BAB 2 ANEH**

1176 Words
Setelah makan siang dengan Evan, Alex berniat untuk mendatangi suaminya dan kembali kesal ketika mendapati bang Haris belum juga beristirahat. Alex sengaja berjalan perlahan mendekati pria tampan yang masih fokus di depan layar monitor di depannya. Bang Harris langsung mengulurkan tangan untuk menyambut istrinya yang cantik dan sekarang bisa dia bawa ke kantor dengan serakah. "Kenapa kau belum beristirahat? " "Kemarilah," bang Harris justru menarik pinggang Alex untuk ikut duduk di pangkuannya. "Bagaimana dengan, pekerjaan barumu?" dia malah balik bertanya. "Evan banyak membantuku. " "Kau bisa pulang dulu bersamanya, karena sepertinya aku masih ada pertemuan sore ini. " "Kenapa kau tidak pernah bilang kalau Evan harus menikahi wanita yang seharusnya untukmu?" "Aku tidak tahu kenapa dia harus menceritakan hal itu padamu, " sesal bang Harris ketika menatap Alex dengan dahi berkerut. "Aku merasa, kita sangat tidak adil padanya, " kata Alex kemudian, tangannya menelusuri rahang suaminya yang terasa kasar sehabis bercukur. "Aku tidak pernah setuju dengan cara seperti itu! " tegas bang Harris, mengehentikan tangan Alex dan mengecup punggung tangan wanitanya itu beberapa kali. "Tapi, Evan yang akhirnya harus menanggungnya." "Doakan saja semoga wanita itu juga baik untuknya. " "Apa selama ini Abang juga tidak pernah sekedar ingin tahu seperti apa wanita yang sudah papa pilih untuk kalian itu?" "Dari awal aku memang tidak menyetujuinya bukan hanya karena dia siapa atau seperti apa, tapi lebih karena caranya yang tidak bisa kuterima. Aku memilih menentukan hidupku sendiri, bukan orang lain. Karena itu dari dulu aku sulit sekali akur dengan papa." "Benarkah Abang tidak akan menyesal kalau ternyata dia sangat cantik?" "Itu hanya karena kau yang sedang cemburu," goda bang Harris ketika menarik Alex untuk menciumnya. "Benarkah sama sekali abang tidak ingin mencari tahu? " tanya Alex di sela kesibukan bang Harris yang masih menekuni bibirnya. "Ajak saja Evan jika kau ingin mencari tahu, " saran pria tampan itu sebelum kemudian menangkap pinggang Alex dan mengangkatnya untuk dibawa ke sofa. Sepertinya Alex setuju dengan ide bang Haris, dan mungkin dia akan segera memikirkan cara untuk membujuk Evan. Karena belum tentu juga Evan tidak menginginkannya jika ternyata wanita itu cantik. Alex sempat berharap jika Evan juga akan menemukan kebahagiaan seperti mereka. Mungkin karena Alex juga ingin sedikit mengurangi rasa bersalahnya. "Aku khawatir kau membawaku kemari untuk tujuan lain," keluh Alex ketika bang Harris mulai membuka kencing kemejanya. "Ini sangat tidak senonoh, " keluh Alex tapi bang Haris tetap mengabaikannya. Mereka sedang bergelung dan mulai merekat tanpa aturan ketika tiba-tiba pintu terbuka. "Oh, Tuhan apa yang kalian lakukan!" Evan masih syok melihat apa yang sedang diperbuat kakak laki-lakinya. Mereka yakin sudah menutup pintu dengan benar dan biasanya memang tidak akan ada yang berani masuk tanpa mengetuk pintu kecuali Evan, adik Bang Harris sendiri yang memang biasanya suka masuk begitu saja ke ruangannya. Sepertinya Evan lupa jika sekarang kakak iparnya juga ada di sini. "Bisa kah kau keluar sebentar," kata bang Haris yang hendak kembali mendorong Alex ke sofa. "Jangan dengarkan bang Harris!" protes Alex tetap bangkit untuk duduk sambil membenahi kancing kemejanya. "Apa kalian sudah selesai? karena aku tidak mau jika harus menjadi penonton bodoh seperti tadi! " tegas Evan meskipun sekedar untuk bercanda. "Antarkan Alex pulang karena aku sepertinya masih ada rapat sore ini." "Aku akan pulang ke rumah mama saja, sepertinya Sookie juga ada di sana. " Alex buru-buru berdiri dan membenahi lagi pakaiannya yang jadi sedikit kusut. "Jangan lupa jemput aku, " tambah Alex sebelum ikut pergi bersama Evan. Alex berjalan buru-buru menyeret Evan keluar. "Maaf kau harus ikut melihat hal seperti tadi, " ungkap Alex masih sedikit risi ketika harus membahasnya lagi, tapi sepertinya Evan juga hanya tertawa lirih untuk dirinya sendiri. "Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana orang seperti kalian bisa bertemu." Selama ini bagi Evan, abangnya itu adalah sosok yang sangat luar biasa disiplin jadi sebenarnya masih agak aneh juga baginya jika harus melihat bang Harris yang ternyata bisa bertindak ceroboh juga seperti tadi saat bersama istrinya. Tapi kadang dia iri juga, karena di balik sikap kerasnya selama ini ternyata bang Haris bisa juga mencintai wanitanya seperti itu, mereka memang beruntung karena bisa saling menemukan orang yang tepat. "Evan benarkah kau tidak ingin tahu tentang wanita itu?" sepertinya Alex belum menyerah untuk kembali membahasnya ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang. "Sebenarnya aku pernah coba melakukannya dan menyerah, " ungkap Evan. "Kau sudah bertemu dengannya? " Alex terdengar cukup antusias hingga pupilnya ikut melebar menatap pemuda tampan yang sedang menyetir di sampingnya. "Belum, aku hanya coba mencari tahu," santai Evan menoleh Alex sebentar. "Lalu bagaimana? " "Entahlah, aku hanya tidak ingin melanjutkannya." "Kenapa begitu?" Alex justru semakin penasaran. "Ternyata dia adalah putri dari mantan kekasih papa. " "Oh, apa kau yakin? " kaget Alex dan Evan hanya mengangguk lesu. "Bagaimana bisa begitu?" sepertinya Alex juga bingung. "Apa bang Harris juga tahu? " tanya Alex buru-buru. "Kurasa tidak." Sepertinya Evan cukup yakin tentang hal ini. "Bagaimana dengan mama?" Evan kembali menggeleng, "Karena itu aku tidak ingin mencari tahu lagi. " "Apa kau tidak merasa ini aneh? " "Bahkan bapa juga yang membiayai sekolahnya selama ini. " "Mustahil jika mama tidak tahu?" Mereka mulai berspekulasi. "Mungkin." Evan menghembuskan napas pasrah sambil mencengkram kemudinya lebih erat. "Jadi selama ini papa diam-diam ikut membesarkan putri dari mantan kekasihnya dan kemudian ingin menjodohkannya dengan salah satu putranya." Alex berpikir sendiri dan hanya merasa semakin aneh. "Bahkan tadinya aku sempat curiga jika dia adalah salah satu putri papa, tapi kurasa tidak mungkin papa ingin kami menikahi saudara sendiri. Paling tidak itu membuatku lega." "Kurasa seharusnya dia cantik karena mungkin gadis itu mengingatkan papa dengan mantan kekasihnya, yang juga mungkin masih belum bisa terlupakan." "Ibunya sudah meninggal, dia tinggal bersama nenek dan kakeknya, " kata Evan. "Oh,Evan. Sepertinya aku juga mulai bersimpati padanya," ungkap Alex seketika meraih tangan Evan. "Aku tidak ingin menikahi seorang wanita karena kasian!" sambung Evan cukup masuk akal karena Alex juga tahu jika Evan pasti sudah sangat dewasa untuk menilai perkara seperti ini. "Bagaimana jika ternyata dia tidak seperti yang kau pikirkan selama ini? Bisa jadi kau juga akan menyukainya." Evan menggeleng kemudian menatap Alex ketika mobilnya sudah berhenti di halaman. "Jangan bilang kau sudah memiliki wanita lalin yang kau inginkan?" tebak Alex dan sepertinya memang benar karena Evan hanya diam tidak menolak atau mengiyakan, dia hanya masih menatap Alex yang tidak pernah sadar jika dirinya yang sedang dia inginkan. "Oh, Evan...." Alex yakin Evan adalah pria yang sudah cukup dewasa pasti dia sudah tahu resiko dari hubungan yang tidak akan direstui, karena dia bukan bang Harris yang bisa semena-mena dengan kemauannya sendiri. Evan adalah tipe anak laki-laki yang akan sellau menyenangkan orang tuanya. "Apa kau membenciku,Evan?" tanya Alex tiba-tiba, "karena aku, kau harus menanggung semua ini." "Tidak, Alex, semua ini tidak ada hubungannya denganmu. Bang Harris tetap tidak akan menerimanya dengan atau tanpa adanya dirimu." Evan benar, karena tadi bang Harris juga bicara seperti itu. "Tapi dia mencintaimu dan pasti akan memperjuangkanmu dari siapapun, tidak seperti aku yang sudah menyerah." Evan masih menatap Alex dan melihat wanita itu mengangguk. Entah bagaiman Evan tetap jatuh Cinta pada kakak iparnya yang tidak pernah sadar sudah dia cintai seberat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD