Deni terbangun dari tidurnya karena denting notifikasi ponsel yang tergeletak di atas nakas. Wajah Lia yang masih terlelap membuatnya teregun sesaat. Ibu jarinya menyapu bibir sang istri yang sedikit terbuka, lalu ia tersenyum simpul. Perlahan Deni menarik tangannya dari bawah leher Lia, mengubah hadap seringan kapas lalu meraih gawai itu. Adalah email dari rumah sakit yang menarik perhatiannya, berupa kuitansi p********n medical check up atas nama Haya yang ditagihkan padanya. Deni tersenyum, merasa bersyukur bisa melakukan sesuatu untuk sang ibu mertua. “Kak?” panggil Lia dengan suara paraunya. Ia lalu merapat ke punggung Deni, mendekap, menciumi tulang belakang sang suami. “Morning.” “Morning, Love,” balas Deni. “Udah siang banget ya?” “Belum, masih jam tujuh.” “Mmm … pantas Lia m