Mita menggigit bibirnya, menatap keluar jendela dengan perasaan yang bercampur aduk. Perjalanan menuju hotel terasa lebih lama dari seharusnya, atau mungkin hanya perasaannya saja? Di sampingnya, Maven masih tetap santai menyetir, dengan satu tangan mengendalikan kemudi dan satu tangan lainnya bersandar santai di lututnya. Gerakan itu, entah kenapa, membuat d**a Mita sedikit berdebar. "Bang, gimana dengan Diajeng?" tanyanya dengan nada khawatir, akhirnya memecah keheningan di antara mereka. Maven menoleh sekilas, lalu mengangkat satu alis. "Percaya sama aku. Bhaskara bakalan bisa kok ngatasinya." Mita masih belum sepenuhnya yakin. "Tapi, Bang—" Sebelum kalimatnya selesai, tangan Maven sudah terulur, mengelus lembut puncak kepalanya. Sentuhan itu hangat dan menenangkan, membuatnya perla

