Diajeng benar-benar gregetan. Tangan kanannya masih terperangkap dalam genggaman Bhaskara, dan laki-laki itu sama sekali tidak menunjukkan niat untuk melepaskannya. Sementara itu, tangan kirinya harus berjuang menyendok nasi dan lauk tanpa menjatuhkan apa pun ke piringnya. Ini gimana caranya makan coba? Diajeng berusaha menarik tangannya, tapi cengkeraman Bhaskara justru semakin erat. Ia melirik suaminya dengan tatapan protes, tapi yang dia dapatkan hanya senyuman santai penuh kepuasan. Bara yang sedari tadi mengamati akhirnya tak tahan untuk tidak berkomentar. “Buset, Bang, udah kayak anak SD yang takut ketinggalan di pasar malam.” Bara tertawa, matanya penuh godaan. “Takut ditinggal ke warung sebelah, ya?” Bhaskara tetap santai, bahkan malah menaikkan alis dengan ekspresi penuh kem

