Sebulan rasanya berjalan begitu lambat bagi Zahra. Sudah satu minggu semenjak malam itu. Entah mengapa Zahra sudah yakin dengan keputusannya. Untuk apa bertahan, toh sudah tidak ada yang mengharapkannya. Revan? Apa yang diharapkan dari orang yang tidak berpendirian tetap sepertinya? Ibu mertuanya, yang menjodohkannya? Tidak, beliau juga tidak mengharapkannya. Kenapa tidak, Zahra memberitahukan kehamilannya padanya? Itu tidak akan Zahra lakukan. Setidaknya Zahra kini tahu bagaimana mertuanya sesungguhnya. Lalu, bagaimana dengan janjinya pada almarhum ayah Revan? Sempat terjadi perang batin dalam dirinya. Namun seperti apa yang pernah dikatakan kedua orang tuanya, jika ayah Revan masih hidup, pasti akan memahami keadaan Zahra sekarang. Dan Zahra sudah bertekad, akan memberitahukan masalahny