15

1146 Words

Jadmiko mengepalkan tangannya. “Dan Sekar? Dia tahu?” Raka menggeleng perlahan, matanya dingin, seolah dalam kegelapan ada bara api yang terus menyala. “Tidak. Sekar tidak tahu. Dia pikir yang menjaganya adalah keluarganya. Dia pikir rumah itu aman. Padahal, Mik… setiap malam Bagas menatapnya dengan mata yang bukan mata saudara. Dan bukan hanya Bagas…” Raka menggulir rekaman lain. Nindya—ibu tiri yang seharusnya jadi pelindung—justru tampak menampar Sekar di ruang makan. Bahkan pernah, dengan tanpa malu, ia menarik lengan kecil Rana hanya karena anak itu tak menuruti kemauannya. “Itu wanita tua, Mik. Mulutnya lebih tajam daripada pisau. Sekar diperlakukan bukan sebagai menantu, tapi sebagai b***k yang bisa disalahkan kapan saja. Dan uang? Hah…” Raka menghela napas sinis, lalu menenggak

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD