Bab 12. Fakta tersembunyi

937 Words
Akibat kurang tidur dan banyak pekerjaan, alhasil Garran butuh penyegaran otak dan isi kepalanya. Entah hanya sekedar melepas penat di salah satu bar bersama beberapa temannya, yakni Gilang, Ramdan, dan Anjar. Ketiganya berteman baik sejak masih sama-sama kuliah, Gilang bekerja sama dengannya sementara kedua tekan lainnya menggeluti bisnis lain. Sejujurnya Garran enggan mengumpul ketiga temannya, karena pasti akan berakhir dengan hujatan dan caci-maki, namun ia tidak punya pilihan lain karena suasana hatinya terlalu buruk untuk hari ini. Ketiga temannya itu tahu alasan mengapa ia akhirnya menikah dengan Gianni, tidak mungkin juga Garran merahasiakan hal besar dari mereka. Pertemanan yang sudah terjalin lama, walaupun ketiga temannya sangat bertentangan dengan apa yang dijalaninya selama ini yakni berganti-ganti pasangan, tapi mereka tidak pernah menjauhi Garran karena itu. Perbedaan pandangan tidak membuat pertemanan mereka terganggu. Mereka loyal. Mereka tahu bahwa prinsip hidup tidak bisa dipaksakan, walaupun Garran tahu mereka mengharapkan perubahan besar pada gaya hidup Garran. “Aura pengantin baru memang beda, ya? Lebih kumuh dari biasanya.” Ramdan yang terakhir datang dan bergabung di meja langsung tersenyum jahil dengan pertanyaan yang membuat Garran mendengus kesal. “Stamina anak muda pasti beda dengan wanita dewasa, aku jamin Gianni masih banyak ingin tahu dibandingkan hanya mengejar kekuasaan dan setelah itu tidur pulas.” Kedua temannya yang lain tertawa, sebuah sindiran menohok untuknya. Garran tidak bisa mengelak, apalagi ia pernah mengungkapkan syarat apa saja yang disetujui Gianni sebelum keduanya menikah dan salah satunya adalah tidak adanya hubungan intim diantara keduanya. “Jangan bahas rumah tangga gue!” balas Garran akhirnya. “Bahas yang lain aja.” Garran menyandarkan tubuhnya menatap ke arah sekeliling. Ia menemukan sosok yang menarik perhatiannya, sosok wanita cantik yang tengah membawa nampan bulat berwarna hitam. Penampilan dan wajahnya sangat mencolok, belum pernah Garran melihat wanita itu sebelumnya. Jika dalam keadaan normal seperti biasanya, Garran akan dengan sigap mendekati wanita itu, memesan minuman, lantas mengajaknya kencan. Arti kencan yang kerap dilakukan bukan kencan untuk pendekatan, lantas menjalin hubungan serius dan berakhir di pelaminan, tapi yang dilakukannya hanya sebatas dekat, tidur bersama dan melupakan satu sama lain seolah mereka tidak pernah saling mengenal. Siklus hidup yang sudah sangat dihafal teman-temannya.. “Ingat istri di rumah, bukannya mertua Lo itu galak ya!” Gilang mengingatkan, membuat Garran memutus pandang dari wanita tersebut. “Iya.” Jawabnya singkat. “Nyicip boleh kalo, Gar. Atau Lo beneran mau berhenti total cari mangsa?” Garran hanya mengangkat kedua bahunya, mengambil minuman yang belum habis lantas menenggaknya. “Gue sih berharap di Gianni bisa membuat Lo berubah.” Anjar ikut bicara, dari ketiga temannya lelaki itu yah paling lurus hidupnya bisa dibuka Anjar adalah sosok lelaki idaman, selain baik dan mapan juga memiliki wajah yang tampan. “Gue juga.. Kalau bisa lama-lama jadi bucin.” Ramdan menimpali. “Mungkin aja sekarang pun lagi menuju bucin, kita nggak tahu bagaimana kehidupan rumah tangga sang petualang ini.” Gilang terkekeh, menepuk pundak Garran. “Hei.. hei..! Gue nggak suka Gianni, dia bukan tipe gue!” Entah sudah berapa ratus kali Garran mengatakan kalimat yang sama, tapi tanggapan dari teman-temannya tetap sama, yakni tersenyum mengejek yang membuatnya semakin kesal saja. “Sekarang bilang nggak, siapa tahu nanti jadi cinta.” “Nggak lah!” Garran masih berusaha menyangkal. “Bahkan untuk mencobanya aja gue nggak mau! Anak kecil dengan tubuh kurus kering lebih mirip kurang gizi dan cacingan, jauh banget dari standar cewek yang gue suka selama ini. Kalian pasti tahu gimana selera gue,” “Iya, selera Lo yang bodynya bagus, cantik dan sexy mirip di Rinjani. Lo sadar gak sih Gar, selama ini wanita yang Lo kencani atau Lo tiduri wajah dan body nya sekilas mirip si Rinjani. Segagal move on itukah diri Lo?” serangan Anjar begitu kuat bahkan membuat Garran menatap kesal ke arahnya. “Kenapa bawa-bawa Rinjani sih?!” Jujur, ia kesal setelah semalam Gianni menyebut nama wanita itu, nama keramat yang siapapun tidak boleh menyebut secara sengaja, tapi di pertemuan kali ini bersama para sahabat, Anjar justru seolah mengungkitnya dengan sengaja. “Faktanya memang gitu, Gar. Lo nggak usah mangkir, kita semua tahu persis apa yang Lo lakuin selama ini adalah bentuk dari putus asa hari Lo atas kepergian Rinjani. Kita yakin hati Lo udah mengakuinya sejak lama, hanya saja Lo takut dan malu.” Garran berdecak kesal melihat teman-temannya seolah bersekongkol memojokkannya dan menganggap Garran gagal move on. “Sekarang ada Gianni, walaupun wanita itu masih sangat muda bahkan terlalu muda untuk lelaki dewasa seperti Lo, tapi nggak ada salahnya Lo menjalin hubungan yang lebih serius. Buktinya setelah menikah Lo nggak jajan sembarangan lagi, kan?” “Itu karena gue masih sayang nyawa, Bokap si Gianni lebih mirip tukang jagal dibandingkan mertua.” “Artinya ada satu hal yang Lo takutin sekarang, walaupun Lo belum menemukan alasan yang pasti selain masih sayang nyawa. Tapi ada sedikit perubahan dalam diri Lo, dan Lo harus mengakuinya Gar.” Garran kembali mendengus, merasa tengah dikuliahi oleh ketiga temannya. “Niatnya ingin refreshing otak, tapi kalian bikin otak gue main ngebul dengan ceramah yang kalian tahu nggak bakal masuk di kepala gue.” Garran pun beranjak dari tempat duduknya. “Mending cabut, gue mau tidur aja.” “Yah,, gitu aja marah. Nggak asik Lo, Gar!” Gilang berteriak sambil tertawa bersama kedua rekannya, sementara itu Garran hanya melambaikan satu tangannya lantas benar-benar pergi dari tempat itu tanpa memperdulikan ketiga temannya. Garran tidak tersinggung dengan apa yang diucapkan teman-temannya, hanya saja ia masih belum bisa menerima fakta yang memang terjadi dalam hidupnya. Ia masih berusaha melarikan diri, menutupi luka hati yang masih dipeliharanya selama bertahun-tahun. Apakah akan sembuh setelah menikah dengan Gianni? Garran tidak tahu pasti..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD