Raka membekap bibir Sekar dengan rapat, tubuh kecil wanita itu terkunci dengan sempurna, diantara dinding dan tubuh tegap Raka. Nafasnya berat, tatapan matanya gelap, namun bibirnya justru menempel pada telinga Sekar membisikkan kalimat yang mampu membuat Sekar terdiam. “Masih ingin kabur dariku, Sekar?” desisnya rendah, ada kemarahan dalam suara itu. Seakan dirinya tak suka jika Sekar mencoba kabur darinya. Raka juga memberikan ciuman singgah di leher basah Sekar, dingin dari tetes air mandi yang belum kering bercampur dengan panas nafasnya. Tangan bebas Raka bergerak, menyentuh lipatan handuk yang hanya tergantung tipis di tubuh wanita di depannya. Sekar menggeleng cepat, matanya membesar, air matanya mulai menggenang. Isyarat jelas agar lelaki itu berhenti—tapi sayang, Raka membutakan

