*** “Mari kita lihat, anak muda, apakah kau benar-benar setia… atau hanya seekor ular yang menyelinap di dalam Vendetta,” desis Domenico dengan nada tajam. Di ruangan itu, Edgar duduk pasrah di Kursi Interrogatorio. Tangan dan kakinya terborgol otomatis di sisi kursi, membatasi pergerakannya. Lampu-lampu kecil di bawah kursi berkedip, menandakan sistem keamanan telah aktif. Begitu teknologi di kursi itu mulai bekerja, napas Edgar berubah lebih berat. Ia tidak mengeluarkan suara, tetapi rahangnya mengeras, lebih kuat dari sebelumnya. Tangannya mengepal erat, urat-urat di lengan dan jemarinya tampak menonjol, bukan karena ketakutan, tetapi akibat sengatan listrik yang menjalar dari kursi itu ke dalam tubuhnya. Gelombang setrum pertama menyusup ke punggungnya, turun ke pinggang, lalu naik