Zahrul si peka

1295 Words
Shella bersenandung sembari mengaduk teh manis untuk dirinya sendiri. Malam ini dia dan Zahrul berencana menginap di rumah mama Intan. Lagi pula papa Ghufron sedang ada pekerjaan yang mengharuskan mama di rumah sendirian. Zahra kebetulan juga sedang ada acara di sekolahnya. "Hayo, cinta sama siapa, hmm?" Suara serak seseorang menghentikan aktivitas Shella mengaduk teh hangat. Dia tidak perlu menoleh untuk memastikan siapa pemilik suara itu. Sekalipun Shella menoleh dia sudah tahu jawabannya adalah suaminya yang paling tampan yaitu Muhammad Zahrul. "Ih, kak Zahrul apaan sih." Shella berupaya melepaskan lilitan tangan Zahrul dari perutnya. Rasanya malu jika sampai ketahuan sedang bermesraan di rumah mertuanya'kan. Zahrul menggeleng manja, dia justru mempertipis jaraknya dengan Shella. Sembari menciumi pipi Shella dari belakang. "Aku kangen loh." Ucapnya tanpa dosa Shella merinding mendengar bisikan Zahrul. Hingga membuatnya mengerucutkan bibir. "Kenapa tuh bibir di manyun-manyunin?" tanya Zahrul, dia kini duduk di samping Shella karena mbak Minah datang . Tidak enak ternyata lagi asik modusin istri malah digangguin pembantu. Zahrul menatap tangan Shella yang masih asik mengaduk teh. "Kakak, mau dibuatin teh juga?" tanya Shella melihat gelagat suaminya Zahrul menggeleng, "Nggak!" Tangan Shella dengan cekatan melepas dasi Zahrul, Shella tahu aksinya ini dilihat oleh mbak Minah. Tapi, sepertinya Zahrul cukup lelah sehingga membuat Shella tidak tega dan mengesampingkan mbak Minah yang menatap mereka seakan menonton drama korea. "Capek?" Shella membali rambut Zahrul, membuatnya menjadi acak-acakan. Meskipun sudah acak-acakan dan selalu dibuat seperti itu oleh Zahrul Zahrul mengangguk lemah seperti anak kecil. "Kakak mau makan, aku ambilin?" "Nggak yang!!!" "Eh,, ," Shella terkejut karena Zahrul menarik tubuh mungilnya dan memeluk posesif pinggangnya. Yang membuat Shella semakin dibuat takjub adalah Zahrul menciumi perutnya seolah-olah dia tengah hamil. Rasanya lucu sekali melihat kak Zahrul bertingkah kekanak-kanakan seperti ini. Shella melihat mbak Minah geleng-geleng kepala karena tuan mudanya biasa bersikap kaku justru sangat manja pada Shella. "Dilihatin mbak Minah, nggak malu kak?" tanya Shella, tangannya masih setia mengelus kepala Zahrul "Biarin, mbak Minah'kan juga biasanya gini sama suaminya." Ucap Zahrul Shella melihat mbak Minah lagi, "Mbak Minah sering gini ya, sama pak Budi?" Pak Budi adalah supir kepercayaan keluarga Zahrul, dia sudah bekerja semenjak Zahra lahir. Karena harus pulang pergi setiap sebulan sekali maka keluarga Zahrul meminta mbak Minah selaku istri sah pak Budi untuk bekerja juga disini. Dan ternyata kedua orang ini sama-sama pekerja keras. Bahkan tak segan mereka saling membantu. Mbak Minah menggeleng, "Pak Budi nggak seromantis, mas Zahrul." Shella tersenyum, "Kak Zahrul juga nggak romantis kok, mbak." SanggahShella Zahrul mendongak, menatap horor istrinya. Bukannya dia selalu memperlakukan Shella sangat manis. Apa masih kurang, apa istrinya ini nggak peka? "Maksudnya, nggak kurang-kurang romantisnya kak. Kamu ih, sensi banget kaya pantat bayi." Mbak tertawa melihat iteraksi tuan muda dan istrinya, "Kenapa ngelihatin?" sembur Shella begitu Zahrul terus menerus menatapnya "Tatapan kaya gini itu berpahala loh Shell, bener nggak mbak Minah?' Zahrul mencari pembelaan pada pembantunya Mbak Minah memberikan dua jempol, lalu kembali melanjutkan memotong beberapa sayur mayur untuk dimasak sebagai sarapan esok pagi. "Udah ih, aku pengen duduk. Pegel kaki aku." Shella duduk disamping Zahrul Shella berfokus pada teh hangatnya dan Zahrul asik memandangi Shella yang tengah sibuk meminum teh dari sendok. Sepertinya teh itu masih panas. "APA?" tembak Shella pada suaminya, agar Zahrul memudarkan pandangannya dan menatap kelain arah. Ngomong-ngomong soal ditatap, walaupun sudah sering Shella bertatapan dengan Zahrul. Tapi, jika ditatap seperti itu rasanya Shella masih malu. Sedikit tidak pd banyak malunya, dan jika boleh jujur rasanya pengen meleleh gimana gitu. "Galak banget sih," ujar Zahrul pada istri kecilnya Shella mendengus, "Lagian ngelihatin terus, aku'kan jadi malu." Shella menatap penampilannya malam ini. Sungguh tidak memukau sama sekali. Dia tadi meminjam daster mama Intan yang agak kegedean dan jilbap instan miliknya. Jauh banget dari dandannya saat didepan kamera. "Kenapa sih, malu?" Shella menunjuk bajunya, "Pinjam mama tadi, lupa nggak bawa baju." "Yaudah