Irina mondar-mandir di rumah beberapa kali. Ia juga bolak-balik masuk ke kamar Gracia.
“Gracia cepat, apa sudah selesai bersiap ?" tanyanya menghampiri putri sulungnya itu yang baru ganti baju setelah bangun kesiangan padahal alarm sudah dipasang di kamar itu agar dia tidak terlambat bangun. Namun rupanya satu weker merah di kamar Gracia tidak cukup untuk membangunkannya.
"Iya ibu tunggu sebentar aku akan membersihkan wajahku dulu." Gracia tak beranjak dari kamar dan malah duduk di depan kursi meja riasnya sembari mengambil pembersih wajah.
"Tidak, tidak perlu." Irina mengambil kembali dengan pembersih yang ada di tangan Gracia dan menaruhnya kembali ke meja rias.
"Ibu sebentar saja." Gracia memaksa.
"Kau sudah terlambat satu jam di tambah membersihkan wajahmu selama 30 menit belum lagi perjalanan ke hotel selama 30 menit. Bayangkan berapa banyak waktu kita yang terbuang." ucapnya sembari menarik tangan putrinya itu lalu mengajaknya keluar dan segera menuju mobil yang sudah menunggu di depan.
"Ibu tapi aku juga belum mandi." ucap Gracia masih merasa tubuhnya kotor.
"Tak ada waktu lagi sayang, ibu sudah bawakan colonge gel di mobil sebagai gantinya."
Irina sudah mempersiapkan hal itu terlebih dulu untuk berjaga-jaga saja karena Gracia kerap beberapa kali bangun kesiangan. Dan ternyata itu ada gunanya juga sekarang.
Gracia sudah duduk manis dalam mobil dan melumuri tubuhnya dengan colonge gel aroma mist summer yang membuatnya tampak bersinar seketika. Setidaknya bau di tubuhnya tidak tercium.
"Fernando !" teriak Irina memanggil suaminya itu saat melihat pria itu tak lekas masuk ke mobil. "Apa yang dia lakukan sebenarnya?"
Ia menarik nafas panjang kenapa mereka semua seperti tidak siap dan acara terlambat seperti ini.
"Fernando, cepat !" teriak wanita itu ketiga kalinya setelah sebelumnya ia berteriak lagi dan barulah pria itu keluar dari rumah.
"Maaf, aku tidak menemukan setelan pakaian yang kucari jadi aku memakai setelan lainnya." ucapnya sembari memakai dasinya.
ck
Irina hanya berdecak saja melihat suaminya kemudian segera masuk dan duduk di sampingnya.
"Ada-ada saja hari ini masalahnya. semoga saja pernikahan hari ini lancar tak ada kendala." ucap Irina melihat suami dan putrinya yang masih sibuk sendiri dan hanya dia yang terlihat sudah siap.
"Jalankan mobilnya sekarang ke hotel Hexagon." ucap Irina pada driver yang sedari tadi memang menunggu perintah.
Mobil pun segera meluncur menuju ke hotel Hexagon, tempat dilangsungkannya pernikahan Gracia dan Ansel yang juga merupakan hotel berbintang 5 di sana.
Dan biaya sewa untuk pernikahan disana jangan ditanya lagi berapa. Tapi itu tak masalah bagi keluarga Hose.
Cit
Mobil berhenti di depan hotel beberapa saat kemudian. Keluarga Luxio yang sedari tadi menunggu kedatangan mempelai wanita segera membawa Gracia, begitu gadis itu turun dari mobil.
"Cepat nak, perias pengantin sudah menunggumu dari tadi. Kenapa kau lama sekali ?" tanya Kate menarik dari situ masuk ke sebuah ruangan khusus.
"Maaf, ibu." jawab Gracia mencoba untuk memanggilnya dengan sebutan itu. "Aku bangun kesiangan tadi." ia terlihat merasa bersalah.
"Oh." Kate hanya menggelengkan kepala saja.
"Tolong segera rias pengantinnya." ucap Kate pada perias di sana.
"Baik nyonya."
Perias itu segera bergerak cepat dan merias Gracia setelah berganti gaun pengantin. Karena perias pengantin itu profesional maka tak butuh waktu lama dan hanya dalam 30 menit saja selesai dengan hasil yang sempurna.
"Gracia kau sudah siap ?" ucap Ansel yang sudah selesai di rias dan masuk ke ruangan tempat Gracia berada lalu menghampirinya.
"Seperti yang kamu lihat." Gracia berbalik memegang gaun putih berandanya.
"Kau tampak berbeda sekali dalam gaun pengantin ini." puji Ansel melihat kecantikan Gracia semakin menonjol dalam gaun berwarna putih tersebut.
Gracia hanya tersenyum kecil menanggapinya.
"Cepat kalian berdua segera keluar dari sini dan menuju ke ball room. Acara pernikahan akan segera dimulai 30 menit lagi." ucap Kate ini tiba-tiba masuk ke sana.
Tanpa menjawabnya mereka berdua pun segera keluar dari ruangan itu mengikuti Kate menuju ke ball room.
Ruangan tempat pernikahan berlangsung di tata dengan anggun dan elegan. Bunga hidup menghiasi ruangan itu yang menambah kesan natural.
30 menit berikutnya acara pernikahan berlangsung. Meskipun beberapa tamu terlihat berisik.
"Kenapa mempelai wanitanya digantikan oleh putri pertamanya ?" tanya seorang tamu yang ingat dengan betul tertulis dalam undangan mempelai wanitanya adalah Giselle.
"Ya, aku juga ingat itu. Tapi entahlah. Ada apa sebenarnya ?" timpal tamu undangan lain, membuat beberapa tamu undangan yang ada di sana pun bergosip.
"Ehem." Fernando yang karena itu ada di tengah para tamu undangan mendengar pembicaraan mereka dan segera menghampirinya, dan membuat tamu undangan itu seketika berdiam tak berani bergosip lagi.
Tiga jam berikutnya acara pernikahan selesai. Namun pengantin baru pulang satu jam kemudian.
"Aku senang acara pernikahan kali ini berjalan lancar." ucap Ansel berada dalam mobil pengantin bersama Gracia.
"Aku juga senang." timpal Gracia sambil memegang lengan Ansel.
Sungguh ia tak menyangkal sama sekali akhirnya bisa menikah meskipun dadakan seperti ini.
"Tuan kita ke mana ?" tanya driver sebelum melanjukan mobil.
"Ke rumah." jawab Ansel dan Gracia bersamaan.
"Rumah siapa tuan, keluarga Hose atau keluarga Luxio ?" tanya driver memperjelas daripada salah tujuan dan berimbas buruk pada pekerjaannya.
Ansel dan Gracia saling menatap untuk bertanya kemana tepatnya tujuan mereka.
din
Belum sempat mereka berdua memutuskan mau pulang ke mana sebuah mobil merah berhenti di samping mobil pengantin.
"Kalian berdua pulang ke rumah kami saja." ucap Fernando saat kaca mobil pengantin itu terbuka.
Lagi-lagi Ansel dan Gracia saling menatap. Apa pantas dan tak apa jika mereka bermalam di sana karena di sana ada Giselle. Bagaimana nanti jika gadis itu mengetahuinya ?
" Ayah ini Bagaimana Bukankah dia sebelumnya bilang untuk merahasiakan hal ini dari Giselle, tapi malah meminta kami pulang ke rumah." batinnya mengerutkan keningnya.
"Ayah bagaimana jika hari ini kami ke hotel saja selama tiga hari baru pulang ke rumah ? Kami ingin menikmati malam pernikahan kami." ucapnya menolak dengan alasan tepat.
"Ya, baiklah kalian pengantin baru selamat menikmati malam pernikahan kalian." jawab Fernando setelah memikirkannya.
Mobil Fernando dan mobil pengantin berpisah di tengah jalan dan menuju ke tempat tujuan masing-masing.
Sementara itu di rumah Giselle tak mendengarkan suara siapapun di sana kecuali Miranda.
"Miranda, kemari sebentar." panggilnya dan pelayan itu segera masuk ke kamar nona mudanya.
"Apa nona butuh sesuatu ?"
"Tidak, aku hanya ingin bertanya saja padamu. Kenapa rumah ini tadi rame sekali dan sekarang sepi sekali ke mana mereka semua ?" tanya Giselle duduk menatap ke arah pelayan yang berdiri di depannya.
"MA-maaf nona aku tidak mengetahui. Mungkin nyonya dan tuan ada acara meeting di luar." jawabnya singkat karena takut jika ketahuan bohong jika bicara panjang lebar.
Giselle hanya mengerutkan keningnya saja dan meminta pelayannya itu pergi karena tidak mengetahui ke mana keluarganya menghilang.
Dua jam setelahnya terdengar suara mobil berhenti di depan rumah.
"Itu pasti ayah dan ibu." gumam Giselle duduk tempat tidur namun ia tak bangkit dari sana dan malah berbaring di tempat tidurnya.
Tepat di saat dia berbaring kedua orang tuanya masuk ke rumah dan melewati kamarnya.
"Untung saja acara pernikahan hari ini lancar tak ada kendala." ucap Irina melintasi kamar Giselle.
"Ssts ! Pelankan suara mu, atau Giselle akan mendengarnya." balas Fernando dengan tatapan tajam.
Mereka berdua pun segera diam dan juga berhenti di depan kamar Giselle.
"phew. Untunglah dia tidur jadi tak mendengar apa yang kita obrolkan." ucap Irina mana nafas panjang melihat putrinya yang tertidur.
Setelah kepergian kedua orang tuanya, Giselle duduk.
"Mereka bilang pernikahan hari ini lancar. Siapa yang menikah hari ini ?" gumamnya penasaran.