26

1241 Words

Suasana ruang makan siang ini terlalu tenang. Terlalu mewah untuk disebut rumah. Dengan berbagai macam makanan yang sudah tersedia. Terkadang Sekar heran. Untuk apa makanan sebanyak ini? Jika hanya ada Raka sebelum mereka ada di mansion ini. Sekar duduk kaku di samping putranya, menyuapi Rana yang dengan polosnya menikmati setiap sendok makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Karena yang dia tau, makanan yang ada di depannya adalah makanan yang ia suka. Raka masuk dengan aura khasnya—kemeja hitam dengan tiga kancing terbuka, memperlihatkan garis otot d**a dan sedikit bayangan tinta dari tato yang ia sembunyikan. Coat tersampir di lengan kanannya, langkahnya mantap, teratur. Berjalan dimana tempat duduknya berada. Kursi khusus miliknya saat makan di ruang makan ini. “Papa mau kemana?” sua

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD