too, El," bisik Mr. Green seraya menangkup wajah polos di depannya. "Izinkan aku menemanimu malam ini." Mr. Green mengamati wajah ayu itu dalam temaram lampu tidur yang menyala di nakas. Cahaya mata nan teramat ia rindukan hadir di sana yang membuat pria itu menelan ludah. Menahan hasrat. Sekar mendekatkan bibir ranumnya ke arah telinga Mr. Green. Sebuah jilatan samar ia berikan di sana. Kemudian, mulai bergeser ke bawah. "Dengan senang hati, My Sweet Heart." Dengan napas yang mulai memburu, keduanya larut dalam gelora. Panas. Mereka mulai terbakar. Aliran darah keduanya seolah-olah dipenuhi lahar. "Jev," lenguh Sekar dalam hasrat yang menggelegak. "Yess, Sweet Heart?" "Mari lakukan!" "Yeah," jawab Mr. Green yang yang sudah makin memanas. Bahkan, pakaian yang mereka kenakan sudah berantakan di lantai. Terserak begitu saja. "Lakukan sekarang, Jev!" "I will." "Please, Jev!" "Let's do it!" "Sekar!" Sebuah teriakan menggema di ruangan itu. Namun, yang mendengar hanya Sekar. Tubuh Sekar mendadak gemetar, ia ketakukan. "Ah, sakit!" Gadis itu menutup kedua telinganya. "Sekar? Kamu kenapa? Kamu baik-baik?" "Pergi!" teriak Sekar sambil meronta saat Mr. Green berusaha mendekati dan menyentuh bahunya yang masih terbuka. Kedua tangannya masih di telinga. Matanya terpejam, tetapi air matanya meleleh. "Sekar, kamu baik-baik saja?" "Pergi atau aku terus mengganggumu!" Mr. Green berniat untuk pergi, ketika tiba-tiba Sekar melemas. Sekar kembali pingsan. Hal yang selalu terjadi saat mereka selesai bercumbu. "Sekar!" Dengan sigap, tangan kekar Mr. Green merengkuh tubuh polos Sekar. Membopong tubuh itu ke ranjang miliknya. Memasangkan kembali gaun putih tulang favorit mendiang istrinya itu ke tubuh Sekar. *** Sekar terbangun di ranjang besar yang ia yakini bukan tempatnya biasa tidur. Ia menyibak selimut tebal sambil bersiap untuk turun dari empuknya peraduan. Temaram lampu membuat tidak begitu jelas matanya menangkap suasana kamar. Namun, ia yakin kamar itu adalah milik sang majikan, Mr. Green. Paling tidak itu yang ada dalam keyakinannya. "Sekar, sudah bangun?" Suara serak itu sangat dikenalinya. Sosok itu baru saja keluar dari kamar mandi di sudut kamar. Tangannya meraih sakelar. Lampu ruangan itu menyala terang. "Mis-Mister, kenapa saya tidur di sini?" "Kamu yang datang sendiri semalam." "Kenapa tidak diusir?" Sekar yang tadi belum jadi turun dari ranjang, kali ini bergegas meninggalkan tempat empuk itu. Namun, alangkah kagetnya saat ia menyadari gaun yang dipakainya adalah gaun yang entah didapatnya dari mana. Gaun kesayangan Nyonya Ellea. Entah mengapa selalu gaun itu yang dipakainya saat setan sialan itu merasukinya. "Kamu yang maksa tidur di sini, kok." Demi Tuhan, Sekar sangat kesal. "Mister, kali ini tolong dengar saya!" "Dengar apa?" "Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan saya! Mister tahu, 'kan kalau saya ini Sekar? Saya bukan Nyonya Ellea." Sekar melangkah meninggalkan Mr. Green. "Sekar!" Mr. Green mengejar gadis itu. "Tolong, saya bukan wanita murahan, Mister!" Sekar sudah benar-benar tidak tahan karena terus dirasuki dan dimanfaatkan. "Saya tidak pernah anggap kamu murahan." Mereka berbicara dengan keras. "Kalau Mister tidak menganggap saya murahan, tolong jangan ada hal seperti ini lagi di kemudian hari!" Sekar berhenti. Mr. Green yang sudah berhasil menyusul, ikut berhenti. Posisi mereka berhadapan. Saling menatap dalam gelegak perasaan masing-masing. Mereka tidak sadar ada sepasang mata biru lain yang mengawasi. Emily. Anak 8 tahun yang kritis. Bahkan, apa saja yang membuatnya penasaran akan dicari tahu sebabnya. Ia paling tidak suka ada ganjalan. Kadang, Sekar merasa kerepotan dengan kekritisan anak itu. Sungguh di luar kebanyakan anak-anak. "Mbok!" Mendengar teriakan itu, Sekar dan Mr. Green kompak menoleh ke sumber suara. Alangkah terkejut mereka saat melihat bocah berkuncir dua itu sudah berdiri di ujung lorong—akses dari dapur ke ruang kerja Mr. Green yang bersebelahan dengan kamar tidur laki-laki itu dan kamar Emily—masih dengan baju tidurnya. Sontak, Mr. Green dan Sekar berpandangan. "Eh, Em?" Sekar mendahului Mr. Green untuk mendekati gadis kecil itu. "Mbok sama Daddy kenapa?" Dengan wajah tanpa dosanya itu, ia bertanya. "Ah, i-itu tadi pagi-pagi sekali Daddy minta tolong Mbok untuk membereskan kamar. Em cari Mbok, ya? Yuk, kita bikin sarapan!" Emily menatap bingung keduanya. "Daddy tidak biasanya minta tolong orang untuk membereskan kamar, Mbok?" "Daddy juga bisa lelah, Em. Mungkin tadi memang sedang lelah. Lagi pula Mbok Sekar di sini dibayar untuk membantu Daddy dan Em." "Benar juga, tapi Mily curiga." "Curiga kenapa?" Sekar berhenti melangkah. "Jangan-jangan Daddy dan Mbok Sekar...." "Eeem!" Emily yang mendengar nada penuh intimidasi dari sang ayah segera berlari ke dapur. Ia cukup puas sudah membuat kedua orang dewasa itu berdebar-debar. Pikiran jailnya memang senang sekali menyaksikan ayah dan pengasuhnya itu saling pandang penuh isyarat. "I'm sorry, Dad!" "It's okay, Girl." Sekar kemudian berkutat dengan sewajan nasi goreng seafood kesukaan ayah dan anak itu. Ia memasak dengan hati yang dipenuhi berbagai macam perasaan. Di antaranya kesal, tetapi juga bahagia. "Nasi goreng seafood sudah siap santap!" Sekar menyajikan dua piring nasi goreng. "Thank you, Calon Mommy!" Emily mengerling. "Eeem!" Suara itu kembali mengintimidasi. "Tapi benar, kok, Dad. Mbok Sekar itu cocok jadi pengganti Mommy. Percayalah!" Sekar melirik takut ke arah sang majikan. Mr. Green pun ternyata melirik Sekar. "Mbok Sekar tidak ingin seorang laki-laki seperti Daddy, Em. Kalau Em tidak percaya, tanya saja pada Mbok Sekar. Apa jawabannya?" Sekar tidak menyangka bahwa laki-laki itu melemparkan masalah kepadanya. Sungguh-sungguh mengesalkan. Meski begitu, Sekar akan tetap tersenyum untuk Emily. Memilih kalimat-kalimat baik yang sesuai dengan pemahaman anak sekecil itu. Setidaknya, Sekar menjaga mental anak itu. Suasana dapur yang tembus ruang makan itu hening. Mr. Green dan Emily menatap Sekar, mengharapkan jawaban. Lalu, apa yang harus Sekar jawab?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Mrs. Rivera

read
45.4K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

Wedding Organizer

read
46.9K
bc

A Secret Proposal

read
376.5K
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
257.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook