Aku benar-benar tak menyangka jika Zahra telah mengetahui semuanya. Sekarang aku bingung. Apa yang harus aku lakukan. Aku mengejarnya ke kamar kami. Namun pintu kamar, Zahra kunci dari dalam. Dari luar, aku mendengar tangisan pilunya yang menyayat hati. Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan padanya? Aku benar-benar telah menyakitinya. Kakiku lemas, tubuhku luruh ke lantai. Aku tundukkan kepalaku. Bertumpu pada lutut yang aku tekuk. Tubuhku aku sandarkan pada pintu. Air mata mengalir begitu saja dari mataku. 'Cukup Revan. Cukup.' Sudut hatiku berbicara. Ya cukup sudah aku menyakiti Zahra. Aku harus memperbaiki semuanya. Aku harus mulai belajar mencintainya. Setengah jam lebih aku bertahan pada posisiku. Aku sudah tak mendengar lagi tangisan Zahra. Aku baru ingat, jika aku memiliki kunci cad