Aru memandang Ajeng dari kejauhan, wanita itu masih di posisi yang sama. Aru melangkah mendekat, memandang iris mata bening itu. Wanita inilah yang ia inginkan, Aru melirik hidangan tersaji di meja. Ia sama sekali tidak bernafsu untuk memakan yang di sajikan Ajeng. Ajeng menatap Aru iris mata tajam itu sulit diartikan. Terlihat jelas laki-laki itu menahan emosi. Ajeng menelan ludah, sepertinya ada yang tidak beres di sini. Ya hubungan mereka memang tidak terlihat baik-baik saja, lebih tepatnya mereka sama-sama menahan rasa. "Sebaiknya aku tidak perlu berbasa-basi lagi," ucap Aru datar. Ajeng memegang sudut meja, ia melihat rahang itu mengeras, "Apa yang kamu maksud !," ucap Ajeng. "Kenapa kamu menghilang dariku," "Kamu pergi, lalu memblokir nomor ponselku, kamu matikan semua akun sosi