kali, biasa aja. Orang kakak juga nggak minta kamu pakai baju seksi." "Tapi'kan ini kegedean kak." "Kode nih?" tanya Zahrul pada istrinya Shella menaikkan sebelah alisnya, "Kode, apaan sih kak?' "Minta dibeliin daster." Astaga, kenapa kak Zahrul sepeka itu, sih. Padahal Shella'kan hanya mengatakan jika daster yang dia pinjam kepunyaan mama Intan. Kenapa dikira minta dibeliin daster. Sungguh, rasanya Shella bingung sendiri punya suami paling peka dan seganteng kak Zahrul. "Bukan. Udah ih, teh aku kapan abisnya kalau kakak ngajakin ngomong terus." Zahrul diam "Kenapa diam?" tanya Shella lagi Zahrul menarik gemas hidung Shella, "Diem salah, ngomong salah. Kakak harus gimana sayang?" "Ya, gimana kek." Jawab Shella enteng Shella kembali asik meminum teh dari sendok. "Kalau kamu minumnya kayak begitu, terus kapan habisnya Shella?" "Tapi ini kan enak kak." Ucap Shella menikmati tehnya "Kakak, mau?" tanya Shella menodongkan satu sendok teh pada Zahrul Tanpa banyak bicara Zahrul meminum teh dari tangan Shella. "Enak," Komentarnya Shella mengedipkan mata beberapa kali, "Kakak, nggak jijik. Itu'kan bekas aku." Zahrul menggeleng, "Kamu'kan istri aku. Apa yang mesti dijijikin sih, Shell?" Shella bangkit dari duduknya "Aku ambilin sendok yang baru ya kak." Zahrul menggeleng, mencegah niat Shella untuk bangun. "Kakak mau pakai bekas kamu aja!" Shella mengkeret, "Tapi kan.." "Apa, hah. Kamu kira kakak nikahin kamu buat berjarak gitu. Kak Zahrul itu nerima kamu apa adanya Shell. Kalau dikit-dikit jijik sama istri ya mana mungkin kita bisa bertahan. Menikah itu bukan hanya menikahi apa yang terlihat sempurna pada kamu Shella, tapi juga menikahi semua keburukan kamu. Kakak nggak masalah, dan kakak nggak suka kamu ngomong gitu." Jelas Zahrul "Maaf,, ," gumam Shella pelan "Suapin kakak lagi!" Perintah Zahrul membuat Shella segera menuruti perkataan suaminya Shella menyuapi Zahrul hingga teh di gelas mug, habis tak tersisa. "Aduduh, ini romantis banget anak mama." ucap mama Intan muncul dengan kantong kresek Bau bumbu sate langsung menyengat indera penciuman. "Mama baru pulang, terus papa mana?" tanya Zahrul sembari mencium tangan wanita yang telah melahirkannya Mama Intan menaruh sate di meja, mbak Minah langsung bergerak cepat mempersiapkan makan malam. "Papa kamu masih ke luar ngurusin kerjaan. Mungkin besok subuh baru pulang." Jelas mama Intan pada anaknya "Kalian makan dulu, biar ada tenaga." Ucapan mama Intan membuat tanda tanya di kepala Shella. Sedangkan Zahrul hanya acuh dan mengekori Shella yang tengah mengambilkan makanan untuknya. * "Kak Zahrul tidur duluan deh, aku masih maskeran." Shella tengah mengoleskan masker pada wajahnya Zahrul hanya berdehem sembari sibuk berbalas pesan dengan adiknya Zahra. Ketukan di pintu membuat Zahrul bangkit dan membuka pintu. "Kenapa mbak?' tanya Zahrul pada mbak Minah yang membawa dua gelas susu cokelat "Ini, disuruh ibuk buat bikinin susu anget mas." Ucap mbak Minah "Susu?" kepala Shella muncul mengintip dari samping Zahrul. Hingga membuat mbak Minah hampir berteriak karena melihat wajah putih Shella yang sudah mirip hantu Zahrul menatap Shella, "Kamu mau susu, Shell?" Shella mengangguk semangat, "Yaudah sini mbak, biar Zahrul bawa. Bilangin makasih sama mama." "Dan doain semoga sukses ya mbak." Bisik Zahrul pada mbak Minah sebelum beranjak pergi * Shella meminum susu buatan mbak Minah hingga tandas tanpa sisa. Matanya melirik pada perutnya, sedikit buncit. Terlalu banyak makan, ditambah minum susu pula. Gagal sudah diet Shella. Shella mengelus perutnya yang masih rata, "Besok kita diet lagi ya." Ucapnya bermonolog sendiri "Kamu ngomong sama siapa Shell?" Shella mendongak, dia nyengir kuda "Cacing diperut aku kak." "Nggak ada ya, acara diet-dietan. Kamu udah kurus." Shella hanya mengangguk, dia tetap akan diet besok. Perut buncit adalah masalah wanita. Pikirnya kritis Zahrul menatap Shella yang berguling disampingnya, istrinya itu selalu menggemaskan di mata Zahrul. Apalagi baju tidur bermotif panda membuatnya semakin mirip anak panda. "Kak.." "Iya?" "Ciuman selamat tidurnya mana, kenapa dari pulang kerja ngelihatin aku begitu banget. Apa aku sekarang berubah jadi jelek?" Zahrul tersenyum lantas mendekati istrinya, memeluk pinggang Shella secara posesif. Satu ciuman mendarat sempurna di kening Shella. “Kamu cantik, kakak sayang banget…” Dan malam ini adalah malam milik mereka berdua. Kesabaran yang selama ini Zahrul miliki terbayar sudah.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD